http://www.suarapembaruan.com/News/2004/11/03/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY Belajar dari Perekonomian Cina Oleh Nawa Thalo SALAH satu isu ekonomi global yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini ialah diundangnya pejabat keuangan Cina pada pertemuan para pejabat keuangan dari negara-negara Group of Seven (G-7) yang berlangsung beberapa minggu yang lalu. Undangan ini merupakan simbol pengakuan kelompok tersebut atas semakin besarnya peran Cina dalam konstelasi ekonomi keuangan dunia. Kini kesan yang timbul ialah Cina sudah mampu menyejajarkan dirinya dengan bangsa-bangsa terkaya di dunia. Cina memang telah menjadi sebuah kasus kesuksesan ekonomi yang menarik perhatian dunia. Ceritanya berawal dari tahun 1978, di mana negara tersebut mulai melakukan reformasi ekonomi sehingga bertransisi secara gradual dari ekonomi terencana (planned economy) - yang sudah dianut selama tiga dekade sejak revolusi 1949 - menuju era ekonomi pasar (market economy). Kerja keras dan pengorbanan seluruh komponen bangsa telah mewarnai proses tersebut selayaknya sebuah perubahan. Hasilnya sungguh mengharukan, manakala tidak sedikit indikator ekonomi utama mampu menuturkan keberhasilannya. Ekonomi yang tadinya hanya dapat bertumbuh sekitar 6 persen pada era sebelum 1978, setelah masa transisi mampu bertumbuh lebih dari 9 persen per tahun, bahkan mencapai 13 persen pada tahun-tahun tertentu. Sehingga tidak heran para ekonom dunia memperkirakan bahwa besarnya perekonomian Cina akan melebihi perekonomian Amerika Serikat dalam 20 tahun mendatang (Prasad, 2004). Sebuah pertanyaan sederhana kemudian muncul, dari mana datangnya angka-angka menakjubkan tersebut? Yang jelas,mereka tidak diturunkan dari langit. Di sinilah peran institusional pemerintah beserta perangkat-perangkatnya menjadi faktor yang sangat menentukan Reformasi Ekonomi Pada masa-masa awal terjadinya reformasi ekonomi setelah tahun 1978, pemerintah menyusun strategi yang menjadi program reformasi perekonomian negara beruang panda tersebut. Dalam programnya, Pemerintah Cina sangat mendukung terbentuknya simbiosis mutualisme antara pengusaha kecil dan menengah dengan pebisnis besar, melakukan liberalisasi perdagangan dan investasi secara sangat berhati-hati dan bertahap dengan menciptakan zona ekonomi khusus Pemerintah juga berinvestasi dalam produksi yang bersifat industrial, serta mengharuskan setiap perusahaan untuk meyediakan pendidikan dan pelatihan yang intensif bagi para pekerjanya. Tidak hanya itu, pemerintah juga melepaskan kendali harga atas beberapa komoditas sehingga memungkinkan terjadinya mekanisme pasar dengan terlebih dahulu melakukan uji coba di beberapa daerah. Berbagai jurus pemerintah yang tergambar di atas seolah-olah menyiratkan bahwa segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik. Namun, kenyataan berbicara lain. Untuk mengarungi arus deras transisi, sehebat apa pun strategi yang disusun, tetap saja rakyat Cina harus mengecap "duka" selain "suka". Sebab memang kemajuan biasanya datang dengan membawa teman yang berprilaku kurang menyenangkan. Angka pertumbuhan Cina yang glamour ternyata ditemani oleh angka inflasi yang juga meningkat ketika dipicu oleh pertumbuhan uang beredar yang sulit dikendalikan pada era 1988-1991. Begitu pula dengan industri perbankan, dihantui oleh tingginya non-performing loan sebagai akibat kebijakan pemberian kredit yang dikeluarkan ketika negara tersebut masih berada di bawah rezim sosialis. Namun syukurlah, pada masa 1992-1997, ekonomi Cina kembali bergeliat. Kebijakan stimulatif dari pemerintah telah memberikan animal spirits yang baru bagi para pelaku ekonomi, baik asing maupun domestik. Cina mampu berdiri kembali di atas track menuju siklus pertumbuhan yang baru. Hasilnya tidak tanggung-tanggung, Cina mampu merebut tidak kurang dari 50 persen dari total investasi asing langsung yang pindah dari negara maju menuju negara berkembang. Dan sesuai penelitian Petri (1995) yang menyimpulkan bahwa ekspor akan berkorelasi positif dengan jumlah investasi asing langsung, ekspor Cina pun meroket dengan dahsyatnya, di mana kini pertumbuhannya sudah dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor global. Tidak sampai di situ, tingginya angka investasi -baik domestik maupun asing,yang kini sekitar 40 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) - ditambah dengan tingginya tingkat tabungan domestik, telah membawa berbagai dampak makro yang positif bagi perekonomian negara tersebut. Sesuai dengan harapan rakyat, investasi itu dipakai untuk membangun pabrik-pabrik, menciptakan pekerjaan, menghubungkan Cina dengan pasar internasional serta memungkinkannya terjadinya proses alih teknologi yang dibuktikan melalui tingginya angka produktivitas bangsa tersebut. Menyoal tingkat produktivitas, reformasi ekonomi memang menjadi kontributor paling penting dalam pembentukkan besarannya. Bayangkan saja, data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa tingkat produktivitas tahunan bangsa tersebut telah meningkat tajam menjadi 3,9 persen selama periode 1979-1994,yang tadinya hanya 1,1 persen pada kurun waktu 1953-1978. Data terakhir, yakni dalam tenggang waktu 1998-2002, angka ini bahkan sudah melambung mencapai 6,5 persen. Dengan demikian, Cina langsung dinobatkan sebagai bangsa dengan pertumbuhan produktivitas tertinggi di dunia. Tingkat pertumbuhan produktivitas yang dapat meningkat secepat tingkat investasinya merupakan hal yang mengagumkan. Menyiratkan telah terjadinya kerjasama saling menguntungkan antara pemodal dan pekerja. Bahkan produktivitas yang demikian tinggi telah mampu menetralisir efek inflasi yang disebabkan oleh tarikan permintaan rakyatnya atas barang dan jasa sebagai cerminan dari meningkatnya angka pendapatan per kapita. Menarik investasi asing tidaklah menjadi perkara yang sulit bagi negara Shaolin tersebut. Investasi ini melahirkan produktivitas,yang kemudian melahirkan investasi lagi. Cina berada dalam apa yang disebut oleh para ekonom sebagai "Virtuous Circle". Masalah Kelembagaan Potensi pasar yang besar sama sekali bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan masuk keluarnya aliran modal asing. Hipotesa tersebut cenderung kurang relevan tatkala sejak diberlakukannya sistim perdagangan bebas di beberapa area. Isu kelembagaan atau institusional seperti penegakan hukum menjadi faktor yang krusial dalam menjalankan perekonomian. Contoh konkret, Cina telah membuat komitmen untuk melakukan perlindungan atas berbagai hal yang menyangkut aktivitas perdagangan dan investasi. Perlindungan Hak Atas Karya Intelektual (HAKI) merupakan wujud dari komitmen tersebut. Demi impian untuk tumbuh sebagai bangsa yang berbasis pengetahuan (knowledge-based nation), pemerintah Cina memperlihatkan keseriusannya dalam menegakkan HaKI. Selain mendirikan Intellectual Property Office, pada tahun 2001 Cina dan Uni Eropa telah mengadakan serangkaian pelatihan yang diikuiti oleh 200 personel hakim untuk memperoleh keahlian dalam penegakannya. Ini mencerminkan kepercayaan mereka bahwa penghormatan terhadap karya intelektual merupakan stimulus bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan upaya pemerintah tidak sia-sia. Cina yang pada awalnya merupakan pengekspor terbesar barang-barang tiruan ke negara-negara berkembang, kini dinilai telah membuat kemajuan yang luar biasa dalam hal perlindungan atas merek dagang, paten dan copyright. Jadi demikianlah salah satu upaya pemerintah Cina dalam membangun perekonomiannya yang memampukan rakyatnya untuk melepaskan diri dari jeratan krisis bahkan dapat berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa terhormat lainnya . Apa pun juga namanya, hukum, norma, atau aturan, jika sudah ditetapkan mutlaklah dilaksanakan. Disebabkan hal tersebut akan menciptakaan pembentukan kelembagaan yang kuat dan berkredibilitas tinggi yang memampukan berlangsungnya proses alih teknologi, dan kemudian diikuti oleh peningkatkan produktivitas, sehingga menarik bagi investasi dan pengembangan sektor bisnis. Pada akhirnya, meningkatkan kinerja ekspor negara yang bersangkutan dan mampu menghasilkan devisa. Hal ini sejalan dengan keyakinan para ekonom bahwa kebijakan ekonomi yang sehat ditambah pembangunan institusi yang kuat dan berkualitas dapat memberikan pengaruh sangat positif bagi prospek pertumbuhan jangka panjang sebuah negara. Globalisasi, pro atau anti, merupakan sudah menjadi fenomena tak terhindarkan. Namun percayalah, kelembagaan yang berkualitas akan memampukan kita untuk memperoleh manfaatnya sekaligus mengendalikan risiko yang siap menghadang di depan mata. Thus, peningkatan kapasitas institusi harus berjalan seiring dengan derasnya arus liberalisasi. Melihat kondisi di Tanah Air kita tercinta, sudah seharusnyalah pemerintahan baru memiliki komitmen yang lebih kuat atas isu kelembagaan ini melalui proses penegakkan hukum yang nyata dalam rangka menciptakan iklim usaha yang kondusif. Cina telah memberikan contoh yang sangat baik kepada kita. Kelembagaan yang kuat telah membantu terciptanya ekspansi sektor swasta yang berperan sangat besar dalam dinamika perekonomiannya. Bahkan lebih dari itu, manakala liberalisasi harus terjadi, perangkat hukum dan penegakannyalah yang menjadi andalan dan harapan bagi pasar dalam menjalankan roda perekonomian. Memang harus diakui, tidak sedikit lembaga pemerintah yang karena selalu direcoki oleh urusan kepentingan pribadi menjadi tidak dapat bekerja secara optimal. Ini belum lagi berbicara mengenai masalah penegakkan hukum yang beberapa kali telah dikeluhkan baik oleh pemodal asing dan domestik maupun pekerjanya. Kegagalan institusi (institutional failure) selalu menjadi mimpi buruk selama proses pemulihan ekonomi berlangsung. Namun sekarang harapan kita terletak pada pemerintahan baru untuk mengantarkan kita ke arah yang lebih baik, bahkan ke arah ruang pertemuan G-7 seperti yang telah dialami saudara se-Asia kita, Cina. Semoga saja. Penulis adalah peneliti pada lembaga ekonomi dan keuangan di Jakarta Last modified: 3/11/04 ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/