Pak Danar, ada istilah odious debt.
Jika peminjam tahu bahwa negara peminjam begitu korup
serta pinjaman itu dipakai untuk menekan rakyatnya,
maka hutang seperti itu adalah illegal. Tak pantas
dibebankan kepada rakyat untuk dibayar.

--- rm_danardono <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> 
> 
> Apa yang terjadi dimasa orde baru ini adalah sebuah
> tragedi 
> nasional. Proyek2 dibangun secara besar2an, dibiayai
> oleh pinjaman 
> LN (negara dan private banks), dibangun oleh
> pengusaha2 mitra 
> pemerintah/pejabat, dengan jumlah investasi yang
> digelembungkan.
> 
> Apa yang anda tanyakan, adalah kenyataan. Ini saya
> tahu sekali, dari 
> para exportir yang kami biayai, yakni uang suap
> besar2an bagi 
> pejabat2. para exportir, yang memang mempunyai
> budget untuk ini, 
> memperhitungkannya kedalam nilai barang yang
> diexport.
> 
> Kalau tak salah, memang ada keterangan dari pejabat
> IMF, bahwa ada 
> pejabat IMF yang menerima uang suap.
> 
> Meminta write-off secara tekhnis mungkin, namun
> sulit sekali, dan 
> kita akan masuk black list, dan dihindari para
> investor. Lebih 
> daripada itu, hal ini akan sangat memperburuk
> country risk 
> Indonesia, yang berpengaruh pada bunga pinjaman
> (risk premium, X + 
> LIBOR).
> 
> Pinjaman dari Austria yang dijamin negara Austria,
> dan jebol, 
> diambil alih negara melalui agency pemerintah
> (Kontrollbank, di 
> Jerman HERMES), lalu pemerintah Austria menagihnya
> pada Indonesia 
> melalui sebuah konsortium (Paris Round), sedangkan
> yang berasal dari 
> bank2 privat, harus kami tagih juga melalui
> konsortium pemberi 
> pinjaman (London Round).
> 
> Pinjaman untuk Indonesia ada yang diberikan pada
> pemerintah melalui 
> kementrian keuangan RI , namun tak sedikit yang
> diberikan pada 
> perusahaan2 privat. Mereka kebanyakan mengalami
> kesulitan membayar 
> kembali ketika timbul monetary crisis.
> 
> Malaysia, menunda dan meng-cansel banyak sekali
> proyek2 mereka pada 
> awal crisis. Termasuk proyek raksasa pembangunan
> dam. Thailand dan 
> Korea selatan berhasil mengembalikan sebagian besar
> pinjaman, 
> sebagian lain masih berjalan, namun tak ada yang
> macet,
> 
> Singapura tak meminta pinjaman samasekali.
> 
> Yang menyedihkan, adalah, tapi kami tak mungkin
> berbuat apa2 disini, 
> kami tahu, bahwa hampir setiap proyek digelembungkan
> (marked up) 
> untuk di-bagi2 antara pejabat dan pengusaha. Juga,
> tiap proyek yang 
> dibiayai pinjaman (dikembalikan oleh rakyat melalui
> pajak), langsung 
> memperkaya eli yang memiliki perusahaan dan mitranya
> dikementrian 
> yang memberikan izin2.
> 
> Seperti anda katakan, memperbesar gap antara sikaya
> dan simiskin.
> 
> Salam
> 
> RM D Hadinoto
> 
> 
> 
> 
> --- In [EMAIL PROTECTED], "Rachman, Mauludi
> \(GE Consumer 
> Finance\)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > makin seru nih ...
> > 
> > nah ... jadi seperti apakah pemerintah harus
> bertindak ?
> > saya orang awam pun melihat bahwa setiap pinjaman
> tersebut 
> pastilah ada syarat** yang mengikatnya (privatisasi
> misalnya)
> > pertanyaan saya ...
> > 1. mengapa hal itu terus diulang ? padahal mereka
> semua tau bhw 
> itu semua bakalan mempertajam gap antara the have
> dan si kere ... 
> yang 
> >    dampaknya : kerusuhan lah ... apa lah ...
> > 2. menurut referensi yang pernah saya baca,
> betulkah setiap 
> pinjaman dari WB atau IMF itu .. 20%-nya diberikan
> untuk para 
> pejabat dan 
> >    politisi ?
> > 3. gimana kalo kita minta debt write-off ? bisakah
> ?
> > 4. kalo kita di-embargo secara ekonomi ? can we
> survive ?
> > 
> > 
> > -----Original Message-----
> > From: A Nizami [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > Sent: Tuesday, October 26, 2004 3:22 PM
> > To: [EMAIL PROTECTED];
> [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: RE: [ppiindia] Re: [ekonomi-nasional]
> YUSUF ANWAR kasih
> > Pinjaman ADB asal PRIVATISASI KELISTRIKAN
> > 
> > 
> > 
> > Menurut pengamatan saya yang awam ini. Jika negara
> > kita terus membuat hutang baru, sementara hutang
> yang
> > lama belum lunas, bahkan cicilan hutang+bunga
> mencapai
> > 40% dari APBN, lama kelamaan kita akan sampai pada
> > satu titik di mana kita tidak mampu membayar lagi.
> > 
> > Sekarang dengan privatisasi berbagai BUMN, secara
> > tidak langsung kita sudah menjual air, minyak,
> gas,
> > dan kekayaan lainnya ke perusahaan asing (MNC).
> > 
> > Kaum Neoliberal bilang negara tidak akan bangkrut.
> > Benar. Tapi rakyat akan diperas dengan membayar
> pajak
> > yang tinggi serta tarif air dan listrik yang
> melangit.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 


=====
Bacalah artikel tentang Islam di:
http://www.geocities.com/nizaminz


                
__________________________________
Do you Yahoo!?
Take Yahoo! Mail with you! Get it on your mobile phone.
http://mobile.yahoo.com/maildemo 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke