ha ha ha..... Pak RM Danardono memang lucu.... hahaha.....
 

rm_danardono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Ulasan yang sangat berbobot, dan merupakan thema pokok juga di 
Europa, yang mulai terguncang menghadapi globalisasi. Opel terancam 
tertutup. Porche dan VW mau pecat buruh2. Mercedes mau turunkaj gaji 
pegawai dan buruh....

penutupan pabrik2 merupakan dampah ulah para spekulan secara tak 
langsung melalui pasar.

Tapi, by the way, hati2 lho mas, nanti mas Dicky Riadi, sobat kita di 
milis teriak2 lagi, dan katakan: "Lha kok lebih pinter dari SBY, 
mestinya dipilih jadi presiden...ato pak SBY lupa masukan anda ke 
team kabinet" ha ha ha

Salam

RM D Hadinoto



--- In [EMAIL PROTECTED], A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Seharusnya dibedakan antara "Pelaku Pasar" yang hanya
> spekulan/makelar saham/valas (valuta asing) dengan
> pengusaha real baik dari level besar, menengah, hingga
> kecil.
> 
> Pelaku pasar tidak menghasilkan produk atau jasa yang
> berarti. Mereka hidup dari gain jual-beli saham/valas
> (sering juga rugi) dan komisi sebagai makelar
> jual-beli saham/valas.
> 
> Ada juga yang hidup dari bunga obligasi/SBI yang
> dikeluarkan pemerintah Indonesia.
> 
> Perkembangan "Pelaku Pasar" ini, tidak akan membuat
> rakyat Indonesia sejahtera. Meski IHSG sampai 3000
> (sekarang 700-an), Rakyat Indonesia belum tentu
> sejahtera. 
> 
> Perusahaan2 yang Go Public, sebagian besar sudah
> berdiri dan berkembang sebelum masuk bursa Saham.
> Contohnya BNI, Bank Mandiri, Indosat, Telkom, semua
> sudah berkembang sebelum IPO. Tanpa Bursa Saham pun,
> perusahaan tsb tetap akan bisa berkembang.
> 
> Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan pengembangan
> usaha yang real yang memproduksi barang dan jasa.
> Pemerintah harus mengembangkan pertanian, perkebunan,
> peternakan, sehingga Indonesia tidak perlu impor
> beras, gula, daging, kedelai (Indonesia impor kedelai
> Rp 3 trilyun lebih pertahun dari AS),  dll, sampai
> ratusan trilyun per tahunnya.
> 
> Pemerintah harus mengembangkan sehingga Indonesia
> mampu memproduksi sendiri pakaian, sepatu, serta alat
> kebutuhan rumah tangga untuk rakyatnya.
> 
> Zaman Soekarno dulu, mertua saya bercerita bahwa dia
> adalah pengusaha sepatu dengan pekerja sampai 60
> orang. Di sepanjang kali Ciliwung, banyak pengusaha
> sepatu seperti dia. Ini karena pemerintah Soekarno
> memberikan order untuk pembuatan sepatu tentara dan
> polisi kepada mereka.
> 
> Nah, itulah salah satu tindakan ekonomi untuk
> mengembangkan pengusaha "beneran". Bukan
> spekulan/makelar saham/valas. Pemerintah harus
> meninggalkan ekonom neoliberal atau Pro IMF yang terus
> membuat Indonesia jadi negara konsumen/spekulan.
> 
> --- wkasman1 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > ----- Original Message -----
> > >From: Revrisond Baswir
> > >To: wkasman1
> > >Sent: Thursday, October 21, 2004 10:57 PM
> > >Subject: Re: Rekonsiliasi sama musuhnya Bung Soni
> > yuuuuuk !!!!
> > >
> > >Bung WK,
> > >
> > >Pertama, soal ekonomi rakyat, secara gampang adalah
> > ekonomi 60% rakyat
> > >Indonesia yang hidup kurang dari 2 dollar AS per
> > orang per hari.
> > >Pemberdayaan ekonomi rakyat ini tdk dpt hanya
> > dijadikan sebagai derivasi
> > >dari pertumbuhan ekonomi dan investasi. Sesuai
> > amanat konstitusi, Pasal 34,
> > >fakir miskin dan anak2 yg terlantar dipelihara oleh
> > negara, dan Pasal 27
> > >(2), setiap warga negara berhak mendapatkan
> > pekerjaan dan penghidupan yang
> > >layak sesuai dgn kemanusiaan. Jadi bebas dari
> > kemiskinan dan pengangguran
> > >adl hak konstitusi rakyat. Jadi pemerintah jangan
> > berlagak nggak punya
> > uang,
> > >sementara Indonesia tercatat sebagai negara juara
> > korupsi di dunia.
> > -----cut--------
> > >
> > >Salam,
> > >bung_soni
> > >(tak ada "puncak" di langit)
> > >
> > Saya menerima balasan email dari Bung Revrison
> > Baswir (Bung Soni).
> > Benar-benar senang saya menerima email dari ekonom
> > terkenal ini. Saya
> > coba-coba peras ingatan saya, apa pernah kenal ya?
> > Ooh tidak. Belum pernah
> > ketemu.
> > Tentang "ekonomi kerakyatan" yang dimaksud Bung Soni
> > itu - saya sangat
> > setuju. Tapi, rasanya saya ingin memberikan tambahan
> > (dari ingatan dan
> > kenangan waktu sekolah dulu plus pengalaman yang
> > saya rasakan). Begini :
> > 
> > (1) Ada satu aliran pemikiran ekonomi yang juga
> > sangat kuat pengaruhnya
> >  masih termasuk klasik), yang mampu membentuk cara
> > berpikir tertentu yang
> > membuat bias suatu kebijakan ekonomi. Alur pemikiran
> > kebijakan di negeri
> > kita, terpengaruh sangat kuat dengan gagasan
> > Schumpeter yang memasukkan
> > variabel INOVASI (plus ENTERPRENEURSHIP) dalam
> > persamaan ekonominya.
> > Kajian-kajian tentang invovasi (enterpreneurship)
> > ini kemudian membanjir,
> > dan berkembang upaya untuk mencari jalan bagaimana
> > caranya mengembangkan
> > enterpreneurship itu. Ekonom seperti HICKS dengan
> > paradigma "deviant
> > behavior", David McCleland dengan n-Ach, teori-teori
> > tentang "pribadi
> > unggul" adalah contoh-contoh upaya itu. Upaya ini
> > agak kendor setelah
> > ternyata Timur bisa maju tanpa harus memaksakan
> > teori-teori itu (periode
> > macan asia lalu).
> > 
> > (2) Paradigma enterpreneurship sangat membius setiap
> > relung kebijakan
> > ekonomi Indonesia dan ketemu dengan budaya "feodal"
> > yang ada. Manusia
> > ekonomi tidak dihargai sepatutnya, dan setiap
> > kebijakan ekonomi lebih
> > memberi prioritas pada manusia-manusia "yang
> > dianggap unggul" yang akhirnya
> > melahirkan perlakuan istimewa dan konglomerasi.
> > Kebijakan ekonomi seolah
> > lupa, bahwa inovasi atau enterpreneurship (betatapun
> > penting), hanya
> > didukung oleh aktor yang sangat sedikit. Sisanya,
> > adalah aktor-aktor ekonomi
> > yang cuma bisa meniru, menjiplak atau
> > mengaplikasikan iptek. Sisa yang
> > mayoritas ini tidak mendapat perhatian sama sekali.
> > Miskinnya perhatian pada
> > mayoritas ini akan sangat kentara kalau misalnya
> > kita membandingkan antara
> > bagaimana Indonesia membangun industrinya (dan
> > pertaniannya) dengan negara
> > lain seperti Taiwan, Korea (sesudah gegeran Chaebol)
> > dan Cina sekarang.
> > Mereka membimbing rakyatnya untuk meniru (membajak,
> > me-reverse-engineering,
> > meng-copy and develop), memberi modal di luar
> > saluran perbankan,
> > memperlakukan mayoritas pengusaha kecilnya sebagai
> > modal pembangunan dan
> > sebagainya.
> > 
> > (3) Tentang bagaimana kebijakan ekonomi yang tidak
> > memihak rakyat, kita
> > mungkin dapat meninjau lebih detil dengan melihat
> > (a) bagaimana strategi
> > Indonesia dalam merebut penguasaan teknologi (tidak
> > sekedar menarik
> > investasi asing), (b) bagaimana melakukan reformasi
> > agraria untuk
> > memungkinkan pengembangan pertanian, (c) bagaimana
> > mendidik rakyatnya dengan
> > life-skills, (d) bagaimana sistem pembiayaan
> > membantu usaha kecil/baru dan
> > sebagainya.
> > 
> > Semua tolok ukur itu rasanya akan membuktikan bahwa
> > memang ekonomi Indonesia
> > saat ini bukanlah ekonomi kerakyatan, dan dari
> > Kabinet IBnya SBY juga tidak
> > nampak warnanya. Melihat hal ini, tentu saya sangat
> > simpati dengan Bung
> > Revrison Baswir. Saya ingin menyumbang pikiran, tapi
> > repotnya saya bukan
> > ilmuwan (sekarang tukang listrik). Bravo Bung
> > Revrison Baswir. Maju teruuuus
> > !!!!!
> > 
> > Salam/WK
> > 
> > 
> > 
> 
> 
> =====
> Bacalah artikel tentang Islam di:
> http://www.geocities.com/nizaminz





***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]



Yahoo! Groups SponsorADVERTISEMENT


---------------------------------
Yahoo! Groups Links

   To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/
  
   To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
  
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke