Begitu nyata siapa yang perduli negara ;siapa yang hanya memikirkan diri
sendiri dan bernafsu sekali jadi presiden.

Wasalam,
Liz

DPP PAN Berhentikan Yahya Muhaimin dan Al-Hilal Hamdi

Jakarta,Kompas
Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN), sejak Kamis (15/3)
pukul 06.00, memberhentikan Yahya A Muhaimin dan Al-Hilal
Hamdi-masing-masing Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi-dari kepengurusan dan keanggotaan PAN. Dalam kepengurusan DPP
PAN, Yahya Muhaimin menjadi anggota dewan pertimbangan, sedangkan Al-Hilal
Hamdi menjadi wakil sekjen.

Ketua Umum DPP PAN Amien Rais mengungkapkan keputusan itu di Jakarta,
kemarin. Diakuinya, dalam rangkaian pengambilan keputusan tersebut, Rabu
malam, ada pertemuan di rumahnya. Sebanyak 17 fungsionaris DPP PAN bertemu
untuk rapat pleno. Dalam pertemuan, baik Yahya maupun Al-Hilal diminta
mundur dari jabatan mereka sebagai menteri dalam Kabinet Abdurrahman Wahid.
Yahya dan Al-Hilal hadir dalam pertemuan selama 2,5 jam itu, tetapi dengan
berbagai alasan keduanya menolak berhenti sebagai menteri.

"Mereka diminta secara elegan mundur karena PAN sudah menarik dukungan
politik kepada Abdurrahman Wahid. Kami sudah tidak mendukung lagi, jadi
secara etis otomatis keduanya harus mundur sebagai menteri. Karena keduanya
masih bertahan, maka kami memberhentikan mereka," kata Amien.

Menurut Amien, Al-Hilal beralasan tidak akan mundur karena harus
menyelesaikan RUU Ketenagakerjaan, sekalipun misalnya usia pemerintahan
Presiden tidak akan lama lagi. "Kalau toh tenggelam, dia akan tenggelam
bersama pemerintah ini," katanya.

Ada pun Yahya Muhaimin menolak mundur karena yang bersangkutan adalah wakil
Muhammadiyah, bukan wakil PAN. "Pokoknya, dengan diberhentikannya kedua
menteri itu (dari PAN), kita tidak punya beban moral lagi," ujar Amien
menambahkan.

Kecewa dan prihatin

Menanggapi pemberhentian dirinya dari PAN, Yahya Muhaimin menyatakan kecewa.
Sementara Alhilal Hamdi merasa prihatin dengan tindakan DPP PAN tersebut,
tetapi dia tidak menganggap dirinya sebagai korban, apalagi tumbal politik
akibat perseteruan antara PAN dan lembaga kepresidenan.

"Saya menghormati keputusan itu dan tidak akan mengklarifikasi lagi karena
itu sudah jelas," kata Al-Hilal, tadi malam, usai menutup seminar "Kebijakan
Pelaksanaan Program Nasional Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri" di
Gedung MPR/DPR, Jakarta.

Kalau Al-Hilal bersedia berkomentar panjang, tidak demikian dengan Yahya
Muhaimin. Puluhan wartawan yang mengerubunginya sebelum penandatanganan
perjanjian soal bantuan susu dari pemerintah Amerika Serikat untuk Indonesia
di Kantor Depdiknas harus gigit jari karena Yahya belum berkomentar apa pun.
Usai acara, Yahya yang dulu dikenal sebagai pengamat militer itu hanya
bersedia berbicara sepatah-dua patah kata.

"Ya, saya biasa-biasa saja, tetap aktif bekerja dan tidak shocked karena
saya jarang shocked," katanya menanggapi pemecatan dirinya. Yahya, yang
tampak sulit melukiskan perasaannya itu, kemudian mengatakan bahwa dirinya
sudah pernah memperkirakan keputusan itu. "Kalau ditanya bagaimana perasaan
saya, gimana, ya.... Begini, saya sudah bertahun-tahun bersahabat dengan Pak
Amien, hubungan persahabatan kami sudah sangat kental. Jadi bisa dibayangkan
seperti apa," ucapnya lirih. Ia lalu melanjutkan, "Tetapi barangkali inilah
suratan takdir saya sementara ini."

Anda kecewa dan menyesalkan, tanya wartawan bertubi-tubi. "Mau bilang iya
(menyesal) tidak pantas, tetapi bilang tidak kok, ya, aneh juga. Akan tetapi
saya memahami (keputusan) Pak Amien Rais sebagai Ketua PAN," tuturnya.

Ditanya apa yang akan dilakukan, Yahya Muhaimin, memilih akan terus
mengerjakan tugas-tugasnya. "Saya ingin bekerja sebaik-baiknya dengan siapa
saja dan di mana saja," katanya menutup pembicaraan. Sehari sebelumnya,
Yahya menegaskan bahwa ia ditunjuk sebagai Mendiknas oleh Presiden
Abdurrahman Wahid sebagai wakil dari Ormas Muhammadiyah.

Bebas dari beban

Adapun Alhilal Hamdi menyatakan bersyukur karena dibebaskan dari beban dan
kewajiban sebagai anggota partai politik. Posisi demikian justru membuatnya
dapat melakukan kontrol cek dan balance terhadap lembaga pemerintah atau
kepresidenan.

Dia menyadari posisinya kini berseberangan dengan anggota PAN lainnya, namun
Alhilal berjanji tidak akan meninggalkan spirit partai yang telah
mengantarkannya ke posisi sekarang. "Tidak secara harafiah, tetapi visi dan
misi reformasi tetap dijalankan," cetusnya seraya mengingatkan sebetulnya
daerah masih mendukung dirinya dan menyayangkan keputusan DPP PAN itu.

Mengenai keputusannya tetap bertahan sebagai Menakertrans, menurut Al-Hilal,
hal itu terutama karena saat ini tengah dalam masa periodisasi perundingan
antara buruh/serikat buruh dan perusahaan, serta memperluas cakupan
Jamsostek. Oleh karena itu, Al-Hilal menolak dugaan dirinya dipinang parpol
lain. Dalam situasi gonjang-ganjing seperti sekarang, lanjutnya, seharusnya
semua pihak menyadari pentingnya bersatu dan bersama-bersama menyelesaikan
persoalan bangsa. "Gus Dur (Abdurrahman Wahid) mundur bukan berarti semua
persoalan selesai," ujarnya seraya bergegas naik ke mobil.

Sementara itu, sumber-sumber Kompas di Istana mengatakan, kemungkinan
Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail akan diganti dalam waktu dekat.
(tri/p04/pep/sah)


_________________________________________________________________
Get your FREE download of MSN Explorer at http://explorer.msn.com

Kirim email ke