Ini adalah salah salah satu permainan <# --->kelereng>. Saya tidak tahu
akan istilahnya. Yang jelas alatnya sudah ada.
     Salah satu cara memainkannya adalah memindahkan sebuah kelereng ke
tempat kosong sambil melangkahi satu kelereng di sampingnya secara
horizontal atau vertikal,. tidak boleh miring. Kelereng yang dilangkahi
harus ditarik dari arena.
    Nah, bagaimana caranya, supaya nanti kelereng yang tertinggal hanya satu
buah saja?


              #  #
              #  #  #
              #  #  #
#  #  #  #  #  #  #  #  #
#  #  #  #  #  #  #  #  #
#  #  #  #  #  #  #  #  #
              #  #  #
              #  #  #
              #  #  #

     Dalam kepanitiaan apa pun, khususnya pesta perkawinan keluarga,
esensinya bisa diterapkan.
     Anggap saja setiap kelereng itu sebagai sanak-famili. Sedangkan
penyelenggara pesta perkawinan sebagai pemain dari permainan itu. Kelereng
yang keluar dari arena berarti sanak-famili yang di samping aktif dalam
kepanitiaan juga akan hadir dalam pesta perkawinan.
     Nah, bagaimana caranya, agar setiap sanak-famili nanti di samping aktif
dalam kepanitiaan, juga  hadir dalam pesta perkawinan.
     Jadi si pemain harus memeras otak/berhitung panjang dalam memainkan
kelereng. Artinya, penyelenggara pesta perkawinan perlu bijaksana dalam
menyusun/memprioritaskan personalia kepanitiaan pesta perkawinan dari
kalangan sanak-famili.
     Syukur-syukur kelereng bisa meninggalkan arena tanpa sentuhan tangan
pemain.  Artinya, ada sanak-famili yang tetap bersedia aktif dalam
kepanitiaan pesta perkawinan meskipun si penyelenggara tidak terlebih dulu
harus melakukan negosiasi/ajakan.
     Tetapi adakalanya sanak-famili sedekat apa pun bermental kelereng.
Artinya, cuek dengan urusan pesta perkawinan bila si penyelenggara tidak
bernegosiasi/mengajaknya dalam kepanitiaan. Malah gilirannya bisa berakibat
fatal : tidak hadirnya mereka dalam pesta perkawinan itu sendiri meskipun
sudah memperoleh surat undangan.  Apakah itu karena "Gengsi", "Perasaan
Dilecehkan", atau "Marah" dalam kaitan kepanitiaan pesta perkawinan.
     Tentu saja kalau ditanya pada pasca pesta perkawina, "Kenapa nggak
hadir", maka jawabannya macam-macam serta bersifat alasan belaka. Misalkan :
"Ada kerjaan kantor", "Upik Sakit Gigi", sampai "Ke rumah Bos".



Salam,

Nasrullah Idris
----------------------
Bidang Studi : Reformasi Sains Matematika Teknologi
http://bdg.centrin.net.id/~acu
http://google.yahoo.com/bin/query?p=Nasrullah+Idris&hc=0&hs=0
Email Lain : [EMAIL PROTECTED] <untuk darurat saja>

Kirim email ke