.
Rekan Permias@,

Informasi dibawah sekedar untuk penyeimbang Berita atau
Analisa dari yang sudah ada. Seandainya sudah pernah 
membaca, tinggal di-delete saja. OK ?


Salam,
bRidWaN

--------------------------------------------------------------------------- 
Catatan ekonomi awal tahun 2000 – 13/1/2000 
Oleh Didik J Rachbini 
---------------------------------------------------------------------------
Didik J Rachbini adalah seorang pengamat ekonomi dan keuangan. 
Saat ini menjabat Direktur Utama Institute for Development 
of Economics and Finance (INDEF).  
---------------------------------------------------------------------------

Krisis ekonomi di kawasan Asia Timur ternyata berhenti lebih cepat setelah 
praktis selama tahun 1998 yang lalu hampir seluruh negara yang terantuk 
krisis mengelami kontraksi cukup parah. Masing-masing negara menghadapi 
permasalahan sendiri ketika dampak krisis tersebut tak bisa dihindari.

Masyarakat Korea Selatan, misalnya, merasakan frustasi sangat berat karena 
ekonomi yang dibanggakannya ternyata tidak kebal dan rontok juga terimbas 
krisis. Tahun 1998 adalah tahun pahit bagi rakyat Korea, tetapi kepahitan 
itu kemudian dibayar dengan kerja keras dan hasilnya terlihat pada tahun 
1999 dan awal tahun 2000 ini. Hal yang sama dialami oleh Thailand dan 
Malaysia, yang juga terimbas pada bidang sosial politik, tetapi tidak 
sampai menjerumuskannya.

Sementara itu, dampak krisis di Indonesia tidak berkesudahan karena 
bertali-temali dengan krisis sosial-politik, yang sangat dalam. Jalan 
keluar dari krisis nampaknya tidak juga tuntas pada masa Habibie dan 
tidak juga terlihat cepat pulih pada masa Gus Dur. Tetapi tanda-tanda 
pulihnya ekonomi tersebut mulai terlihat pada awal tahun 2000 ini, namun 
masih disertai rasa khawatir yang dalam karena krisis sosial ternyata 
tertancap dalam di jantung kehidupan masyarakat. Buktinya, kasus Ambon, 
Aceh dan sebagian daerah lainnya tidak cepat tuntas diselesaikan, yang 
ujungnya akan berdampak pada proses pemulihan ekonomi.

Selama setahun, negara-negara Asia Timur, kecuali Cina, Taiwan, dan Hongkong, 
mengalami masa krisis berat. Tetapi setahun kemudian krisis tersebut dibayar 
tuntas oleh negara-negara Asia Timur tadi dengan memacu kembali tingkat 
pertumbuhan ekonominya sampai pada tingkat normal seperti sedia kala. 
Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada tahun 1999 telah mencapai tingkat 
yang tinggi dengan 8%. Hal yang sama dicapai Thailand, yang berhasil memacu 
pertumbuhan ekonominya dengan memanfaatkan kegiatan ekonomi luar negeri.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998 cukup mengenaskan karena dampak 
krisis tahun 1997 sebelumnya terlihat nyata pada tahun ini. Dampak negatif 
kontraksi ekonomi tersebut mengimbas pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat. 
Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan pekerja yang terlempar 
dari pekerjaan sangat besar jumlahnya dan sejauh ini tetap belum ada
kebijakan 
yang tepat dan terfokus untuk menyelesaikan masalah itu, kecuali program JPS 
yang mengatasi masalah sementara dan tidak sinambung.Daya beli masyarakat 
juga menurun sebagai akibat dari tingkat inflasi yang tinggi sehingga tingkat 
kesejahteraan pun merosot tajam. 

Kehidupan ekonomi yang menurun drastis ini sangat mempengaruhi daya tahan 
sosial masyarakat sehingga dengan mudah terprovokasi, marah dan merusak. 
Warna itulah yang terjadi di dalam setiap kejadian dan kegiatan masyarakat 
sepanjang tahun 1998 dan 1999, yang terkait langsung maupun tidak langsung 
dengan aspek ekonomi ini. Masyarakat sangat gundah secara kolektif dan mudah 
terkena pengaruh-pengaruh negatif sehingga berpotensi merusak. Salah satu 
faktornya tidak lain adalah tingkat kemampuan dan daya tahan ekonomi, 
yang juga merosot tajam.

Perkembangan ekonomi tahun 1998 yang mengalami kontraksi berat tersebut 
mempengaruhi keadaan tahun 1999 dan awal tahun 2000 ini. Secara kuantitatif, 
keadaan ekonomi tahun 1998 terlihat pada hampir semua lapangan usaha
mengalami 
kontraksi, kecuali pada sektor pertanian umum dan sektor LGA (listrik, gas 
dan air bersih). Kedua sektor ini pun bertumbuh sangat rendah sehingga tidak 
dapat mengkompensasi kontraksi sangat besar pada asektor-sektor lainnya. 
Selain itu, sektor LGA tidak banyak bermakna bagi perekonomian karena porsi 
kontribusinya terhadap total perekonomian sangat kecil.

Namun demikian, tahun 1999 perekonomian mengalami perbaikan yang nyata dengan 
tingkat kontraksi sebesar 0,25% atau bahkan tumbuh 0%, yang berarti jauh 
lebih baik dari kontraksi sebesar 13,2% pada tahun sebelumnya. Itu berarti 
bahwa pertumbuhan negatif sudah berhenti pada tahun 1999 ini sehingga 
dampak-dampak negatif dari pengurangan tenaga kerja di berbagai sektor 
juga berhenti. Tetapi keadaan ekonomi yang tumbuh 0% ini tidak atau belum 
mengakhiri penderitaan masyarakat karena masih belum ada tambahan pekerjaan 
baru yang signifikan.

Secara detail, tahun 1999, kontraksi masih terjadi pada sektor bangunan 
(minus 1,7%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (minus 5,6%), dan 
sektor pengangkutan dan komunikasi (minus 1,6%). Sektor yang paling parah 
mengalami kontraksi terlihat pada sektor keuangan dan jasa perbankan 
(minus 10,2%), sebagaimana terlihat pada penyebab krisis yang berasal 
dari sektor kritis ini.

Perekonomian Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan akan lebih baik daripada 
tahun sebelumnya. INDEF masih melihat bahwa kebijakan ekonomi masih tidak 
terarah, tetapi ECONIT menilai tahun 2000 ini sebagai tahun kelahiran 
kembali ekonomi Indonesia. Indikator bertambah baiknya perekonomian daripada 
tahun sebelumnya setidaknya terlihat pada proses politik yang berhasil 
diselesaikan. Terpilihnya presiden dan wakil presiden secara demokratis 
dari hasil pemilu multi partai menciptakan dampak secara langsung maupun 
tidak langsung terhadap perekonomian dan akan memberi peluang untuk 
meningkatkan kepercayaan masyarakat dan dunia internasional. 

Ruang kepercayaan inilah yang menjadi modal sosial bagi dinamika pertumbuhan 
ekonomi, yang akan dimulai secara positif pada tahun 2000 ini. Itu pun dengan 
catatan bahwa proses politik selanjutnya berjalan dengan baik. Artinya, 
Gus Dur dapat memainkan peranan politik baru sebagai pemimpin, yang dapat 
mengarahkan proses reformasi politik dan proses pemulihan ekonomi. Kalau 
terjadi sebaliknya, maka perkiraan ekonomi ini pasti akan meleset jauh.

Ekspansi ekonomi pada tahun 2000 diperkirakan minimal mencapai 2,1%. Ekspansi 
akan menjadi lebih tinggi lagi atau lebih rendah tergantung pada kemampuan 
pemerintah dalam meraih kemajuan yang berarti, lebih terarah, dan konsisten 
guna menyelesaikan persoalan penting di bidang ekonomi, politik,
pemerintahan, 
dan hukum. Misalnya persoalan restrukturisasi perbankan dan utang swasta, 
ancaman disintegrasi bangsa dari kasus Aceh, perealisasian program otonomi 
daerah dan pengaturan perimbangan keuangan pusat dan daerah, reformasi 
birokrasi, pengurangan subsidi (BBM, listrik, telefon, dan pupuk), serta 
kemajuan atas penyidikan kasus KKN secara umum.

Sektor barang seluruhnya pada tahun 2000 diperkirakan tumbuh positif, 
sedangkan sektor jasa masih akan sedikit mengalami kontraksi. Sektor 
bangunan yang semula mengalami kontraksi besar (minus 40,5% tahun 1998) 
akan jauh membaik, walaupun masih mengalami kontraksi sekitar 1%. Sektor 
keuangan dan jasa perbankan yang menderita kedua terparah di masa krisis, 
pada tahun 2000 masih akan mengalami kontraksi paling besar daripada 
sektor-sektor lainnya, yaitu 7%. Secara relatif semua sektor akan tumbuh 
positif, kecuali sektor keuangan dan konstruksi, yang selama ini dianggap 
sebagai biang keladi krisis.

Lapangan usaha yang pada tahun 1999 masih mengalami kontraksi, namun pada 
tahun 2000 diperkirakan sudah ada sektor-sektor yang mampu melakukan 
ekspansi. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang belum sepenuhnya 
pulih, namun mulai bangkit dan akan tumbuh sebesar 1,6%. Sektor 
pengangkutan dan komunikasi juga akan tumbuh sekitar 3% sejalan dengan 
pertumbuhan sektor barang.

Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang selama krisis 
masih selalu mampu melakukan ekspansi diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,5%. 
Dengan perkiraan musim yang lebih baik, investasi di sektor pertanian akan 
meningkat, khususnya pada sub sektor perikanan yang mendapat perhatian pada 
masa pemerintahan Gus Dur ini. Investasi di sub sektor perkebunan juga 
meningkat, namun sub sektor kehutanan diperkirakan akan menurun karena 
ketidakjelasan kebijakan pada sub sektor ini. 

Selain sektor pertanian, beberapa sektor juga diharapkan akan menjadi roda 
penggerak dalam memperbaiki krisis ekonomi. Sektor ini ditinggalkan selama 
ini karena dengan kebijakan yang distortif kegiatan ekonomi banyak tergiring 
ke arah kegiatan yang spekulatif, seperti properti. Tetapi dalam masa krisis 
ini sektor pertanian justru terus bertumbuh positif, sekaligus berperan 
sebagai penyelamat atau setidaknya menjadi penampung tenaga kerja, yang 
terlempar dari sektor lainnya.

Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% yang 
didorong oleh kenaikan harga minyak bumi di pasar internasional. Sektor ini 
kemudian berperan labih jauh meningkatkan penerimaan APBN. Meskipun mulai 
dialirkan ke daerah, tetapi dampaknya sebagai stimulus fiskal tetap akan 
terasakan di daerah.

Industri pengolahan akan tumbuh 3,4% akibat penurunan dan kestabilan harga 
bahan baku industri, perbaikan dalam pasar bahan baku serta kestabilan nilai 
tukar rupiah terhadap dolar AS. Ekspansi pada industri pengolahan
diperkirakan 
terjadi pada industri makanan, tekstil, kertas, dan logam dasar. Jika sektor 
ini pulih kembali, dipastikan perekonomian nasional mendapatkan penghela 
kembali dan penyerapan tenaga kerja akan semakin banyak terjadi.

Sektor listrik, gas dan air bersih diperkirakan tumbuh 4,3% seiring dengan 
pertumbuhan industri pengolahan. Sektor jasa-jasa lain akan tumbuh 5,3% 
yang sedikit lebih rendah daripada tahun sebelumnya akibat krisis belum 
sepenuhnya pulih.

Jadi, perkiraan-perkiraan obyektif seperti ini sebenarnya memberikan harapan 
baru bagi masyarakat luas bahwa ekonomi dapat dipulihkan kembali dengan peran 
penyerapan tenaga kerja yang lebih rasional. Itu artinya masyarakat akan 
mulai berangsur-angsur memasuki kehidupan yang normal.

Selain itu, proses pemulihan seperti ini juga merupakan bagian dari upaya 
peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. Perbaikan ekonomi ini tentu 
disertai dengan sejuta harapan agar bisa secara maksimal memberikan 
sumbangan lebih jauh terhadap ketenangan masyarakat luas.**

------------------------------------------------------------------------------

Kirim email ke