2004-11-17 16:32:00
Politik Benci Minoritas Sebaiknya Tak Meniru Belanda


Reporter: Eddi Santosa


detikcom - Den Haag, Agitasi dan kebencian terhadap minoritas muslim
mewarnai politik Belanda. Masyarakat terpolarisasi menjadi 'kami' dan
'mereka'. Sebaiknya tidak ditiru.

Nasib minoritas muslim di Belanda dikhawatirkan mirip dengan nasib
minoritas Yahudi menjelang Perang Dunia kedua. Dilecehkan, dikucillkan, dan
menjadi obyek eksploitasi kampenye politik. Hulu ledaknya, seorang muslim
berdarah Maroko, Muhammad Bouyari, membunuh Van Gogh atas dorongan membela
kehormatan agamanya.

Perkembangan yang kini mencemaskan berbagai pihak di Belanda itu memiliki
logika paralel dengan peristiwa seorang Yahudi Polandia membunuh diplomat
Jerman pada 1938, yang kemudian memicu terjadinya 'Malam Kristal', awal
peristiwa pogroms yakni pengusiran dan pembunuhan besar-besaran atas bangsa
Yahudi.

Sebelum Van Gogh dibunuh, situasi di Belanda memang sudah menghangat.
Politisi populis yang meneruskan ide Fortuynisme, gencar membangkitkan
kebencian penduduk setempat terhadap minoritas muslim. Geert Wilders adalah
salah satu terdepan dalam menggarap politik seperti itu.

"Saya akan hancurkan masjid-masjid. Imam yang nggak benar akan saya suruh
angkut dengan pesawat (keluar Belanda). Tutup aliran uang dari luarnegeri,
tutup masjid-masjid dan usir para imam keluar dari negeri ini. Saya yang
akan pertama kali ke sana dengan semen dan batu untuk menutup rapat
masjid-masjid itu," (Wilders, Dagblad de Limburger, 23/10/2003)

Wilders, yang keluar dari VVD karena konflik soal isu Turki-Uni Eropa,
berpandangan bahwa minoritas harus berasimilasi dengan mayoritas. Minoritas
harus menanggalkan akar budayanya jika ingin tinggal di Belanda.
Argumennya, karena norma-norma dan nilai-nilai Belanda memang lebih tinggi,
lebih baik, lebih menyenangkan dan lebih beradab. "Tak ada integrasi, tapi
asimilasi!" (Wilders, mingguan HP De Tijd, 6/2/2004)

Dengan politik mengeksploitasi minoritas tersebut, mempolarisasi pribumi
dan nonpribumi, popularitas dan pengaruh Wilders melesat bak roket. Jika
saat ini di Belanda digelar pemilu, maka dia yang membentuk partai
perorangan akan meraih 18 kursi. Sedangkan VVD (bekas partainya) hanya akan
meraih 17 kursi (biro riset Maurice de Hond, 6/11/2004).

Padahal pada 1998, Wilders baru mendapat dukungan 2.500 suara dan pada 2002
perolehan dukungannya merambat ke 5.000 suara. Dengan terus mengekspolitasi
isu minoritas muslim dan membangkitkan iklim kebencian dan ketakutan, dia
dalam sekejap telah membangun kerajaan politik.

Selain Wilders, di Binnenhof (Senayan-nya Belanda) ada Ayaan Hirsi Ali,
bekas pencari suaka asal Somalia yang masuk ke lingkaran politik (VVD) juga
berkat taktik ala Wilders. Secara intens Hirsi Ali mengeluarkan
pernyataan-pernyataan yang membuat temperatur memanas. Hirsi Ali menyebut
Muhammad (Nabi yang dijunjung tinggi penganut Islam) sebagai pria busuk
(menjijikkan) dan seorang tiran. (Harian Trouw, 25/1/2003).

Sebanyak 21 perwakilan diplomatik negara Islam di Den Haag menyampaikan
nota keberatan atas pernyataan politisi VVD itu. Dari kalangan masyarakat
juga muncul pengaduan Hirsi Ali ke polisi atas tuduhan penistaan agama dan
haatzaai (penyebaran kebencian). Namun, Hirsi Ali lolos dari proses hukum.
Sejak itu apa yang disebut kebebasan betul-betul menjadi bebas seperti laju
air bah. Penistaan dan pelecehan makin meningkat.

Sineas dan kolomnis Theo van Gogh dalam kolomnya menulis bahwa orang Islam
itu tukang 'menjantani' kambing. Pernyataannya tentang Nabinya penganut
Islam tak layak untuk ditulis di sini. Klimaksnya adalah pembuatan film
Submission, menggambarkan penindasan wanita dalam Islam.

Film yang tepatnya berdurasi 11 menit 45 detik itu, dimulai dengan adegan
seorang wanita sedang shalat, mengucap Allahu Akbar, hingga sujud, namun
dia mengenakan abaya sangat transparan hingga tubuhnya sama saja tidak
berpakaian. Lalu muncul adegan kekerasan, disusul close up tubuh si wanita
yang berbalur-balur seperti bekas cambuk. Film kemudian mempertontonkan
tubuh telanjang si wanita yang bertuliskan ayat-ayat Al Quran.

Tak lama berselang Van Gogh dibunuh. Lalu meledak gelombang pembakaran
masjid dan sekolah-sekolah Islam, dari Groningen di ujung utara hingga
Limburg di selatan. Orang saat ini harap-harap cemas agar panasnya situasi
tidak berkembang mengikuti skenario peristiwa pembunuhan diplomat Jerman
pada 1938.

Kebencian pada minoritas, yang digarap intens secara struktural dari puncak
politik oleh politisi negara, sebaiknya jangan pernah ada dan tidak ditiru.
Sekali dimulai, maka akan sulit untuk kembali (seperti semula). Pepatah
bijak mengatakan, "Anda bisa meniup mati lilin, tapi anda tidak akan bisa
meniup mati api yang berkobar," (es)


(news from cache)


http://jkt1.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2004/bulan/11/tgl/17/time/163231/idnews/241209/idkanal/10













------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$9.95 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke