"Mau untuk apa duitnya itu..bangun gereja kali ya?"

Nggak salah nih komentarnya!

Kalau menurut pertanyaan anda tsb., mau bangun mesjid kali itu orang2 yang sudah nilep 
banyak nol rupiah.




 --- On Fri 10/01, taufik orangkaya < [EMAIL PROTECTED] > wrote:
From: taufik orangkaya [mailto: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Date: Fri, 1 Oct 2004 03:48:26 -0700 (PDT)
Subject: [ppiindia] Nilep 1.7 trilliun..bisa bebas begini?

Mau untuk apa duitnya itu..bangun gereja kali ya?<br> <br> <br> <br> <br>Adrian Malah 
Minta Jaminan Tak Ditahan <br><br><br><br>Kejagung Desak Polri Segera 
Serahkan<br>MANADO-Dari tempatnya yang misterius, Adrian Herling Waworuntu masih 
mencoba bernegosiasi. Padahal, tersangka pembobolan BNI Rp 1,7 triliun itu seharusnya 
menyerahkan diri hari ini. <br><br>Lewat pengacaranya, Adrian malah meminta jaminan 
Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk tidak menahannya. Ini sebagai syarat Adrian untuk 
memenuhi panggilan polisi dan selanjutnya diserahkan ke Kejagung. <br><br>Tentu saja, 
tidak mudah bagi Adrian untuk mendapatkan jaminan itu. Apalagi, Adrian selama ini 
dianggap tidak kooperatif. Karena itu, sampai tadi malam, melalui pengacaranya, Doni 
Antares Irawan, Adrian mengatakan belum mendapat jaminan dari Kejagung. "Kita belum 
mendapat jaminan dari Kejagung. Saya dengar mau langsung ditahan," kata Doni kepada 
koran ini. <br><br>Dasar permintaan agar tak ditahan itu juga cukup aneh. Doni 
mengatakan, setelah mempelajari kasus itu, dia merasa yakin bahwa Adrian akan bebas di 
pengadilan. "Kalau saya bisa dibebaskan, kenapa saya harus ditahan?" kata Doni 
menirukan ucapan Adrian. <br><br>Lalu, apakah hari ini Adrian akan memenuhi panggilan 
Polri? Doni tidak bisa menjamin. Sampai saat ini, kata Doni, Adrian masih berada di 
Jakarta.<br><br>Adrian memang lebih "beruntung" dibandingkan dengan orang-orang yang 
terlibat dalam kasus pembobolan BNI itu. Dua pimpinan cabang BNI sudah divonis dengan 
hukuman cukup berat, yakni seumur hidup dan belasan tahun penjara. Terdakwa lain juga 
mulai diadili. <br><br>Sedangkan Adrian justru dilepas polisi dengan dalih masa 
tahanan 120 hari telah habis. Ini akibat berkas Adrian mondar-mandir belasan kali dari 
polisi ke kejaksaan. Justru saat akan diserahkan ke Kejagung, setelah berkas sempurna, 
dia malah mangkir. Dia berdalih sakit dengan berbekal surat dokter. <br><br>Dari 
pelacakan koran ini (seperti diberitakan edisi kemarin), dokter tersebut adalah dr 
Franklyn Winerungan. Dokter itu bekerja di Puskesmas Desa Tungoi dan buka praktik 
privat di Kotamobagu. Surat keterangan dokter tersebut bertanggal 23-30 September. 
Namun, sang dokter mengaku tak tahu persis siapa Adrian itu.<br><br>Anehnya lagi, 
polisi juga terkesan menoleransi mangkirnya Adrian itu. Akibatnya, tak ada tindakan 
serius untuk mengecek dan melacak Adrian. Baru tiga hari lalu, Mabes Polri menyatakan 
sudah mengirim empat polisi ke Sulawesi Utara. <br><br>Kejagung Desak 
Polisi<br>Bagaimana komentar Kejagung? Kapuspenkum Kemas Yahya Rahman tidak mau 
memastikan apakah Adrian akan langsung ditahan. "Ditahan atau tidaknya, ya kita lihat 
nanti," ungkap Kemas kepada koran ini kemarin di kantornya. <br><br>Lebih lanjut Kemas 
mengatakan, Kejagung meminta Mabes Polri segera menyerahkan Adrian dan barang bukti 
lainnya. Ini terkait dengan status BAP-nya yang telah dinyatakan P21 (sempurna). "BAP 
tersangka sudah kita nyatakan P-21. Oleh karena itu, kita meminta agar Mabes Polri 
segera menyerahkan tersangka (Adrian) beserta barang bukti," ujar Kemas. <br><br>Kemas 
mengatakan, Mabes Polri memiliki waktu 14 hari untuk melakukan penyerahan sejak hari 
penerbitan status P21 pada BAP tersebut. Jangka waktu itu, kata Kemas, sesuai dengan 
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Padahal, Kejagung sendiri menerbitkan P21 
sejak 9 September lalu. <br><br>Kemas menambahkan, untuk mengonkretkan permintaan 
tersebut, Kejagung segera mengirimkan surat tertulis kepada Mabes Polri. "Kita 
mendesak agar Polri melakukan penyerahan tahap II," tandasnya. <br><br>Karena Adrian 
misterius, sangat mungkin penyerahan itu tidak bisa dipenuhi Polri. Namun, Kemas 
mengatakan, Kejagung akan terus meminta Polri untuk menyerahkan Adrian. "Bahkan, tidak 
sekadar meminta. Kita juga mendesak. Kalau tidak bisa, akan kita desak lagi," 
ujarnya.<br><br>Pelacakan Polisi<br>Menurut informasi yang diperoleh koran ini, polisi 
terus melacak keberadaan Adrian di Jakarta dan Sulawesi Utara. Rabu malam, polisi 
mendatangi rumah Adrian di Pondok Indah. Polisi hanya bertemu pembantunya. "Menurut 
pembantunya, ke
 marin malam (Selasa malam, Red), dia meninggalkan rumah," ungkap sumber 
tersebut.<br><br>Bagaimana dengan pelacakan ke Sulut? Setelah kedatangan tim Mabes 
Polri untuk melacak Adrian dikabarkan belum jelas, Direktur Reskrim Polda Sulut Kombes 
Pol Johnny Hotma Hutauruk kemarin menyatakan bahwa tim mabes itu sudah tiba dua hari 
lalu. <br><br>Dia mengungkapkan, tim Mabes Polri yang turun ke daerah tersebut 
beranggota tiga perwira. Dia menambahkan, begitu tiba, tim Mabes Polri tersebut 
langsung terjun ke Bolmong. "Bahkan, sampai saat ini, ketiga perwira itu sedang berada 
di lapangan untuk mengecek keberadaan atau posisi Adrian," tegasnya. <br><br>Polda 
Sulut tak akan bertindak apa pun bila Adrian tidak mau mengindahkan panggilan Mabes 
Polri. Hotma menegaskan, semuanya diserahkan kepada Mabes Polri. <br><br>Sementara 
itu, meski Adrian pernah datang ke Kotamobagu untuk "berobat", dia tak pernah 
mendatangi keluarga dekatnya di kota tersebut. Begitulah pengakuan Ny Emi Manoppo 
Waworuntu, 81, warga Kobo Besar. Dia adalah tante Adrian Waworuntu. <br><br>Saat 
ditemui di rumah asrinya kemarin sekitar pukul 19.00 Wita, Emi sangat kaget atas 
adanya isu bahwa Didi (sapaan Adrian) pernah datang ke rumahnya di kawasan Kobo Besar, 
Kotamobagu, Bolmong.<br><br>"Saya juga heran mengapa orang menyebut bahwa Didi pernah 
ke mari. Saya juga baru tahu dari koran," ujarnya. Emi menjelaskan, Rabu (29/9), 
dirinya ditemui enam polisi yang mencari informasi mengenai keberadaan 
Didi.<br><br>Hanya, istri almarhum Alo Waworuntu itu menyatakan bahwa Didi pernah 
datang sewaktu kecil. "Dia kan besar di Amerika. Apalagi, kami ketemu dia hanya di 
Jakarta," ungkapnya. <br><br>Keturunan Raja Manoppo itu membenarkan bahwa Adrian 
adalah kemenakannya dari suaminya. Ayah Adrian, Joutje Waworuntu, bersaudara dengan 
suami Emi, Alo Waworuntu. <br><br>Ketika ditanya kapan dirinya mengetahui bahwa Adrian 
menjadi tersangka? Emi mengetahuinya saat di Jakarta. "Hanya anak saya yang 
membesuknya di tahanan Mabes Polri. Saya juga ingin (menjenguk). Tapi, kan saya sudah 
ndak kuat berdiri," katanya. <br><br>Sementara itu, Polres Bolmong masih mencari 
keberadaan Adrian yang diperkirakan masih berada di wilayah Totabuan. "Berdasarkan 
informasi yang kami terima, kami berusaha mengembangkan dan mencari Adrian," tegas 
Kapolres Bolmong AKBP Supriadi Djalal. (dja/guh/ala<br><br>Sandy Dwiyono <[EMAIL 
PROTECTED]> wrote:<br>(Maaf kalau judulnya kurang sesuai, karen judul yg<br>sesuai scr 
nggak sengaja telah terhapus. Saya hanya<br>ingin mengomentari secara singkat 
pernyataan Mr. RMDH<br>ttg Timtim) <br><br><br>Bagi saya lepasnya TimTim hanya satu 
sebab, yaitu<br>kebodohan  Mr. Habibie. Betapapun hebatnya dukungan<br>Internasional 
thd sesuatu, namun jika kita tetap<br>kukuh, tidak akan pernah terjadi apapun yang 
namanya,<br>jajak pendapat (tolol) entah apa namanya. Tidak peduli<br>anda berdiri 
dibelakang siapa, saya akan tetap berdiri<br>di belakang NKRI. Hanya satu cara 
mempertahankan NKRI,<br>yaitu dengan Senjata dan Tangan Besi. Tidak ada<br>kompromi, 
tidak ada dialog jika sudah menyangkut<br>dengan Keutuhan Negara. Dialog dengan 
separatis,<br>berarti menaikkan derajat mereka dari yang tadinya<br>hanya berstatus 
gerombolan bersenjata menjadi kelompok<br>yang berkekuatan politik. Tidak ada kompromi 
dengan<br>separatis. Dialog hanya Tipu Muslihat.<br>--- Danardono HADINOTO <[EMAIL 
PROTECTED]> wrote:<br><br>> Lho mas, hati nurani saya termaktub dalam kalimat<br>> 
romo Magnis dibawah ini:<br>>  <br>> >>>>Agar kita berhak mengutuk para teroris, 
kita<br>> sendiri harus menjadi rendah hati dan berhenti<br>> 
membenci......"<<<<<<br>> <br>> Saya kira, Yassir tak membenci siapa2, dia adalah<br>> 
politician. Perjanjian Camp David menunjukkan,<br>> kebencian bukanlah suatu hal yang 
patut diikuti<br>> nurani, namun nalar.<br>>  <br>> Saya juga condong untuk tak 
terlalu mudah memakai<br>> kata "teroris", sebab muatan kata ini sudah<br>> amburadul. 
Tak ada kriterium hukum yang jelas. Bagi<br>> A, B adalah teroris, bagi B, A adalah 
teroris.<br>> Mungkin kita lebih baik mencari kata lain. <br>>  <
_______________________________________________
No banners. No pop-ups. No kidding.
Make My Way your home on the Web - http://www.myway.com



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppiindia.shyper.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke