Yuph, saya setuju dengan Bung Sulis bahwa itulah resiko sebgai pejabat publik. Mengenai ghibah, saya kurang berkompeten untuk menjawabnya. tapi saya melihat "mayoritas"(asumsi saya 70%) rakyat Indonesia masih doyan acara-acara sinetron plus infotainment/gosipnya (slot iklannya penuh mulu) dan rakyat mengagumi dan menyayangi lakon utama yang sering didzalimi lawan mainnya.
jadi inget quote sang lakon utama waktu Beliau dialog dengan kadin: "They just don't understand" yuph, rakyat Indonesia mungkin belum mengerti bahwa saat ini sang lakon sedang berakting terdzalimi jilid II dibawah sutradara "rubah" bersaudara. CMIIW (untuk "mayoritas" mungkin rekan-rekan ada kah yang pernah mensurvei nya....) salam -utong- ________________________________ From: Sulistiono Kertawacana <sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id> To: PPIBelgia@yahoogroups.com Sent: Saturday, June 13, 2009 7:02:27 PM Subject: Re: [PPIBelgia] Ya Ampun... JK "Telanjangi" SBY Siapapun yang siap mencalonkan diri sebagai pejabat publik...siap2 saja "ditelanjangi" hehhe Semakin para kompetitor calon saling "menelanjangi" , maka semakin terang sang pemilih akan dicontreng yang mana...ini bagus buat publik...Nah kalo yang begini, termasuk dalam kategori Ghibah bukan Bung Utong (mengingatkan diskusi kita beberapa waktu lalu akan seorang tokoh hehe) Kind regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/ Furqon Azis wrote: kasian atuh bung Sulis ditelanjangin mulu >ntar ngadu ma rakyat Indonesia klo beliau di dzalimi terus >(sinetron "Terdzalimi 2" mode: on) > > >-utong- > > > ________________________________ From: >Sulistiono Kertawacana <sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id> >Sent: Saturday, June >13, 2009 5:29:46 PM >Subject: [PPIBelgia] >Ya Ampun... JK "Telanjangi" SBY > > >Ya Ampun... JK "Telanjangi" SBY > >>Sabtu, 13 Juni 2009 | 12:58 WIB > >>Laporan wartawan KOMPAS Suhartono > >>BANDA ACEH, KOMPAS.com - Calon Presiden Muhammad >Jusuf Kalla, yang juga >Wakil Presiden RI, "menelanjangi" peranan Presiden Susilo Bambang >Yudhoyono, baik di saat perundingan damai Pemerintah RI dengan Gerakan >Aceh Merdeka (GAM), maupun di masa sebelumnya saat menjadi Menko >Politik dan Keamanan. > >>Dalam kampanye dialogis di hadapan sekitar 1.000 pendukung dan kader >Partai Golkar di gedung Sarana Kebudayaan Anjung Monmata di Jalan SA >Mahmudsyah, Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sabtu >(13/6) siang tadi, tanpa menyebut dan juga menyebut "presiden" atau >"pemimpin" saja, Kalla menceritakan hal itu dengan gamblang tentang >peranan Presiden SBY. > >>Meskipun tanpa menyebut nama, publik bisa mengetahui siapa yang >dimaksud oleh Kalla. Saat Kalla memaparkan tanpa menyebut nama, tetapi >hanya menyebut "pemimpin" dan "presiden", Kalla menggambarkan penolakan >presiden untuk menandatangani setiap masalah yang dirundingkan dalam >perdamaian damai, seperti soal pendirian partai lokal. > >>"Coba periksa, tidak ada tanda tangan siapa pun kecuali tanda tangan >saya di dalam perjanjian perdamaian Helsinki itu. Saya pernah minta >untuk ditandatangani soal pendirian partai lokal, akan tetapi presiden >tidak mau. Akhirnya, saya yang menandatangani dengan segala risiko >setelah 10 kali membacakan Surat Yassin bersama istri saya," ungkapnya. > >>Kemudian, Kalla juga menyatakan soal presiden yang disebutnya hanya >manggut-manggut saat dilapori soal perkembangan perundingan damai Aceh. >"Semua yang saya lakukan terkait perundingan damai Aceh itu, >sepengetahuan Presiden. Dan, itu saya laporkan. Waktu saya laporkan, >beliau biasanya manggut-manggut. Pemimpin itu cukup mengangguk-angguk >saja. Presiden kita bagus karena tidak pernah menolak, meskipun juga >tidak pernah memberikan pengarahan (soal perundingan) > >," ungkap Kalla. > >>Kalla selanjutnya juga menceritakan peranan SBY di kala pemberlakuan >Darurat Sipil di Aceh. Sebaliknya, ia juga seperti mengklarifikasi >siapa yang menandatangani Darurat Sipil di Aceh pada waktu itu. "Bukan >kami (yang keluarkan). Kami waktu itu Menko Kesra. Ada teman saya yang >meneken darurat sipil waktu itu. Kalau Pak Wiranto (pasangannya sebagai >cawapres), justru yang mencabut Daerah Operasi Militer (DOM), dan minta >maaf atas Aceh," lanjut Kalla. > >>Pada bagian lain, Kalla juga menyinggung tentang hadiah nobel yang >diharapkan seseorang terkait dengan perundingan damai di Aceh. "Hadiah >yang tertinggi dari perundingan damai itu adalah yang datang dari Allah >SWT. Bukan nobel. Tidak tahu, kalau ada orang yang mengharapkan hadiah >nobel itu," demikian dikatakan Kalla. > >http://nasional. >kompas.com/ read/xml/ 2009/06/13/ 1258380/Ya. Ampun.... JK.Telanjangi. >SBY >-- >Kind regards, >Sulistiono Kertawacana >http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/ >