Mas Boy yang baik hati,

Sentilan Anda sangat menggelitik. Saya bertanya, kenapa anak-anak 
pesantren baru bisa muncul sekarang ini saja, tepatnya setelah masa 
reformasi ? Kenapa tidak muncul, misalnya, sejak zaman Suharto, atau -
-meminjam istilah Anda-- selama 40 tahun terakhir ? Jawabnya, karena 
pada era Suharto, NU dipinggirkan dan dianak-tirikan. Masa itu 
generasi NU  hampir sama sekali tidak punya akses ke jenjang diluar 
wilayah ke-NU-an. Ambil contoh, jarang anak-anak muda NU, bahkan bisa 
dibilang tidak ada, yang dikirim oleh negara untuk mengikuti tugas 
belajar ke luar negeri. Kesempatan tersebut banyak diberikan hanya 
kepada kelompok-kelompok Islam non-NU. Jadi, kalo sekarang tampak 
yang muncul hanya Gus Dur, maklumlah, karena generasi muda Pesantren 
NU tidak banyak memperoleh "kue pembangunan". Kuliah dengan biaya 
sendiri ? Wah, jangan mimpi, wong kesempatan untuk kaya saja dihalang-
halangi oleh rezim Suharto. Bank NU-Summa, kunci awal kebangkitan 
ekonomi kaum santri tradisional, sebagai salah satu contoh, secara 
tak langsung telah dikempiskan sejak awal berdirinya.

Pada era Suharto, ketika tidak diberi kesempatan memasuki dunia 
birokrasi dan lembaga-lembaga negara lainnya, dan dunia politik 
dibungkam, anak-anak NU berkiprah di dunia LSM dan lembaga-lembaga 
swadaya lainnya. Memunculkan gerakan pembangkangan baru secara 
kultural atas dominasi Suharto, ditandai dengan berkembangnya wacana 
Civil Society, membuat ketumbangan Suharto makin cepat. Berlebihan ? 
Tidak, itu penemuan PPIM, Ciputat. Anak-anak muda NU ini antara lain, 
Ulil, Rumadi, Moqsith, KH Aminoto Sa'doellah, Zuhairi, Masdar, Agus, 
Imdad, Khamami Zada, Anas, Rendra, Aziz, Jadul, Luthfi, Suaedi, 
Inung, Jabir, Sumanto, Nuridin, Ali Sobirin, dll --hanya untuk 
menyebut beberapa nama saja. Mengharapkan ketokohan mereka sebesar 
Gus Dur, seperti Mas Boy harapkan, saya duga, hanya menunggu waktu 
saja. 

Pelan-pelan, ketika Suharto tumbang, dan era dimana Indonesia kembali 
dipegang oleh tangan-tangan kelompok mayoritas,  NU sebagai salah 
satu kelompok mayoritas ini, mempunya kesempatan anyar. Pak Alwi 
Shihab, lewat PKB, membuka pintu lebar-lebar anak-anak muda NU untuk 
kuliah di Amerika, Australia, Jepang, India dan negara-negara lain. 
Pak Hasyim Muzadi, lewat PBNU, mengirim sebanyak-banyaknya para 
santri NU ke UK, Iraq, Mesir, Syria, Tunisia, Maroko, Saudi Arabia, 
Yaman, Yordania, Lebanon, Pakistan, India, dll. Ingat, keran ini baru 
terbuka beberapa tahun lalu. Menginginkan generasi baru sebesar Gus 
Dur di dunia internasional ? Percaya deh, tunggu saja paling lama 
sepuluh tahun lagi.

Benih-benih dari generasi awal anak-anak santri yang sudah merambah 
dunia internasional, saat ini mulai tampak. Beberapa anak muda NU 
mulai "mengaum" di kampus-kampus beken internasional. Santri-santri 
tersebut antara lain, Ulil Abshar Abdalla, Yudian Wahyudi, Qodri 
Azizy, Fajrul Falaakh, dll. (Bisa dilihat disini, 
http://www.law.harvard.edu/programs/ilsp/conference.html, ini hanya 
salah satu contoh). Selain itu, generasi baru ini juga selangkah 
lebih maju dari Gus Dur dengan memasuki dunia publikasi 
internasional. Yudian Wahyudi tahun lalu menulis di jurnal bergengsi 
internasional The Muslim World tentang 'respon dunia Arab terhadap 
pemikiran Hassan Hanafi' ( 
http://www.blackwellpublishing.com/issue.asp?iid=2&ref=0027-
4909&vid=93 ). Nadirsyah Hosen, anak muda NU lain, baru-baru ini 
beberapa buah tulisannya muncul hampir bersamaan di jurnal-jurnal 
bergengsi yang berbeda, diantaranya, Journal of Islamic Studies, 
Oxford ( http://www3.oup.co.uk/islamj/current/  atau 
http://www3.oup.co.uk/islamj/current/eth201.sgm.abs.html ), juga 
dapat ditemukan di Murdoch University Electronic Journal of Law ( 
http://www.murdoch.edu.au/elaw/indices/issue/v11n1.html ). Nadirsyah 
Hosen bukan hanya menulis ttg kajian keislaman, tapi juga menulis 
tentang korupsi, hak asasi manusia, dan sistem pemilu --tema-tema 
yang sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh santri. Salah satu 
tulisannya tentang pemberantasan korupsi, bisa dilihat di European 
Journal of Law Reform: http://www.ejlr.org/ yang diterbitkan oleh 
Indiana University school of law (Amrik). Dan masih ada beberapa nama 
lainnya. Sementara itu, anak-anak NU juga sudah merambah dunia IT, 
sains, dan dunia sebangsanya.

Kapan generasi pengganti Gus Dur muncul ? Tinggal tunggu waktu. 
Kesempatan tersebut sudah terbuka. Apakah ini pertanda kebangkitan 
santri-santri NU dan dunia pesantren tradisional ? Yupe, Anda betul. 


Salam,
Rizqon
===




--- In [EMAIL PROTECTED], Danardono HADINOTO 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mas Sandy mengharapkan: 
>  
> "Kalau bisa dari kalangan pesantren tiap tahunnya ada yang dapat 
hadiah Nobel"
> 
> Bagaimana ya? jangankan pesantren, negara2 yang uuassli Arab saja, 
seperti Arab Saudi yang menyebar dana untuk pesantren2 sedunia, 
hampir tak ada yang meraih nobel. Apalagi untuk ilmu2 Physica, 
Mathematica, Ekonomi.
> 
> Kebanyakan peraih nobel adalah negara2 yang sekular. Apakah ini 
kebetulan atau bagaimana. 
> 
> Coba mas Sandy khabarkan bagaimana basis pembelajaran ilmu2 
Phyisica, Mathematica, Ekonomi dan ilmu2 sains lainnya di pesantren. 
Sudah mirip Harvard, MIT, London School of Economics?
> 
> Peraih Green Card pertama di Jerman terutama untuk akhli2 IT adalah 
seorang Indonesia Jawa Tionghoa beragama Kristen lulusan Universitas 
Aachen.
> 
> Salam
> 
> RM Danardono HADINOTO
> 
>  
> 
>  
> 
>  
> 
> 
> Ida <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> salam...
> Wah.....setelah baca komennya sandy bakal banyak org pesantren yg 
> komen nih!
> 
> dan setelah baca komen itu aku jadi ingat partainya KH Zainuddin 
MZ. 
> Beliaukan dijuluki Dai sejuta umat, tapi saat pemilu kemarin yang 
> sejuta umatnya itu pada kemana yah????
> 
> id
> --- In [EMAIL PROTECTED], Sandy Dwiyono <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> > Soal pesantren saya ingin kasih komentar sedikit,
> > bagaimanakah caranya agar pesantren-pesantren di
> > Indonesia menjadi lebih hebat, canggih, maju, modern
> > tanpa kehilangan keislamannya. Kalau bisa dari
> > kalangan pesantren tiap tahunnya ada yang dapat hadiah
> > Nobel. Saya melihat dalam 40 tahun terakhir hanya
> > GusDur yang bersinar dari kalangan pesantren, lha mana
> > yang 40 juta lainnya? Seandainya ke- 40 juta
> > santri-santri di pesantren bersinar maka akan terang
> > Indonesia. Lahirkan dong karya-karya besar dari
> > pesantren. 
> >  
> > --- khairuddin siregar <[EMAIL PROTECTED]>
> > wrote:
> > 
> > > alhamdulillah mudah-mudahan kekaguman kita kepada
> > > malaysia tidak menjadi penghambat utk memajukan diri




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi.4t.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke