Panjang juga tulisan Ulil.
Tapi ada beberapa catatan:
- Belum ada peradilan untuk bom kuningan. Untuk itu,
Praduga tak bersalah harus diterapkan. Seseorang
dinyatakan tidak bersalah, hingga dia terbukti
bersalah secara hukum.

The Convention for the Protection of Human Rights and
Fundamental Freedoms of the Council of Europe says
(art. 6.1): "Everyone charged with a criminal offence
shall be presumed innocent until proved guilty
according to law.".

Kalau ada orang yang mengaku2, bisa saja itu agen
Zionis yang mengaku sebagai JI, dsb. Harus ada
pengadilan untuk mengetahui dan menghukum berat pelaku
sebenarnya.

- Ulil bilang ummat Islam harus mengaku melakukan
pemboman. Kita mengaku kalau memang kita yang
melakukan. Kalau kita tidak melakukan, untuk apa kita
mengaku sesuatu yang tidak kita perbuat?
Kalau Ulil tahu persis siapa pelakunya, lapor saja ke
Polisi. Ada hadiah milyaran kok bagi pemberi
informasi.

Ulil menulis begitu cuma untuk menyenangkan AS.

--- Sigit Ardianto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> faridgaban <[EMAIL PROTECTED]> wrote:To:
> [EMAIL PROTECTED]
> From: "faridgaban" 
> Date: Wed, 22 Sep 2004 06:01:00 -0000
> Subject: [indonesia_damai] Ulil Abshar Abdalla dan
> Klaim "Jemaah Islamiyah"
> 
> Menanggapi tulisan Ulil Abshar-Abdalla di Tempo
> 
> Note:
> Tulisan ini agak panjang sehingga perlu dibuat
> sub-judul:
> 
> - AMNESIA MEDIA DAN GEMPURAN "NEWS CYCLE"
> - ISLAMIC-MINBAR DAN DONGENG PALSU DARI SAN
> FRANCISCO
> - TUMPULNYA SKEPTISISME
> - KLAIM MERAGUKAN, TAPI IMPLIKASI LUAS
> - LOGIKA AMORAL ALBRAIGHT
> - MOTIF ANEH JEMAAH ISLAMIYAH
> - DFTAR RUJUKAN
> 
> Tulisan ini dalam format Word bisa didownload di 
> www.penaindonesia.com/desktop/teror.doc
> 
> Mengomentari Tragedi Bom Kuningan dua pekan lalu,
> Ulil Abshar 
> Abdalla, cendekiawan Jaringan Islam Liberal dan
> Freedom Institute, 
> menulis di Majalah Tempo (No. 29/XXXII/13 - 19
> September 2004) di 
> bawah judul: "Mengapa Defensif?".
> 
> Dalam tulisannya, Ulil mengajak umat Islam untuk
> tidak defensif 
> menanggapi tudingan polisi dan pemerintah Australia
> yang mengatakan 
> bahwa bom itu buatan Jemaah Islamiyah. Artinya,
> mengakui sajalah.
> 
> Ulil melandaskan argumennya pada pernyataan
> berbahasa Arab dalam 
> situs www.islamic-minbar.com. Dalam situs itu,
> katanya, "Departemen 
> Penerangan Jemaah Islamiyah Asia Timur" mengaku
> bertanggungjawab atas 
> bom bunuh diri di Kedubes Australia.
> 
> Ulil sendiri mengatakan tidak yakin benar
> otentisitas pernyataan itu. 
> Namun, seluruh argumen dalam tulisan di Tempo itu
> menunjukkan bahwa 
> Ulil cenderung mempercayainya sebagai otentik. Salah
> satu argumen 
> penting Ulil adalah bahwa pernyataan itu ditulis
> dalam bahasa Arab 
> standar yang mengesankan penulisnya adalah seorang
> "insider".
> 
> Berbeda dengan Ulil, saya sendiri, setelah melakukan
> penelusuran, 
> meragukan keotentikan klaim itu. Dan di sini, saya
> ingin membahasnya 
> terutama dalam konteks jurnalisme, baik aspek etik
> maupun praktek, 
> serta kecenderungan mengerikan tentang betapa
> rentannya media 
> terhadap manipulasi dan propaganda.
> 
> AMNESIA MEDIA DAN GEMPURAN "NEWS CYCLE"
> 
> Klaim "Islamic-Minbar" soal Bom Kuningan saya baca
> pertama kali pada 
> 10 September (sehari setelah tragedi) dari beberapa
> kantor berita: 
> Associated Press, AFP dan Reuters. Berita-berita ini
> dikutip oleh 
> hampir semua koran, termasuk The Jakarta Post di
> Indonesia dan The 
> Sydney Morning Herald di Australia.
> 
> Ada "caveat" (pengakuan lemah) dalam tulisan asli
> kantor-kantor 
> berita tadi. Reuters, misalnya, memberita tambahan
> pada 
> beritanya: "The authenticity of the claim could not
> be immediately 
> verified." Dengan kata lain, berita ini masih
> "setengah matang". 
> Masih ada pekerjaan rumah penting, yakni verifikasi,
> tapi tidak bisa 
> segera dilakukan si wartawan. 
> 
> Problemnya, ini bukan pertama kali kantor-kantor
> berita tadi menulis 
> klaim "Islamic-Minbar". Saya menemukan setidaknya
> ada sepuluh berita 
> media massa tentang klaim "Islamic-Minbar" sejak
> akhir Juli 2004, 
> menyangkut beragam teror hampir di seluruh dunia,
> termasuk drama 
> penyanderaan sekolah di Rusia awal September lalu
> yang menewaskan 
> ratusan orang.
> 
> "Islamic-Minbar" mengaku bertanggungjawab atas:
> 
> - jatuhnya pesawat Tupolev Rusia
> - penyanderaan anak-anak di sekolah Rusia
> - pemboman di Madrid, Spanyol
> - pembakaran sinagog di Prancis
> - bom bunuh diri di Palestina
> - bom mobil di Uzbekistan
> - pemenggal kepala warga Amerika di Irak
> - pembunuh sukarelawan Italia di Irak
> 
> (Di bawah nanti, saya sertakan ringkasan berita
> tentang "Islamic-
> Minbar" dan rujukan pada sumbernya).
> 
> Jika semua klaim tadi otentik, muncul pertanyaan
> paling penting di 
> sini: organisasi apa sebenarnya yang ada di balik
> situs "Islamic-
> Minbar"? 
> 
> Organisasi apa yang mengklaim, lewat Bom Kuningan,
> sedang 
> menghukum "Kristen Australia" tapi faktanya membunuh
> dan melukai 
> secara telak Muslim Indonesia?
> 
> Tentu saja, jika semua klaim tadi otentik...
> 
> Problemnya, sejak Juli itu, kantor-kantor berita
> terus mengulang-
> ulang "caveat" yang sama, bahwa "The authenticity of
> the claim could 
> not be immediately verified"--tanpa benar-benar
> menunaikan pekerjaan 
> rumahnya, yakni verifikasi. Dan terus-menerus
> menyajikan 
> berita "setengah matang" kepada audiens-nya, tanpa
> sadar bahwa apa 
> yang sebenarnya "setengah-fakta" kemudian ditelan
> pembacanya 
> sebagai "fakta".
> 
> Membunuh ratusan orang di seluruh dunia adalah
> kejahatan serius. 
> Tapi, meski demikian gawatnya, kenapa kantor-kantor
> berita 
> internasional hanya selalu menyajikan berita
> setengah matang dan 
> tidak pernah menggali lebih jauh?
> 
> Ada banyak jawaban, tapi salah satunya, saya kira
> adalah "lupa" 
> dan "tidak sempat". Di tengah gempuran
> peristiwa-peristiwa setiap 
> hari, didera "siklus berita" yang kian pendek (jam
> dan menit), para 
> wartawan mudah terjangkit amnesia (lupa apa yang
> mereka 
> tulis/tayangkan dua pekan lalu) dan tidak sempat
> melakukan verifikasi 
> sementara peristiwa-peristiwa baru terus muncul. 
> 
> Verifikasi (satu unsur penting dalam jurnalisme
> versi Bill Kovach) 
> akhirnya hanya fatamorgana. Para wartawan terapung
> dalam buih 
> peristiwa-peristiwa, mudah diombang-ambing oleh
> siapa saja yang punya 
> agenda, yang puas bisa memanfaatkan wartawan untuk
> mengkontruksi 
> fakta dari serpihan-serpihan setengah fakta. 
> 
> Agenda itu bahkan bisa sekadar keisengan belaka.
> Lihatlah contoh 
> berikut.
> 
> ISLAMIC-MINBAR DAN DONGENG PALSU DARI SAN FRANCISCO
> 
> Awal Agustus lalu, Associated Press dari Kairo
> mencuplik video yang 
> diposting di situs www.islamic-minbar.com. Video
> berdurasi 55 detik 
> itu menggambarkan adegan pemenggalan kepala Benjamin
> Vanderford, 
> seorang sandera Amerika di Irak, oleh teroris Islam.
> Tak hanya AP, 
> Kantor Berita Reuters juga memberitakannya, demikian
> pula beberapa 
> stasiun televisi di negara-negara Arab.  
> 
> Dalam empat versi beritanya yang disiarkan ke
> seluruh dunia, Kantor 
> Berita AP tidak mengatakan bahwa video tersebut
> telah diverifikasi 
> keotentikannya. Tapi berita itu terlanjur beredar
> cepat. 
=== message truncated ===


=====
Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.geocities.com/nizaminz


                
__________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail - 50x more storage than other providers!
http://promotions.yahoo.com/new_mail


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppiindia.shyper.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke