salam, sejak kasus bom pertama kali muncul di jakarta, banyak rekan2 yang sudah sangat tertekan dan tidak nyaman...tentu saja, krn gak ada yg tahu kapan dan dimana bom susulan bakal meleDAKKKKKKKKKK.....
--- In [EMAIL PROTECTED], Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > BOM KUNINGAN > Oleh Fauzan Al-Anshari > (Ketua Departemen Data dan Informasi Majelis > Mujahidin) > > Musibah bom kembali menimpa Jakarta. Sekitar pukul > 10.30 hari Kamis (9/9/04) bom berkekuatan high > explosif meledak di depan kedubes Australia. Korban > pun berjatuhan. Dari kejadian ini Majelis Mujahidin > telah menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap > meledaknya bom tersebut dan mendoakan kepada mereka > yang meninggal semoga arwahnya diterima Allah swt dan > dibalas sesuai dengan amalnya masing-masing. Bagi > keluarga yang ditinggalkan semoga tetap sabar dan > diberikan pengganti yang lebih baik. Bagi korban > luka-luka semoga cepat sembuh. > > Kami juga menolak dan mengecam pelaku peledakan itu, > siapa pun orangnya, baik individu, kelompok atau > negara, dan atas nama apa pun peledakan itu dilakukan. > Namun, kami lebih menyayangkan lagi terhadap sikap > aparat polri dan intelijen, mengapa kejadian semacam > itu terulang kembali (sebelumnya Bom Bali 12/10/02 dan > Bom Marriott 5/8/03). Bahkan, kami tidak habis pikir, > mengapa bom Kuningan itu terjadi justru ketika Kapolri > usai menyatakan dan meyakinkan anggota parlemen bahwa > situasi keamanan menjelang pilpres putaran kedua ini > dalam keadaan aman. Nampaknya bom itu meledek Kapolri. > > Lebih aneh lagi, mengapa setiap kali ada ledakan > selalu dituduhkan kepada kelompok Jamaah Islamiyah > (JI). Kemudian pelakunya selalu dikaitkan dengan dua > orang warga Malaysia yang hingga kini masih buron itu. > Selanjutnya sebagai puncaknya, mengapa pula > pertanggungjawaban semua aksi pengeboman itu harus > dipikulkan ke pundak seorang ulama sepuh yang tawadhu > dan murah senyum, tetapi sangat vokal dalam > menyuarakan wajibnya umat Islam menerapkan syariat > Islam di lembaga pemerintahan itu, yakni Ustad > Abubakar Ba'asyir (66). > > Bahkan, entah dari mana pemasok informasi tersebut, > Kepala BIN tiba-tiba menuding bahwa selama kelompok > Islam radikal tidak ditangkap dan organisasi mereka > tidak dibubarkan, maka Indonesia akan terus kacau. > Kami menduga, tudingan itu adalah logika orang kalap > dan putus asa akibat kegagalan terus menerus dalam > melindungi warga dan memberi rasa aman bagi seluruh > rakyat Indonesia. Seharusnya sebagai pejabat > profesional yang memiliki martabat dan harga diri, > jika gagal dalam menjalankan tugas maka akan segera > mengundurkan diri tanpa harus dituntut. Demikian pula > halnya dengan Kapolri. Tidak kemudian diserahkan > kepada presiden yang mengangkatnya, jelas ini alasan > halus untuk menolak mundur. > > Terus terang, kita tidak pernah mendengar istilah JI > kecuali sejak bom Bali dan kita pun tidak pernah > mendengar adanya ancaman terorisme selain sejak > runtuhnya WTC. Setelah kedua peristiwa itu, isu > terorisme tidak pernah sepi dari telinga kita. > Seolah-olah tidak ada lagi masalah selain itu. KKN, > illegal logging, penjualan asset negara, pencemaran > lingkungan, narkoba, prostitusi, pornografi dan > berbagai kejahatan lain yang dampaknya jauh lebih > dahsyat walau suaranya tak sekeras ledakan bom, justru > tak tertangani dengan baik. Sehingga sampai detik ini > berbagai kejahatan tersebut semakin menggila dan > hampir pasti tidak bisa diatasi lagi. > > Oleh sebab itu, kami menduga kuat bahwa bom Kuningan > tersebut adalah upaya false flag (meninggalkan bukti > palsu untuk menarget kelompok tertentu) sehingga > perburuan terhadap kelompok Dr. Azahari dan Nordin M > Top yang telah mengalami trial by the public opinion > (penjatuhan vonis oleh opini publik bahwa dialah > pelakunya sebelum persidangan digelar) akan terus > berlangsung. Karenanya otomatis, proyek Satgas Bom > pimpinan Brigjen Pol Gories Mere yang bertugas > menangkap pelaku bom Bali dan memberangus jaringannya > akan semakin meningkat. Apalagi Amerika telah > mengucurkan bantuan senilai 600 milyar rupiah lebih > guna membangun gedung Detasemen Khusus (Densus) 88 > bertingkat 23 di areal Mabes Polri dalam waktu dekat. > > Saya masih ingat, sekitar bulan Juni 2004 publik > sempat dikejutkan oleh ancaman bom yang akan dilakukan > anggota JI terhadap lima kedubes asing di Jakarta, > yakni Amerika, Inggris, Australia, Spanyol, dan > Belanda. Isu semacam itu jelas bagian dari black > propaganda dan sangat meresahkan masyarakat, karena > mengesankan Indonesia sebagai tempat yang tidak pernah > aman dan tidak serius memerangi teroris. Isu tersebut > mempengaruhi pilpres yang lalu, yakni munculnya rasa > antipati terhadap capres yang dianggap dekat dengan > kelompok aktivis muslim yang oleh Amerika disebut > radikal. Hal yang mirip juga telah terjadi di Amerika > menjelang pilpres Nopember mendatang, di mana kubu > Bush meneror masyarakat Amerika, bahwa jika John F > Kerry terpilih menjadi presiden, maka serangan teroris > akan meningkat lebih dahsyat. > > Pola semacam itu kita dapati sejak sebelum bom Bali > yaitu penyampaian travel warning melalui beberapa > pejabat mereka, seperti Paul Wolfowitz, Donald > Rumself, Collin Powell, dan Bush sendiri. Juga melalui > agennya seperti Lee Kuan Yew, Howard, dan Alexander > Downer. Bahkan Kapolri juga pernah menyatakan bahwa > ancaman pilpres berasal dari kelompok JI. Setelah itu > mereka secara sistematis membangun opini masyarakat > bahwa calon pelakunya adalah JI karena adanya berbagai > kemiripan, baik bahan peledak maupun modus > operandinya. Yang jelas, ujung dari semua tuduhan itu > kembali mengkambinghitamkan umat Islam, khususnya > Ustad Abubakar Ba'asyir. Karenanya, ketika beliau > menerima tuduhan harus bertanggungjawab pada peledakan > bom Marriott, --ketika itu beliau sedang ditahan dan > mengikuti proses persidangan-- maka beliau > berkomentar: "Tuduhan polisi itu belum lengkap, karena > belum memasukkan kasus bom KPU." Barangkali sekarang > ini komentar itu ditambah dengan "bom Kuningan". Ini > benar-benar > anekdot. > > Untuk penggalangan opini ke arah itu, mereka pun telah > menerbitkan buku yang memfitnah kelompok yang mereka > sebut Islam radikal dan Ustad Abubakar Ba'asyir. Buku > itu berjudul "Terorisme di Indonesia" karya Luqman > Hakim, penerbit Forum Studi Islam Surakarta. Namun > setelah penulis dan alamat penerbit tersebut dicek > ternyata palsu. Demikian juga telah beredar berbagai > selebaran gelap yang menyatakan bahwa Ustad Abubakar > Ba'asyir adalah pendiri JI. Terakhir adalah munculnya > situs yang mengklaim bertanggungjawab atas peledakan > bom Kuningan dan SMS yang dikirimkan kepada salah > seorang pejabat Satgas Bom yang isinya mengancam akan > meledakkan bom bila polisi tidak membebaskan Ustad > Abubakar Ba'asyir. > > Menghadapi berbagai isu ancaman bom tersebut nampaknya > aparat intelijen (BIN-TNI-Polri-Kejaksaan-Imigrasi) > tidak melakukan konter terhadap operasi intelijen yang > dilakukan oleh intel asing dan agen-agennya yang > merugikan Indonesia atau segera mengambil tindakan > tegas terhadap mereka tanpa pandang bulu. Padahal > KASAD Jendral TNI Ryamizard Ryacudu telah menyatakan > bahwa keberadaan 60-an ribu agen asing itu sudah > memasuki taraf yang sangat membahayakan. Akan tetapi, > sekali lagi, nampaknya polisi selalu berpikir > stereotipe, bahwa pelaku peledakan bom itu "pasti" > anggota JI hanya karena berbagai kemiripan tadi. > Padahal ketika menilai bom Riau yang menurut Kapolri > juga dituduh dilakukan oleh JI lantaran kemiripan dari > bahan peledaknya (RDX), ternyata penilaian itu salah. > Bom Riau itu konon dilakukan pemiliknya untuk > mendapatkan klaim asuransi. > > Oleh karena itu, kami menduga kuat bahwa operasi > intelijen asing Amerika (termasuk Israel) dan > Australia berada di balik peristiwa tersebut mengingat > merekalah yang sering mengeluarkan travel warning. Itu > artinya, mereka memperoleh informasi dini tentang > adanya peledakan bom tersebut. Sehingga warganya dapat > segera diselamatkan dari bencana tersebut dan > membiarkan warga negara lainnya menjadi korban. Kasus > pembatalan 20-an kamar yang pernah di-booking untuk > keperluan Kedubes AS di hotel Marriott beberapa jam > sebelum terjadi peledakan bom menjadi indikasi kuat > adanya informasi dini tersebut. Demikian pula > informasi dini yang disampaikan oleh jasa pengirim > berita Odigo (milik Israel) kepada karyawan Israel di > WTC 2 jam sebelum peristiwa, sehingga tak seorang pun > warganya menjadi korban sia-sia. > > Ada lagi beberapa peristiwa yang cukup menarik untuk > dianalisa sebelum terjadinya bom Kuningan. Misalnya, > digelarnya latihan militer bersama AS di Singapura. > Sebelumnya, muncul ancaman oleh Menhan AS Donald > (bebek) Rumself di atas kapal induk USS Assex di Selat > Malaka, bahwa pemerintahnya akan melakukan pre-emptive > karena teroris banyak berseliweran di mandala. > Sementara itu, pemerintah Australia telah memasang > rudal balistik jarak jauh (400km), konon sebagai upaya > membangun sistem keamanan menghadapi ancaman Korea > Utara. Kemudian pertemuan Gories Mere dengan terpidana > 20 tahun bom Bali (Ali Imron) di sebuah kafe dan > ditemukannya tersangka lainnya (Abu Fida) yang penuh > dengan bekas siksaan, membuat wajah polri kian bopeng. > Oleh karena itu, peledakan bom itu merupakan strategi > usang untuk mengalihkan perhatian publik. > > Pada akhirnya harus saya katakan bahwa kami sangat > khawatir, kasus bom Kuningan ini nantinya akan > dikaitkan dengan Ustad Abubakar Ba'asyir dan > menjeratnya dengan tuduhan keji. Indikasi ke arah itu > sudah jelas ketika anggota hakim yang akan mengadili > beliau nanti telah mendapat briefing dan pengarahan > dari pemerintah Australia. (Republika, 10/9). Sebelum > semua itu terjadi (dan saya telah mendapatkan banyak > teror via SMS) menuntut pemerintah secara independen > mampu mengungkap motif dan aktor intelektual > pengeboman tersebut tanpa campur tangan asing. Karena > selama ini, kerjasama teknis antara Polri dan polisi > Australia (ASIO) tidak membuahkan hasil yang > memuaskan. > > Kami juga menghimbau agar seluruh rakyat Indonesia > tetap tenang, beraktivitas seperti biasa dan terus > waspada terhadap berbagai manuver dan provokasi > pemerintah asing dan antek-anteknya yang ingin > mengobok-obok bangsa Indonesia dan mengadu-domba > antarwarga negaranya. Bila ada sesuatu yang > mencurigakan, maka segeralah memberitahu kami untuk > mengambil langkah yang tepat. > > > > > > __________________________________________________ > Do You Yahoo!? > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around > http://mail.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $9.95 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppiindia.shyper.com *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/