"Sonoluminescence"

   In the beginning, Gaitan said
         "I need a small spot of light to get my Ph.D."

   Then...
   Gaitan made the light and saw that it was good.

   Crum saw the light and quickly signed the thesis. [1]

   Putterman saw the light ...
     it was hot [2]
     it was brief [3]

   ... and for a while we all believed it was magic.

   But most scientist prefer not to believe in magic, even though most
   everyone else does. Consequently, it was natural for every scientist to
   explain the phenomenon as a simple example of his/her expertise:
     The Quantum Field Theorists said, "Energy is extracted from the vacuum;"
     The Fluid Dynamicists said, "Colliding liquid jets;"
     The Plasma Physicists said, "Electric discharge from tiny balls of plasma;"
     The Mechanical Engineers said, "Energy from acoustic resonances;
     The Chemists said, "Energy from chemical reactions;"
     and The Shock Physicists said, "Energy from shock waves."

   Amidst the controversy, the scientific community showed an unusual amount
   of respect and tolerance:
     The Experimentalists said "The Theorist are nuts;"
     The Theorists said, "Every other Theorist is nuts."

                                                -- W.C. Moss, D.B. Clarke, and D.A. 
Young


Seirama dengan spirit dunia yang hari ini merayakan "World Poetry Day"
dan sambil menunggu waktu luang untuk melanjutkan serial SOW, tulisan ini
saya awali dengan kutipan dari sebuah "poem" yang menarik tentang
sonoluminescence [Moss, Clarke and Young, "Star In A Jar" Sonochemistry
and Sonoluminescence. 159-164 (1999), Edited by Crum, et al].

Sebetulnya cerita "[cold] nuclear fusion" yang saya singgung dalam
tulisan terdahulu itu amat panjang tetapi menarik, apalagi kalau
dilengkapi dengan fiaso memalukan yang terjadi tigabelas tahun yang lalu
(the "fusion confusion" generated by Pons-Fleischmann's debacle) yang
diwarnai keras oleh ambisi, keserakahan dan persaingan tidak sehat antar
institusi pendidikan/riset (U of Utah dan BYU). Buat yang tertarik akan
cerita lengkap, complete with juicy details, dari kejadian yang mirip
soap-opera ini, saya persilahkan membaca sendiri buku Gary Taubes, "Bad
science : the short life and weird times of cold fusion" (1993).

Terlepas dari kontroversi, setback dan stigma warisan P-F scandal,
ternyata masih banyak orang yang "diam-diam" melanjutkan eksperimen
sejenis. Trend paling mutakhir, dan memang "lebih masuk akal" (ketimbang
scenario "palladium cell" nya P-F) adalah eksperimen yang menggunakan
apa yang disebut "sonoluminescence" - sebuah fenomena yang sudah dikenal
sejak perang dunia pertama. Sonoluminescence adalah proses dimana
gelembung gas dalam cairan, yang dibentuk dan di-suspend oleh satu
frekwensi tertentu, memancarkan cahaya. Cahaya tersebut muncul ketika
gelembung tersebut akhirnya kolaps (implosion) setelah secara cepat
mengembang dan mengerut seirama dengan denyut frekwensi gelombang suara
yang dipakai.

Tulisan SOW saya sebelumnya, ulasan singkat tentang eksperimen Oak Ridge
yang dikerjakan oleh Taleyarkhan et al (Subject: Tabletop Nuclear
Fusion?), sebetulnya juga saya lempar ke beberapa mailing list lain untuk
mendapatkan "feedback" atas pertanyaan yang sering muncul di benak saya:
seberapa jauh minat bangsa awak pada science? Ini bukan poll yang
scientific, pula sample-size nya juga tidak terlalu besar, tetapi
kesimpulan sementara tidak terlalu menggembirakan. Has [basic] science
already been dead, or never developed in this part of the world?

Selama ini saya selalu kesulitan untuk menyebut nama-nama melayu kalau
ada pertanyaan siapakah scientist di negeri awak. Yang paling mendekati
kriteria, dari yang saya kenal, mungkin cuma Andi Hakim Nasution (IPB)
dan kakak kelasnya, Slamet Soeseno, yang artikel "popular science" nya
sering muncul di majalah Intisari. Dan cilakanya, kedua nama tersebut
juga sudah berstatus almarhum dalam tempo kurang dari 2 tahun belakangan
ini. Melihat langkanya para scientist dan, yang juga lebih langka lagi,
scientist yang bisa menulis dan  mengartikulasikan science secara
populer (bisa dipahami publik yang awam), mungkin saya tidah usah
terlalu kaget dengan "feedback" akan rendahnya minat pada science dalam
survey saya diatas.

Terimakasih atas tanggapan dan "encouragement" dari beberapa pembaca -
memang itu merupakan tulisan pertama saya dalam genre "popular science."
Semoga saya bisa konsisten dan secara teratur mampu meluangkan waktu
untuk menulis artikel science semacam itu. [I'm trying ... and still
learning]. Saya sendiri bukan seorang physicist atau scientist atau
seseorang yang pernah mendapat formal training dalam dunia science, jadi
sesungguhnya para physicist di kampus, misalnyai ITB, itulah yang
seharusnya lebih "equipped" untuk menulis topik sejenis ini. Saya
sendiri harus membaca beberapa kali [digging and chewing all the
references] untuk bisa mengerti ilmu yang sebetulnya memang "asing" buat
kepala saya. Mungkin ada juga keuntungannya, bahwa ketika kemudian saya
mencoba menerangkannya kembali, gaya tulisan yang saya pakai adalah
bahasa sederhana, yang mudah dipahami orang banyak.

Moko/

--

[1] D.F. Gaitan, "An Experimental Investigation of Acoustic Cavitation
        in Gaseous Liquids" Ph.D. thesis, University of Mississippi (1992).
[2] R. Hiller, S.J. Putterman, and B.P. Barber, "Spectrum of
        synchronous picosecond sonoluminescence", Physical Review Letters
        69, 1182-1184 (1992).
[3] B.P. Barber and S. Putterman, "Observation of Synchronous
        Picosecond Sonoluminescence", Nature 352, 318-320 (25 July 1991).

Kirim email ke