saya heron kok ijazah palsu masih lolos jadi caleg, khan ... sudah di saring oleh KPU sehingga ada yang diajukan kepengeadilan, ......jadi menurut saya permasalahannya ada di KPU sebagai tukang saring. Apakah lubang saringannya kegedean atau saringannya dirusak oleh pihak tertentu ... .....
kalo KPU jadi masalah maka amburadullah negeri ini, disamping melakukan hal-hal yang melukai demokrasi itu sendiri dengan melakukan penyaringan berdasarkan pemilikan izasah juga penyeringan kesehatan terhadap capress. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh KPU sendiri merupakan pengejawantahan Politik demokrasi terpimpin ala bung Karno yang menyingkirkan orang-orang yang tidak disenangi. Kalau memang benar hal ini, maka pasti ada sesuatu yang berada dibalik KPU. Mungkin orang-orang ini yang disebut sebagai 'pecundang sejati' kayak lagunya AFI deh ... dulu bung Karno setelah menanam dan menuai badai, maka sekarang ini kita tidak tahu apakah tuaian dari KPU untuk masa depan indonesia yang akan datang .... dan KPU seharusnya diaudit penggunaan keuangannya dengan permasalahan tinta dan terus-terusan minta dana yang dikeluhkan sering kurang tersebut ... salam, Yustam Rekan2 milis di seantero dunia, Di tanah air lagi hangat isu 275 dpr terpilih yg 'malu2in' alias bermasalah. Kebetulan di india juga lagi rame isu yg sama yg dalam bahasa media india dikenal dg julukan 'tainted politician' (literalnya, politisi ternoda, jelas noda di sini beda dg kata2 'gadis yg ternoda' spt dalam novel2 dan film2 kita). :) Terlepas dari itu, saya melihat fenomena timbulnya 'politisi bermasalah' ini sebenarnya sebagai ekses atau nilai minus demokrasi yg tak terelakkan. Demokrasi dalam artian free election berarti 'siapapun yg punya massa banyak akan terpilih.' Nah, yg punya massa banyak itu tentu saja bisa seorang kyai dg basis massa santri, tokoh orsos semacam NU, MUHAMMADIYAH, dll dan tentu saja, dan ini yg perlu, tokoh preman budiman alias Robin Hood Indonesia. Sebagai contoh, dari rekan2 asal Medan saya mendengar ada tokoh preman (mafia judi, usaha2 ilegal, dll) yg sangat terkenal di Medan. Terkenal di kalangan preman, dan populer di kalangan rakyat miskin. Karena, konon paling cepat membantu apabila ada rakyat miskin yg membutuhkan uluran tangan. Tokoh semacam ini tentu saja akan terpilih kalau dia mencalonkan diri. Nah, kalau sudah gini, sebenarnya siapa yg salah? Tokoh2 'ternoda' itu, rakyat yg milih, atau sistem demokrasi? salam hot dari Taj Mahal, (MG) Selasa, 10 Agt 2004, Memalukan Sekaligus Memilukan Oleh Ide Bagus Hapsara * Memalukan dan memilukan. Itulah perasaan yang pertama timbul di benak saya ketika membaca berita bahwa 275 anggota DPR terpilih, baik pusat maupun daerah, bermasalah. Memalukan karena hal itu mencerminkan rendahnya moral dan etika politik para anggota dewan yang terhormat. Memilukan karena untuk lima tahun ke depan nasib kita berada di tangan orang-orang yang cacat moral. Jadi, pantaslah jika kita tidak dapat berharap banyak dari wakil rakyat tersebut untuk dapat memperjuangkan nasib dan kepentingan bangsa Indonesia. Seperti diberitakan koran ini, masalah yang menimpa para anggota DPR yang akan dilantik itu, antara lain, pemalsuan ijazah sebagai syarat pencalegan, money politics semasa kampanye, serta pelanggaran hukum dan moral seperti dugaan tersangkut narkoba, perselingkuhan, dan lain-lain. *** Dari kenyataan itu kita patut berpikir dan merenung dengan logika sederhana. Bagaimanakah kira-kira kondisi dewan lima tahun ke depan jika banyak anggotanya yang cacat moral? Pertama, jika untuk mencapai suatu kedudukan anggota DPR tersebut menghalalkan segala macam cara tanpa memperhatikan etika politik dan hukum, sangat mungkin yang mereka lakukan setelah terpilih adalah berusaha mengembalikan modal yang mereka keluarkan. Tentu saja mereka akan melakukannya dengan segala macam cara juga. Hal inilah yang bakal mendorong timbulnya korupsi dan penyelewengan dana anggaran, seperti yang sering terjadi pada periode 1999-2004 ini. Misalnya, kasus korupsi di DPRD Sidoarjo dan Padang. Selain itu, anggota dewan tidak akan berkonsentrasi untuk memperjuangkan nasib pemilihnya. Mereka sibuk memikirkan cara untuk memenuhi kepentingan diri sendiri. Urusan rakyat yang mereka wakili itu urusan belakangan. Kedua, banyaknya anggota DPR bermasalah mencerminkan rendahnya moral dan kualitas mental mereka. Jika dilogika, barang dengan bahan baku yang baik, bila diolah dengan benar akan menghasilkan barang yang baik. Anggota dewan terpilih kita analogikan bahan baku yang kualitasnya tidak begitu baik. Tentu saja kita tidak dapat mengharapkan hasil berupa anggota DPR yang baik pula. Ketiga, jika suatu perbuatan diawali dengan niat dan tujuan yang baik, langkah selanjutnya juga akan baik. Sebaliknya, jika perbuatan diawali dengan niat dan tujuan kurang baik, hasilnya juga akan kurang baik. Jadi, jika niat dan tujuan awal mereka untuk menjadi anggota DPR sudah kurang baik -misalnya mencari kekayaan untuk diri sendiri bukan untuk memperjuangkan nasib rakyat-,langkah selanjutnya yang mereka ambil juga kurang baik. Hal itu tecermin dari langkah-langkah yang mereka lakukan agar bisa menjadi anggota DPR -memalsukan ijazah, money politics. Tinggal kita tunggu saja tindakan-tindakan apa lagi yang akan mereka lakukan setelah menjadi anggota DPR. Terakhir, kegiatan apa pun akan berjalan dengan lancar jika terdapat rasa saling percaya di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Padahal, rasa percaya tidak bisa timbul begitu saja. Hal itu baru bisa tumbuh dengan ada pembuktian dari pihak-pihak yang bersangkutan. Di sini, jika sejak awal saja rakyat sudah disuguhi fakta seperti itu, tentu saja kepercayaan rakyat terhadap anggota dewan yang terhormat akan turun. Itu akan membawa dampak yang kurang baik bagi lembaga legislatif secara umum. Dalam hal ini apa pun tindakan lembaga legislatif -walaupun mungkin bertujuan baik- akan mendapat respons buruk dari masyarakat. Padahal, tidak semua anggota dewan mempunyai tujuan buruk. Dampak lain ialah kedudukan dewan di hadapan lembaga eksekutif akan lemah pada saat menjalankan fungsi pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan. Dewan tidak memiliki kekuatan moral untuk menekan pemerintah. *** Namun, harus jujur kita akui tidak semua anggota derwan terpilih bermasalah. Masih banyak yang bermoral baik. Karena itu, mari kita dorong agar wakil rakyat yang masih baik itu memberi warna bagi terciptanya lembaga dewan yang kredibel dan aspiratif sehingga bisa membawa manfaat bagi rakyat dan bagsa Indonesia. Saya berharap kritik dan kecaman terhadap anggota dewan terpilih melecut mereka untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi bangsa ini. * Ide Bagus Hapsara, mahasiswa Teknik Mesin ITS Surabaya. ===== Mario Gagho Political Science, Agra University, India ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi.4t.com *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/