Setuju mas. Kalau setiap pemeluk agama mengimani agamanya dengan 
baik, tak akan ada benturan, dan kita harus menjauhkan diri dari 
keinginan pamer kesalehan dan keimanan.

Mungkin ada gunanya membaca tulisan berikut. kalau dimengerti baik, 
akan mencegah sok2an dalam beriman.

Salam

RM D Hadinoto



AKAR-AKAR KEKERASAN DALAM ISLAM
Neng Dara Affiah

       Pada minggu-minggu terakhir ini, dua organisasi besar Islam, 
NU dan Muhammadiyah, mengupayakan suatu rekonsiliasi, setelah 
sebelumnya, akibat perseteruan politik antara Amin Rais dan 
Abdurrahman Wahid, terjadi ketegangan yang berbuntut pada perusakan 
sarana-sarana publik. Menuju ke arah perdamaian pun telah diupayakan 
oleh dua kelompok agama yang bertikai, Islam dan Kristen, yang 
terjadi di Poso, Ambon dan beberapa daerah lainnya.

Pertanyaan yang tersisa adalah, apakah upaya perdamaian tersebut 
benar-benar menuju perdamaian sejati atau masih menyisihkan trauma 
pada masing-masing pihak, sehingga sewaktu-waktu dapat meletup 
kembali? Tulisan ini mencoba melacak akar kekerasan yang terjadi 
dalam sejarah panjang umat Islam, yang disadari maupun tidak, 
memiliki rangkaian benang merah dengan berbagai peristiwa kekerasan 
yang terjadi akhir-akhir ini.

Secara konsepsional, doktrin  Islam yang utama adalah penekanannya 
pada ajaran perdamaian. Kata Islam sendiri  bermakna damai, aman, 
selamat dan penyerahan diri. Dalam ritual salat, yang merupakan 
kewajiban utama dalam Islam, ikrar terakhir yang diucapkan adalah  
memberikan keselamatan dan kedamaian bagi sesama umat manusia. Sebuah 
simbol bahwa muara akhir dari ajaran ini adalah perdamaian.

Tetapi dalam sejarahnya, konsepsi di atas tidak selalu seiring dengan 
perjalanan umat Islam. Pada awal-awal lahirnya Islam, tidak kurang 
dari enam kali peperangan diikuti oleh Nabi, kendati dengan tujuan 
untuk menegakkan keadilan ekonomi, kesetaraan manusia dan bertahan 
dari penyerangan. Hal ini didukung oleh al-Quran 4:75: "Mengapa kamu 
tidak berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah, 
baik laki-laki, perempuan dan anak-anak yang semuanya berdo'a: Ya 
Tuhan Kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim 
penduduknya dan berilah kami pelindung dan pertolongan dari-Mu!"  
serta pada ayat: "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang 
memerangi kamu (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena 
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".

Demikian pula pada masa Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman Bin Affan 
dan Ali bin Abi Thalib. Peperangan yang dilakukan oleh mereka umumnya 
bermotifkan ekonomi, seperti penumpasan terhadap kelompok pembangkang 
yang enggan membayar zakat di masa Abu Bakar; pelebaran wilayah 
Islam, seperti yang terjadi pada masa Umar bin Khattab; dan perebutan 
kekuasaan seperti yang terjadi pada Usman dan Ali.

Disebutkan dalam sejarah, sepeninggal Nabi Muhammad, tak kurang dari 
70.000 orang Islam mati terbunuh dalam medan peperangan. Bahkan dua 
khalifah yang terakhir, yakni Usman dan Ali terbunuh secara 
mengenaskan dalam suatu peristiwa peperangan. Ahmad Amin menyebut 
peperangan besar dalam sejarah umat Islam ini sebagai fitnah 
kehidupan yang paling besar (al-fitnah al-Kubra).

Berbagai bencana kekerasan berlangsung sepanjang kekuasaan dinasti 
Islam, yakni pada masa Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. 
Kekerasan pada masa ini tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga 
kekerasan intelektual.

Kekerasan intelektual diwujudkan dalam wujud pembunuhan terhadap 
beberapa pemikir yang dianggap dapat merugikan kekuasaan, seperti 
yang terjadi pada Ghaylan al-Dimasyqi dan Al-Ja'd bin Dirham yang 
berpandangan bahwa kekuasaan dalam masyarakat Islam  bukanlah 
monopoli keturunan Arab (bangsa Quraisy) sebagaimana yang menjadi 
pandangan kelompok Sunni, atau dari keturunan Ali bin Abi Thalib  
sebagaimana yang menjadi garis politik Syiah, melainkan siapa saja 
dari umat Islam yang disetujui berdasarkan musyawarah (kesepakatan).

Kekerasan pada aspek politik lebih mengerikan lagi. Pada masa Dinasti 
Umayyah, tepatnya dimasa Yazid bin Muawiyah, kepala Husain bin Ali 
dipenggal dari tubuhnya, dan kepala tersebut dibawa ke istana untuk 
dipermainkan. Seorang tua yang tahu masa kecil Husain dengan gusar 
berkata: "Saya pernah melihat wajah itu diciumi oleh Rasulullah". 
Peristiwa ini disebut sebagai "tragedi Karbala", sebuah momentum 
perpecahan antara kelompok Islam Sunni dan Syiah  pada tahun 64 
Hijriah.

Demikian halnya pada masa Dinasti Abbasiyah. Akbar S Ahmed 
menggambarkan upaya kudeta militer Dinasti Abbasiyah terhadap Dinasti 
Umayyah sebagai berikut: "Sekali waktu Abdullah, seorang Jendral 
Abbasiyah mengundang 8 orang pemimpin Umayyah untuk makan malam pada 
musim panas bulan Juni tahun 750 M di rumahnya yang terletak di 
Jaffa. Ketika para tamu sedang makan, mereka ditangkap oleh para 
tentara. Setelah para tentara menikam semua pimpinan Umayyah 
tersebut, para pelayan menggelar tikar di atas tubuh mereka yang 
masih menggeliat-geliat dan para tamu lainnya melanjutkan makan malam 
sambil bersuka ria." (Discovering of Islam).

Menjelang keruntuhan kekuasaan Umayyah di Spanyol dan Abbasiyah yang 
terbentang dari wilayah Afrika dan  seluruh jazirah Arab itu,  
tentara Kristen dari Eropa Barat menyerang dua dinasti Islam 
tersebut. Dengan misi perang suci untuk menaklukkan orang-
orang "kafir", umat Islam saat itu dihadapkan pada dua pilihan: 
beralih ke agama Kristen atau keluar dari wilayah kekuasaannya 
(migrasi). Perang ini kemudian diikuti oleh sebuah perang lain yang 
dalam sejarah dunia disebut perang salib, sebuah perang yang 
menghabiskan waktu tidak kurang dari seratus tahun dan menyisakan 
trauma pahit bagi Kristen dan Islam.

Pada awal-awal abad 20-an, beberapa wilayah yang berbasiskan umat 
Islam pun terdesak oleh negara-negara kolonial dari Eropa. Misalnya, 
Indonesia oleh Belanda; Mesir, Maroko, Aljazair oleh Perancis, 
Malasyia, Nigeria,  oleh Inggris dan Libia oleh Italia. Dan panggung 
sejarah  umat Islam yang sempat  penuh gemerlap itu   terbenam ke 
bawah dasar permukaan, bagai sebuah cerita yang ditutup secara tiba-
tiba.

^^^

Jejak-jejak kekerasan tersebut, disadari ataupun tidak, masih 
membekas pada diri sebagian umat Islam sekarang. Sikap pemerintah 
Amerika terhadap wilayah-wilayah muslim, seperti Afganistan, setelah 
tragedi pemboman gedung WTC  tanggal 11  September 2001 lalu, 
mengusik kembali emosi sebagian umat Islam akan peristiwa pahit yang 
dipaparkan di atas.

Akibat dari perasaan sakit tersebut, sebagian umat Islam mencari 
identitas primordialnya dengan mengungkap kembali nilai-nilai 
keagamaan yang dimiliki. Hanya saja, nilai-nilai tersebut cenderung 
hanya menonjolkan identitas yang berupa atribut, tidak berupa ruh 
yang terekspresi dalam prilaku.

Dalam konteks Indonesia, atribut-atribut tersebut diekspresikan 
melalui  maraknya tuntutan pemberlakuan syariat Islam di beberapa 
daerah. Tuntutan itu tak jarang dilakukan dengan cara-cara kekerasan, 
misalnya membentuk berbagai kelompok komando jihad,  menyerang tempat-
tempat hiburan, memaksa perempuan  menggunakan pakaian tertentu, 
intoleran terhadap pemikiran lain, memutlakkan kebenaran pemikiran 
kelompoknya  dan anti dialog.

Cara-cara  tersebut semakin menguatkan anggapan bahwa Islam, 
sebagaimana yang ditulis Max Weber, adalah agama yang memiliki etos 
keprajuritan, tetapi tidak memiliki etos kewiraswastaan. Penyebaran 
Islam bahkan sering difahami dengan gambaran seseorang yang "memegang 
al-Quran di tangan kanan dan pedang di tangan kirinya".

Padahal Islam, menurut hemat saya, bukanlah ajaran agama  yang rumit, 
yang jauh di langit sana,  tetapi ia agama nurani yang merupakan 
bagian dari ruh detak nafas kita. Diantara ajaran tersebut, yang 
nampaknya sepele, tetapi sangat mendasar  adalah bagaimana kita 
dapat  berdamai dengan diri sendiri untuk dapat menebar kedamaian 
kepada sesama  dan  lingkungan hidup kita. Ala' bidzikrillahi 
tathmainnal qulub. Wallahu A'lam!

* Penulis adalah staf peneliti pada Lingkaran Pendidikan Alternatif 
untuk Perempuan (Kapal-Perempuan), Jakarta  dan  pengajar sebuah 
pondok pesantren di Banten. 



--- In [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] wrote:
> Mas-mas ini koq pada "tukaran"....
> kalem mas.... :op
> 
> Menurut Nurcholis Madjid, agama terdiri dari 3 bagian : Aqidah, 
syariat &
> akhlak.
> Beragama menjadi nyata bila melahirkan akhlak yg mulia...
> 
> Iman dalam tingkatan aqidah dan syariat, masing-masing agama akan 
berbeda
> satu sama lain
> Tapi, dalam tingkatan akhlak bisa jadi sama, karena setiap agama 
mempunyai
> nilai-nilai
> luhur dan kebenaran yg universal.....memberikan rahmat kepada seisi 
alam...
> 
> Makanya ada salah satu cendekiawan Muslim (Saya lupa namanya) 
pernah bilang
> :
> "Saya dan Romo Mangun berbeda agama tapi satu iman...."
> 
> Semoga bisa menyatukan pandangan yg beda....
> 
> Peace,
> 
> AI
> 
> =======
> 
> From: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: Re: Re: Belajar tentang ayat Al Maidah dapat berkaitan dgn 
syariat
> Islam
> 
> 
> 
> di sinilah letak perbedaan agama-agama itu yaitu "iman"
> 
> kalau semua agama imannya sama tentu tidak ada
> 
> perbedaan agama,  cuma masalahnya bagaimana
> 
> kita menghargai keimanan seseorang yang bersifat
> 
> pribadi. so tidak ada expansi terhadap keimanan
> 
> seseorang, kecuali orang tersebut yang meyakini
> 
> bahwa apa yang di imani nya itu bertentangan
> 
> dengan kebenaran  ....  so no intervention ...
> 
> is the point  .....for good relation ...  between
> 
> human race  ....  the peace will be with us ...
> 
> for ever  ...
> 
> 
> 
> 
> 
> salam
> 
> yustam
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> >>>> pengertian ber-'iman'-nya berbeda antara umat islam dengan umat
> 
> kristen/katolik<<<<<
> 
> 
> 
> Iman ya iman, begok! Apakah itu Hindu, Buddha, Yahudi, Protestant,
> 
> Katholik, Sikh, Muslim. Kebodohan darimana pula ini?





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppiindia.shyper.com
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke