Setuju, tanamkanlah kepada masyarakat bahwa Indonesia negara miskin dan butuh pekerja 
keras untuk membangunnya. Potensi Indonesia untuk kaya disegala bidang (materil dan 
immateril) harus segera digali dengan kerja keras bukan dengan konsep-konsep yang 
tidak dapat dilaksanakan seperti konsep-konsep yang diutarakan para politikus, pejabat 
maupun pengusaha kita selama ini. Coba perhatikan dalam setiap peringatan hari besar 
selalu terdapat tema yang muluk-muluk, tapi, apakah tema-tema peringatan tersebut 
dapat diimplementasikan oleh para pembuatnya atau hanya asbun sebagai penghibur. Kita 
harus menjawab tantangan saat ini juga, demi masa depan Indoensia yang kita harapkan. 
mulailah dari hal kecil, tidak usah yang besar (mungkin sedikit demi sedikit, akan 
menjadi bukit), seperti ciptakan alat produksi bagi para petani (prioritaskan) 
sehingga benar-benar swasembada pangan nyata benar-benar tidak maya. bangun perguruan 
tinggi taraf internasional disetiap pulau besar (prioritas pembangunan
 jangka pendek bagi Presiden Baru Indonesia) jangan hanya disatu pulau. Karena mungkin 
pulau Jawa dan sumatera sebagai pulau yang lebih subur khususkan kedua pulau ini 
sebagai produksi pertanian bagi Indonesia, peternakan untuk NTT/NTB, pulau industri 
untuk Irian Jaya, pulau perminyakan untuk kalimantan/Riau, bangun Singapura Indonesia 
di antara pulau Kalimantan dengan Sulawesi yang mempunyai akses ke lautan fasifik tapi 
jangan pula meninggalkan Batam, hidupkan kembali kepulauan bebas Sabang (jika 
kepulauan Christmas di Australia yang dekat dengan Indonesia dapat dibangun sebagai 
tempat hiburan kenapa salah satu pulau kecil Indonesia tidak diciptakan seperti itu). 
Indonesia sebagai negara kepulauan, bangunlah kekuatan Angkatan Laut modern, kuat, 
tangguh, ulet dan dapat menangkap penjarah maupun kapal-kapal illegal, sayembarakan 
bagi para taruna angkatan laut yang dapat membangun kapal-kapal laut asli buatan 
pribumi yang dimulai dengan menghargai nilai-nilai kecil yang diciptakan
 (jangan berpikir klasik, daripada membuat lebih mahal lebih baik membeli yang lebih 
murah, bagus, tahan dll.)
Mari kita ciptakan indonesia sebagai jalur perdagangan internasional sebagaimana yang 
selalu di dengung-dengungkan pada saat kita di bangku sekolah yang menyatakan 
Indonesia berada diantara dua benua dan dua Samudera. jangan sia-siakan posisi 
geografis ini. Buatlah selat malaka sebagai jalur aman yang benar-benar dikuasai 
negara pantai termasuk juga pengamanannya.
Terakhir, jangan lupa mencari mahasiswa tamatan India yang telah lebih mengenal 
kesederhanaan demi membangun Indonesia. Meningkatkan hubungan dekat dengan India 
merupakan kepentingan nasional. Mesranya hubungan India-Indonesia pada era Soekarna 
perlu dimotivasi, jangan tunggu waktu, terutama untuk menghidupkan kembali kepulauan 
Sabang sebagai pelabuhan bebas yang bertentangga dengan kepulauan Andaman Nikobar. 
Ingatlah, turis India lebih senang ke kepulauan maldive yang lebih jauh jaraknya 
dibandingkan dengan kepulauan sabang yang saat ini mungkin banyak orang India yang 
tidak tahu dimana pulau Sabang tersebut. Untuk memajukan hubungan Indonesia-India 
sudah sepantasnya media Indonesia melihat sisi-sisi maju India seperti yang sudah 
pernah ditulis kompas beberapa bulan lalu. Khususnya pulau Sumatera yang langsung 
berbatasan dengan India sudah seharusnya melihat India sebagai suatu pasar yang 
diharapkan. Danau Toba yang begitu Indah, danau Singkarak di Sumbar  yang belum 
tergarap,
 pemandangan alam di Bonondolok (Sumut), kelok sembilan dengan alamnya yang indah 
antara Bukit Tinggi dengan Pekan Baru, Padang Sidempuan dengan kota salaknya, dapat 
dibuat sebagai paket tour yang perlu dipromosikan "go internasional", Riau  dengan 
minyaknya, perkebunan kelapa sawit termasuk daerah timur Sumatera sudah pula saatnya 
diusahakan perdagangan langsung dengan India. Bila perrnah ke Sibolga, dengan pulau 
Niasnya yang terkenal serta adat-istiadatnya, sudah saatnya dipromosikan ke India yang 
mempunyai kemiripan, terutama suku Karo  yang katanya mempunyai hubungan sejarah 
dengan India perlu di gali. 
Hubungan kebudayaan antara batak dengan beberapa negara bagian Timur Laut India sudah 
pula saatnya digali (dari pola kehidupan keseharian terdapat banyak persamaan, seperti 
cara menggendong anak pada saat bekerja di ladang/sawah, corak/desain pakaian, gaya 
hidup dll yang mungkin dapat diselidiki. Sementara dengan kesenangan terhadap 
pemakaian sarung, daerah selatan India terutama Tamil Nadu sampai saat ini masih 
terlihat jelas. Bagaimana kelanjutan USU yang sudah pernah mengirim para ahli 
sejarahnya ke India, kok tidak terdengar lagi kelanjutannya ? lalu bagaimana dengan 
UISU yang ingin meningkatkan hubungan dengan beberapa universitas di India. Bagaimana 
pula dengan UNRI Riau, apakah tidak mempunyai keinginan ?/ atau bagaimana dengan 
UNAND, uda aan dari JNU dapat merintis kali ya?. Mari kita tingkatkan hubungan dengan 
India agar potensi kekuatan kedua negara ini dapat diperhitungkan di dunia 
internasional, karena dari segi penduduk India no 2 dan Indonesia no. 4 keduanya juga 
akan
 dapat saling menggolkan menjadi anggota tetap DK PBB.
Mahsiswa Indonesia khususnya yang menuntut ilmu di India, bagaimana ini, apakah kita 
harus berpangku tangan, mari kita tingkatkan hubungan dengan India, walaupun sedikit 
yang dapat kita lakukan tunjukkan dalam karya nyata, buat tulisan-tulisan mengenai 
India dan Indonesia. Satu tantangan di depan mata, khususnya bagi mahasiswa JNU, buat 
seminar mengenai keberhasilan pemilu Presiden di Indonesia yang secara langsung untuk 
pertama kali dalam sejarah Indonesia. Mari kita bekerja keras untuk mewujudkan ini.
salam hormat.
 

Qisai <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

salam!

quite impressive tulisannya Om Winters.. 

sekarang.. gimana Om SBY and Cos beraksi? apakah "ia akan menjadi 
presiden bersejarah bagi negara ataukah hanya catatan kaki yang lain 
dalam sejarah panjang dari oportunis-oportunis dan kegagalan-
kegagalan" saja? 

Peace Indonesia ku!

salam

Qisai

New Delhi

--- In [EMAIL PROTECTED], Tangkisan Letug <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Saatnya Indonesia Kerja Keras
>  
> Jeffrey Winters, Guru Besar Northwestern University,
> Chicago, USA
> 
> (Media Indonesia, 5 Oktober 2004)
> 
> PEMILIHAN Presiden (Pilpres) 2004 memberikan beberapa
> pelajaran politik yang sangat penting. Pemilihan ini
> membuktikan bahwa tidak masalah bagaimana populernya
> Anda pada saat itu, jika Anda tidak memberikan hasil,
> penduduk Indonesia akan menolak Anda segera setelah
> mereka mendapatkan kesempatan untuk menentukan sikap.
> Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono harus tidak
> melupakan pelajaran ini. Saya secara pribadi
> menyaksikan euforia di sekeliling Megawati dan
> perjalanannya menuju kepresidenan. Megawati merasa
> teryakinkan bahwa orang-orang mencintainya,
> menggantungkan semua harapan padanya, dan tidak akan
> meninggalkannya.
> Pada puncak kepopulerannya, mungkin pandangan ini
> dapat dimengerti. Tetapi "cinta" dan "kesetiaan" dalam
> dunia politik tidak dapat berlanjut jika orang yang
> memberikan semua harapannya, menyadari bahwa mereka
> sekali lagi telah dikhianati dan dicurangi.
> Cerita tentang perpolitikan Indonesia adalah cerita
> tentang "lingkaran harapan". Meskipun telah
> dikecewakan terus dan terus, satu hal yang Anda dapat
> katakan tentang orang Indonesia bahwa mereka tidak
> pernah secara tetap memperolok (sinis). Mereka ingin
> memercayai bahwa pemimpin mereka adalah baik, bahwa ia
> sangat peduli tentang kemiskinan dan penderitaan
> orang.
> Tetapi kita seharusnya tidak pernah bingung tentang
> kemiskinan dan kekurangan pendidikan formal dan
> kebodohan. Walaupun sesungguhnya orang Indonesia
> sangat kekurangan pendidikan yang modern, tetapi
> mereka tidak bodoh.
> Mereka bisa membedakan antara pemimpin politik yang
> mengabaikan mereka dan mereka yang peduli atau
> merespons kebutuhan-kebutuhan mereka. Mereka bisa
> membedakan antara membicarakan tentang bagaimana
> menciptakan pekerjaan dan yang benar-benar menciptakan
> pekerjaan. Dan mereka bisa membedakan antara yang
> memecahkan masalah korupsi dan yang menjadi bagian
> dari masalah dari korupsi itu sendiri.
> Dalam semua hal ini, populasi orang Indonesia cukup
> berpengalaman. Dan hasilnya pada pemilihan 2004
> membuktikannya.
> Pemilihan 2004 juga membuktikan bahwa uang yang
> membantu untuk memenangkan pemilihan, adalah tidak
> cukup. Pemilihan langsung tidak dapat dibeli dengan
> uang. Mantan Presiden Soeharto punya uang, Habibie
> punya uang, dan satu hal: kekuatan, bahkan Megawati
> dan partainya punya banyak modal untuk memasuki arena
> (pertempuran) politik.
> Semuanya terjatuh dan mereka kehilangan pendukung.
> Pemilihan ini juga memperlihatkan bahwa koalisi partai
> menjadi tidak terlalu penting bagi kandidat dalam
> menghadapi pemilihan langsung. Partai-partai di
> Indonesia sangatlah lemah. Mereka tidak memiliki
> definisi ideologi yang jelas (kecuali mungkin PKS),
> struktur internal mereka kekurangan disiplin dan
> kesetiaan, dan instrumen mereka untuk distribusi,
> bukan untuk mobilisasi.
> Orang tidak mendukung partai-partai politik di
> Indonesia karena mereka percaya pada sesuatu. Mereka
> bergabung karena mereka ingin mendapatkan sesuatu:
> jalan masuk untuk sistem "bagi-bagi". Ideologi dan
> prinsip yang jelas telah hilang dari tangga
> perpolitikan Indonesia (orang Indonesia) sejak Pak
> Harto mengambil kendali pemerintahan pada tahun
> 1960-an.
> Itulah mengapa menjadi sangat mudah bagi Golkar dan
> PDIP untuk membentuk sebuah aliansi. Tidak satu pun
> yang berdiri untuk suatu prinsip-prinsip yang jelas,
> tetapi keduanya ingin mengambil kekuatan sebanyak
> mungkin.
> ***
> Sekali lagi, penduduk menyaksikan hal ini dan menolak
> koalisi. Mereka dapat dengan mudah melihat bahwa
> koalisi nasional adalah usaha yang dilakukan oleh para
> politikus di atas untuk meraih dan menguasai tanpa
> keuntungan yang jelas bagi orang-orang di bawahnya.
> Pemilihan 2004 juga membuktikan bahwa orang Indonesia
> sangat ingin berubah, mereka ingin negara mereka maju
> secara pesat, dan mereka lelah pada pemimpin yang
> gagal mengerti pesan (keinginan) ini.
> Orang-orang Indonesia ingin mengatakan bahwa ini
> adalah negara yang kaya. Kita selalu mendengar hal
> ini. Tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Indonesia
> adalah negara yang miskin --negara yang amat sangat
> miskin. Dan dibandingkan dengan negara tetangga besar
> lainnya seperti China dan India, menjadi lebih miskin
> bukan lebih kaya.
> Jika kita membagi negara menjadi tiga kategori: kaya,
> menengah, dan negara-negara miskin: Indonesia berada
> di kategori yang terakhir, dan tidak terlalu jauh dari
> bawah. Orang-orang Indonesia tengah berada dalam
> kemiskinan yang amat sangat dan telah lama sehingga
> dapat hampir dapat dianggap bahwa ini adalah keadaan
> yang normal atau sudah biasa.
> Sekarang ini adalah pertanyaan yang teramat penting:
> 50 hingga 100 tahun kemudian dari sekarang, apakah
> Indonesia masih akan berada dekat dari urutan dunia?
> Apakah ada kesempatan bahwa negara paling tidak akan
> melompat ke kategori menengah?
> Jika orang Indonesia tidak mulai untuk serius dari
> sekarang, mulai presiden yang baru ini, nanti 100
> tahun ke depan dari sekarang, Indonesia akan tetap
> berada di kategori paling bawah, sama dengan
> negara-negara kuli di dunia.
> Saya pikir setiap orang akan setuju bahwa ini akan
> menjadi tragedi dan keseluruhannya sangat tidak dapat
> diterima. Tapi bagaimana menghindari masa depan?
> Hal ini membawa pada pertanyaan penting yang kedua:
> apa yang presiden baru dan representasi legislatif
> harus lakukan untuk membuat perbedaan?
> Satu hal yang sangat jelas: bahwa pendekatan dan
> mentalitas yang dilakukan selama ini harus ditolak
> sebagai suatu kesalahan. Mafia Berkeley yang telah
> mendominasi kebijakan ekonomi di Indonesia selama satu
> dekade harus diakui bahwa resep (anjuran) mereka
> adalah kegagalan yang sangat besar.
> Kelompok/para ekonom telah terlalu jauh terpengaruh,
> baik secara pribadi maupun dalam konteks pemikiran,
> kepada Bank Dunia dan IMF.
> Tidak satu pun negara di dunia ini telah membuat
> perubahan atau kenaikan yang signifikan dalam
> peringkat dunia, dengan mengikuti diagnosa dan anjuran
> dari World Bank dan IMF.
> Tapi ini tidak berarti bahwa dapat dengan mudah
> menjawabnya dengan mengatakan "pergi ke neraka" kepada
> institusi yang besar ini (WB dan IMF), yang dapat
> membuat orang Indonesia merasa bangga sebagai bangsa.
> Tetapi akan menjadi kehancuran jika Anda tidak
> mempunyai tujuan yang jelas tentang bagaimana Anda
> ingin mengambil alih ekonomi sendiri (mengurus
> sendiri) dan memajukannya dengan pesat dan cepat.
> Juga, SBY sebagai pemimpin nasional harus menjadi
> komunikator yang jujur pada penduduk Indonesia.
> Kekayaan dari negara ini tidak datang atau didapatkan
> dari dalam tanah atau turun dari langit. Hal itu akan
> datang dari hasil kerja keras, dari keringat, dari
> efisiensi, dan beragam inovasi dibandingkan dengan
> para pesaing.
> ***
> Sebenarnya rakyat akan rela untuk memikul pengorbanan
> apabila mereka percaya akan dua hal: bahwa pengorbanan
> akan dibayar dengan adil untuk seluruh penduduk
> (berarti yang kaya juga harus memberikan pengorbanan
> juga), dan ini adalah pengorbanan untuk kemakmuran
> yang sesungguhnya dan bukan pengorbanan menuju akhir
> kematian.
> Itulah, setiap orang harus percaya bahwa keadaan
> mereka dalam kemiskinan tidaklah untuk selamanya, dan
> telinga mereka terbuka bahwa negara berada dalam jalur
> yang benar dan semuanya akan menjadi baik.
> Saya sangat mendukung para pekerja dan petani
> Indonesia. Tetapi penilaian yang jujur adalah mereka
> bukan produsen dan kompetitor yang efisien. Hal ini
> harus diubah, dan hal ini harus dimulai dari sikap
> yang baru. Ini dimulai dengan menjadi jujur dan
> mengakui bahwa Indonesia bukanlah negara yang kaya.
> Potensi untuk menjadi kaya dan realitas untuk menjadi
> kaya adalah dua hal yang tidak sama.
> Hal konkret kedua adalah hal yang harus dilakukan
> oligarki di Indonesia harus dimusnahkan dan
> dijinakkan.
> Tidak masalah apakah negara itu demokrasi atau
> diktator. Faktanya bahwa setiap negara di dunia
> didominasi oleh jaringan yang kecil oleh para elite
> yang di sebut oligarki.
> Oligarki di Indonesia adalah liar dan butuh untuk
> dijinakkan. Oligarki di sini mencuri dalam skala yang
> besar dari negara dan mereka tidak membayar apa pun
> untuk hal ini. Jika Indonesia punya kesempatan untuk
> maju ke depan, hal ini harus dihentikan secepatnya.
> Figur-figur dan kelompok politikus yang mayoritas luas
> tidak lain adalah lintah yang mengisap darah negara.
> Orang-orang harus berhenti bersabar dengan keuntungan
> sendiri para politikus. Sudah waktunya untuk bertindak
> cepat dan waktunya untuk marah mengenai bagaimana para
> pengusaha di sini sangat efisien dalam memutuskan
> perjanjian dan membuat diri mereka kaya sendiri,
> ketika negara tetap berlanjut kepada kemunduran.
> Indonesia tidak memiliki waktu untuk di sia-siakan.
> Seluruh dunia tidak menunggu Indonesia untuk bergerak
> seperti kura-kura sama seperti ketika negara lambat
> memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
> Apakah 2004 merupakan saat yang menentukan untuk
> Indonesia? Kita akan mengetahuinya selama enam hingga
> dua belas bulan mendatang. SBY akan menentukan
> iramanya/arahnya secepatnya. Dan kita akan melihat
> apakah ia akan menjadi presiden bersejarah bagi negara
> ataukah hanya catatan kaki yang lain dalam sejarah
> panjang dari oportunis-oportunis dan
> kegagalan-kegagalan. ***
> 
> 
> 
>       
>             
> __________________________________
> Do you Yahoo!?
> New and Improved Yahoo! Mail - 100MB free storage!
> http://promotions.yahoo.com/new_mail





***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppiindia.shyper.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]



Yahoo! Groups SponsorADVERTISEMENT


---------------------------------
Yahoo! Groups Links

   To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/
  
   To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
  
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 



---------------------------------
  Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping" your friends today! Download 
Messenger Now

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke