DANA KAPU MELIMPAH, RT/RW DIPERAH Oleh Tangkisan Letug
Dana KPU memang melimpah, barangkali di sana bersarang serakah hingga celakanya terjadi sudah RT/RW pun bagi sapi perah. Siapa peduli kontrol dana KPU? Tak tahulah, hanya rakyat sajalah, yang terus dibuat salah KPU mungkin memang ladang berkah tapi sayang bukan untuk rakyat yang sekarat membiayai sekolah. Sudah. Sudah. Sudahlah, jangan omong masalah basah, yang penting pemilu lancarlah, lalu pujian luar negeri mengalirlah, dan rakyat kecil tinggal menangislah. 12 Agustus 2004 ======================================= Selama Pemilu, RT/RW Jadi Sapi Perahan (Sinar Harapan, 12 Agustus 2004) Oleh RAMA FLORENZA SELAMA ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) membicarakan hal-hal yang umum yang menyangkut level atas. Meskipun itu penting dan bermanfaat bagi demokratisasi negeri ini, namun ternyata KPU melupakan RT dan RW. Dua lembaga aparat terbawah, Rukun Tetangga dan Rukun Warga ini yang berfungsi mengatur proses persiapan pemilihan umum bersama-sama dengan KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) bagi warga. Jadi tepat bila RT dan RW adalah ujung tombak di lapangan yang menentukan suksesnya Pemilu 2004. Secara teori dan hukum benar KPPS yang menjalankan pemilihan umum di semua TPS (tempat pemungutan suara). Mulai dari mencocokkan nama pemilih, mendaftar dan memberikannya nomor untuk masuk ke bilik suara, mengumpulkan suara dan menghitungnya. Namun proses pendaftaran pemilih kacau balau, karena KPU menggunakan petugas honorer BPS yang tidak akrab dan tidak mengenal warga sebaik Pengurus RT dan RW. Kenyataannya banyak warga negara calon pemilih tidak terdaftar pada Pemilu Legislatif, karena penugasan pendaftaran diberikan kepada petugas BPS (Biro Pusat Statisitk). Bukan saja belasan juta pemilih yang lolos (pada Pemilu Caleg hanya 141 juta dan Pilpres naik menjadi 157 juta pemilih), karena tidak diserahkan kepada pimpinan RT yang akrab dan mengetahui warganya, namun banyak kesalahan nama dan tempat lahir warga. KPU memang mengatur semua mekanisme dan tata cara pemilihan di TPS, serta petugas-petugasnya (KPPS). KPU menyediakan kotak suara, surat suara, bilik suara, alat tulis dan honor, serta dana logistik yang berjumlah Rp 250.000. Dana logistik tersebut diberikan kepada TPS di DKI Jakarta yang jumlahnya 22 ribu lebih. Apakah dana logisitik itu diberikan merata kepada seluruh TPS di Indonesia yang berjumlah 574.945 buah? Hal ini perlu ditelusuri terutama dengan auditing akuntan publik yang independen, sehingga akurat dan benar. RT/RW Menyiapkan Dalam praktiknya, justru RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga) yang menyiapkan proses pemilihan mulai dari menyiapkan bahan-bahan perlengkapan terkait dan membangun tenda-tenda untuk melindungi para pemilih dan saksi yang bertugas. Betapa konyolnya, apabila KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) Pemilu 2004 berfungsi tanpa dukungan Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Karena justru RT dan RW yang mendukung KPPS, terutama dalam mendaftarkan warganya untuk memilih serta menyediakan logistik Pemilu. Personalia atau anggota KPPS juga diusulkan oleh pengurus RT dan RW, karena kedua lembaga warga itulah yang amat mengetahui siapa-siapa warganya yang layak dan mampu untuk mengemban KPPU pada hari H Pemilu. Yang lebih ironis, KPU menitipkan dana logistik yang jumlahnya hanya Rp 250.000 untuk setiap TPS. Kalau para ekskutif KPU turun ke lapangan (nyatanya mereka banyak berada di kantor mereka yang serba lengkap dan mewah) maka pasti mereka tahu, bahwa Pengurus RT, RW dan Ibu-ibu PKK sadar dan ikhlas untuk menyiapkan pemasangan tenda, menyewa kursi, menyediakan papan tulis, penerangan dan perlengkapan lainnya di tenda-tenda TPS. RT dan RW juga menugaskan keamanan lingkungan (Hansip) untuk meronda selama sepekan menjaga keamanan TPS dan lingkungan. Pada rapat persiapan Pemilu Legislatif 5 April dan Pemilu Presiden 5 Juli di sebuah RW Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara seorang Koordinator Lingkungan RW menyatakan dia membutuhkan dana Rp 1,6 juta untuk menyewa tenda setiap TPS dan karena di RWnya ada 6 TPS, berarti dia membutuhkan 6xRp 1,6 juta atau sebanyak Rp 9,6 juta. Itu baru tenda, belum konsumsi untuk rata-rata 8 tenaga KPPS yang bertugas sehari penuh sementara Ketua KPUD DKI Jakarta Muhammad Taufik ketika membalas surat permintaan dana logistik RW tersebut dengan enteng menjawab dana logistik (hanya Rp 250.000) akan diberikan melalui KPPS. Dapat dibayangkan besarnya defisit yang harus ditanggung oleh RT dan RW atau nota bene warga pemilih. Padahal ada dana Rp 3,9 triliun, ditambah US$ 600.000, serta sumbangan dari Australia, Jepang dan lainnya yang jumlahnya cukup besar. Bila dana tenda rata-rata Rp 1 juta untuk setiap TPS, maka KPU harus menyediakan dana logistik sekitar Rp 575 miliar. Dana KPU Berlimpah Sebelum Pemilu Legislatif karena keterlambatan logistik (surat suara dan lainnya tiba di daerah), maka Presiden menerbitkan Keppres Nomor 20 Tahun 2004 yang intinya memerintahkan para gubernur untuk menyediakan dana talangan logistik Pemilu. Provinsi DKI misalnya menyediakan dana Rp 150 miliar, Provinsi Sumatra Utara Rp 11,8 miliar, Provinsi Jabar Rp 23 miliar. Menurut Sekjen KPU Safder A Jussac dana tambahan melalui pemerintah daerah berdasarkan Keppres Nomor 20 Tahun 2004 itu, berjumlah lebih kurang Rp 1 triliun. Dalam kacamata rakyat dana hampir Rp 4 triliun ditambah sumbangan luar negeri dan droping dana provinsi, dana KPU berlimpah, melampaui kebutuhan biasa. Apalagi terlepas dari tiga kali pemilu (sekali legislatif dan dua kali Pemilu Presiden), maka dana KPU naik enam kali lipat dari dana Pemilu 1999, yang jumlahnya hanya Rp 650 miliar. Pada 26 Juni lalu, anggota KPU Valina Singka menerima keluhan KPPS di NTT untuk menyediakan dana pembuatan TPS, kalau tidak KPPS di sana sulit menyelenggarakan pencoblosan 5 Juli 2004. Menjelang Pemilu Presiden putaran I Ketua KPU Nazaruddin Sjamsuddin mengancam Pilpres Tahap II 20 September 2004 mustahil berjalan bila dana tambahan bagi KPU Rp 418,9 miliar tidak dicairkan. Kalau berani seperti Ketua KPU, maka para RT dan RW yang nota bene membiayai TPS harus menolak menyediakan tenda dan kelengkapan TPS akibat tak punya dana. Namun ini mustahil karena banyak Pengurus RT dan RW masih berpikiran lama, takut menentang atasan atau enggan kritis dan selalu nrimo. Padahal dengan sikap pasif tersebut mereka menjadi ”sapi perahan” birokrasi, KPU dan DPR yang ketika menyusun anggaran Pemilu 2004 mengabaikan peranan RT/RW sebagai ujung tombak Pemilu. Para pejabat KPU dan KPUD kelimpahan dana dan perlengkapan termasuk mobil dan lainnya cukup mewah, sementara RT dan RW menjadi ”sapi perahan” untuk menyukseskan Pemilu 2004. Penulis adalah pengamat sosial politik, tinggal di Jakarta __________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Mail - 50x more storage than other providers! http://promotions.yahoo.com/new_mail ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Yahoo! Domains - Claim yours for only $14.70 http://us.click.yahoo.com/Z1wmxD/DREIAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi.4t.com *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/