Jawa Pos http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=144295
Sabtu, 04 Des 2004, Women, Girls, HIV, and AIDS Oleh Nur Elya Anggraini * Tema Hari AIDS Sedunia "Women, Girls, HIV, and AIDS" tahun ini menarik sekali untuk dikaji. Tema ini membawa pikiran kita bahwa ternyata AIDS lebih banyak menyerang kaum perempuan. Secara kuantitas, penderita AIDS didominasi kaum yang selama ini dianggap sebagai kelompok nomor dua dalam sistem sosiokultural masyarakat. Keadaan di atas bukan tanpa sebab. Kerentanan berlipat-lipat yang ada pada perempuan sampai saat ini masih diyakini sebagai penyebab nomor wahid mengapa perempuan sangat mudah terjangkit virus mematikan itu. Setidaknya, ada 3 elemen kerentanan yang memberi kemungkinan besar bagi seorang perempuan untuk terinveksi HIV/AIDS. Pertama, kerentanan pendidikan dan ekonomi. Keterbatasan-keterbatasan perempuan untuk menjangkau akses pendidikan yang lebih luas menyebabkan pola pikir mereka kurang bisa mengimbangi pergeseran zaman yang semakin modern dengan permasalahannya yang semakin kompleks. Hal itu sangat berpengaruh terhadap sulitnya perempuan untuk masuk ke wilayah-wilayah publik guna mengaktualisasikan dirinya melalui kanal profesi yang bisa dibanggakan. Sehingga, banyak di antara mereka yang terpaksa memilih profesi sebagai pembantu rumah tangga (PRT) dan pekerja seks komersial (PSK) untuk menunjang kehidupan perekonomiannya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dua pekerjaan ini masih dianggap sebagai pekerjaan yang "kurang baik" oleh masyarakat. Perlakuan kurang simpatik dari masyarakat terhadap posisi dua profesi itu membuat perempuan cenderung kurang diterima dalam lingkungan yang berbeda (baca : lingkungan laki-laki). Implikasinya adalah ketika perempuan mencoba masuk ke dalam lingkungan yang berbeda itu, yang diterima justru tekanan yang bertubi-tubi dari berbagai pihak, apalagi terhadap mereka yang berprofesi PRT dan PSK. Akibatnya, profesi PRT acapkali mengundang pelecehan terhadap perempuan. Baik itu pelecehan fisik (baca : kekerasan fisik) maupun pelecehan seksual. Begitu juga dengan profesi PSK. Pekerjaan yang dianggap sebagai penyakit masyarakat itu terus saja mendapatkan tekanan dari masyarakat untuk diberantas keberadaannya, walaupun kita tidak mengelak bahwa pekerjaan ini mendatangkan petaka bagi perempuan itu sendiri seperti risiko tertular virus HIV, penyebab AIDS. Kedua, kerentanan budaya. Kekuatan budaya patriarki lazimnya di Indonesia selalu menimbulkan ketidakadilan gender (gender inequelities) yang berakibat pada pola relasi laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang. Dalam kultur masyarakat kita, laki-laki selalu ditempatkan pada posisi yang paling atas. Laki-laki kerapkali menjadi penentu setiap keputusan-keputusan, baik yang menyangkut persoalan publik maupun domestik. Pola-pola hubungan seperti ini tampak jelas pada pola hubungan suami istri secara vertikal. Apa pun yang dikehendaki suami, maka si istri harus setia mengikutinya. Termasuk pada gaya hubungan seksualitas. Jika suami menghendaki gaya hubungan seksualitas tidak aman, istri tidak boleh menolaknya. Sehingga berakibat pada kemungkinan besar penularan STD (sexual transmitted deseases), seperti penularan HIV/AIDS, terhadap istri yang dibawa oleh suami. Ketiga, kerentanan biologis. Secara kodrati, laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda dalam hal alat reproduksinya. Hal ini menyebabkan pada sulit tidaknya mendeteksi penyakit-penyakit menular seksual. Pada kaum laki-laki, pendeteksian semacam ini cenderung lebih mudah dilakukan mengingat alat reproduksinya yang berada di luar organ tubuh. Berbeda dengan perempuan. Apakah seorang perempuan telah terjangkit suatu penyakit seksual tertentu atau tidak, sulit mendeteksinya sejak dini. Sebab, alat reproduksi perempuan berada di dalam organ tubuh sehingga penanganannya relatif mengalami keterlambatan. Akibatnya, banyak perempuan yang tidak tahu bahwa dirinya telah mengidap suatu penyakit seksual dalam waktu yang cukup lama. Jika keadaan seperti ini dibiarkan begitu saja, pada waktu-waktu berikutnya jelas akan menambah jumlah penderita STD, terutama HIV/AIDS di kalangan perempuan. Selain tiga kerentanan di atas, satu hal lagi yang menyebabkan penderita HIV/AIDS lebih banyak menimpa kaum perempuan. Stereotipe yang dilekatkan pada perempuan banyak sekali menimbulkan ketidakadilan dan merugikan perempuan. Stereotipe ini bersumber dari pandangan gender yang keliru. Misalnya, perempuan dianggap sebagai pelayan laki-laki, perempuan adalah kaum yang mengundang syahwat laki-laki, dan sebagainya. Sehingga, jika terjadi kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan, stereotipe itu akan selalu dikaitkan. Ini pun akan membuka peluang besar bagi perempuan untuk tertular STD karena kekerasan dan pelecehan seksual merupakan tindakan yang sangat rentan terhadap penularan penyakit tersebut. Oleh karena itu, sebagai estafet perjuangan bangsa, mahasiswa seharusnya mampu memerankan dirinya sebagai transformator sosial yang baik bagi masyarakat, selain sebagai motor penggerak perubahan tentunya. Sebab, menurut Mansour Fakih, dalam perspektif gender, transformasi sosial sesungguhnya merupakan proses dekonstruksi peran gender dalam seluruh aspek kehidupan. Di mana terefleksi perbedaan-perbedaan gender yang telah melahirkan ketidakadilan gender. Kemudian, proses itu diikuti aksi komprehensif dari semua pihak yang melibatkan diri dalam perjuangan keadilan gender, agar proses yang telah ada sebelumnya tidak menjadi sesuatu yang absurd. Dengan demikian, akan tercipta pola relasi baru antara perempuan dan laki-laki dan dampaknya terhadap aspek kehidupan lainnya yang lebih luas. * Nur Elya Anggraini, mahasiswa Ilmu Administrasi Negara dan aktif sebagai Divisi Penelitian dan Pengembangan pada Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) PRIMA Universitas Jember ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $9.95 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/