TEmans,

Ketika kita bingung dengan gejolak dan beberapa fenomena yang sulit 
dihadapi, kita tidak menyadari beberap tangan yang menggerakkan 
fenomena itu...

Dari informasi beberapa media tangan-tangan yang bekerja dalam 
keurusuan dan bahkan kedamaian di Indonesia memasuki hampir semua 
level dan elemen dalam masyarakat.

1. Tangan2 itu memasuki mereka yang masuk dalam kelompok radikal. 
Ini terbukti belum tertangkapnya tokoh2 misterius dalam sebuah 
tindakan terorisme ataupum radikalisme yang dibertujuan untuk 
mendiskretitkan keyakinan tertentu.

Loyalitas dan kurangnya keinginan untuk bertanya kepada atasan, 
membuat para anggota-anggota radikal bisa dimerengkan untuk tujuan-
tujuan yang para pelku sendiri tidak mengerti benar apa yang 
dilakukannya. Tangan-tangan itu tidak hanya memasuki JI atau FPI 
atau kelompok jihad garis keras lainnya tapi juga mereka 
yang "bekerja" untuk nasionalisme seperti RMS dan OPM

2. Tangan2 itu juga masuk ke dalam kelompok yang menyebut 
dirinya "cendikiawan"... mereka ini juga, karena kecendikiawannya, 
menjadi tidak perduli dengan akibat dan konsekuensi tindakan 
tersebut.

KOnflik antara radikalisme dan mereka yang cendikiawan liberal ini, 
membuat kebingungan di masarakat.

3. Tangan-tangan itu memasuki semua sendi-sendi negara atas nama 
diplomasi publik. Dengan satu tujuan yaitu melindungi "national 
interest" negara yang punya tangan... Diplomasi publik itu bahkan 
diwujudkan dalam bentuk total diplomacy yang bersifat lebih radikal.

Maka tidak heran, di saat kemerosotan ekonomi dan kemiskinan di 
Indonesia, sebagain negara bahkan sibuk memberikan bantuan senjata 
dan uang anti terorisme kepada POlri. Sesuatu yang tidak menyentuh 
akar permasalahan.

4. Tangan-tangan itu sebenarnya tidak hanya memasuki ruang lingkup 
agama. Seperi Islam dengan gerakan JIhadnya. Katolik dengan Jaringan 
Vatikannya atau Hindu dengan Jaringan Fundamentalis Dunianya (VHP), 
tapi juga dunia bisnis dan militer.

Pertamina dan Telkom sendiri kita ketahui sudah masuk dalam korban 
pengkempesan dananya. Kasus Karaha Bodas, penjualan saham Telkom dan 
lain sebagainya sudah merupakan contoh nyata.

5. Saya tidak tahu, apakah ada tangan khusus dalam penggembosan 
NU??? Kayaknya hanya Gusdur yang tahu.... Menurut saya ini mah, 
tangan sendiri, dan bukan tangan asing, yang menggerogoti diri 
sendiri dalam hal ini Bangsa Indonesia.

6. Pengusiran dan peludahan terhadap kelompok minoritas Islam di 
Timo... tanga siapa yah???????

7. Budaya kita memang mengajarkan; Agar kita tidak boleh sombong 
dengan tangan sendiri. Jadi percayakan tangan orang lebih daripada 
tangan sendiri (?)


JM

Telaah Utama 
Disini Ada CIA
Pada laporan tahunannya 1985, menyebutkan bahwa The Asia Foundation 
adalah bentukan CIA. Benarkah?

S enin (8/11), pukul 16.00 WIB. SABILI tiba di kantor The Asia 
Foundation (TAF) di Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru, Jakarta 
Selatan. Meski datang agak terlambat dari jadwal yang direncanakan 
karena terjebak macet, namun pihak TAF cukup welcome menerima 
kedatangan wartawan dan fotografer SABILI. 

Setelah bertegur sapa, dengan mimik serius, tuan rumah mengajak 
SABILI ke ruang rapat. Keseriusan pihak TAF untuk mengklarifikasi 
sejumlah hal, khususnya yang berkaitan dengan data bahwa TAF adalah 
bentukan CIA—badan intelijen AS—agaknya membuat mereka secara penuh 
melakukan persiapan. Rupanya, semula mereka mengira yang langsung 
datang adalah Pemimpin Redaksi SABILI. 

Di ruang rapat telah hadir empat orang pentolan TAF. Mereka adalah 
Representatif TAF untuk Indonesia dan Malaysia Mr. Douglas E Ramage, 
Ph.D, staf TAF Mrs Robin, Program Officer Islam and Civil Society 
Lies Marcoes Natsir, MA, dan seorang staf lembaga kajian anak muda 
Nahdlatul Ulama.

Selain serius, mereka pun terkesan sangat hati-hati. Sebelum 
interview dimulai, Mr Douglas menyodorkan sebuah tape 
recorder. "Buat dokumentasi. Anda membawa rekaman, kami juga bawa. 
Adilkan?" kata Douglas. 

Setelah saling berkenalan, percakapan pun dimulai. Wawancara 
makin `seru', ketika SABILI mengajukan pertanyaan soal mengapa TAF 
selalu mendanai organisasi yang bukan mainstream pemahaman keislaman 
umat Islam dalam arti sesungguhnya.

"Kami committed dengan antiterorisme dan kekerasan. Kalau kedua hal 
itu ada pada sebuah lembaga, maka kami tidak akan membantu," jelas 
Lies Marcoes, pentolan TAF yang juga adalah salah satu anggota Tim 
Pengarusutamaan Gender Departemen Agama yang menelurkan Counter 
Legal Draft Kompilasi Hukum Islam yang kontroversial itu. 

Lalu SABILI menanyakan kenapa organisasi Islam yang nyata-nyata 
konsisten memperjuangkan Islam, seperti Majelis Mujahidin Indonesia 
(MMI) dan Front Pembela Islam (FPI) tidak dilirik untuk mendapatkan 
bantuan? "Mereka tidak mengajukan proposal," sahut Mrs Robin agak 
sedikit bergurau.

Kehati-hatian pihak TAF menjawab berbagai pertanyaan SABILI tidak 
dapat dilepaskan dari situasi yang berkembang di masyarakat. 
Belakangan ini, sejumlah elemen masyarakat mempertanyakan kiprah 
para lembaga donor asing yang ada di Indonesia. Bahkan tak sedikit 
yang langsung mengaitkan lembaga-lembaga tersebut dengan intervensi 
asing ke Indonesia. Lebih-lebih setelah munculnya Counter Legal 
Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD KHI) yang sempat heboh beberapa 
waktu lalu. Draft hukum yang dikeluarkan Tim Pengarusutamaan Gender 
Departemen Agama (TPG Depag) itu dibiayai sepenuhnya oleh TAF. 

Paragraf terakhir kata pengantar CLD KHI tersebut menyebutkan bahwa 
Tim Pengarusutamaan Gender yang diketuai Staf Ahli Menteri Agama era 
Said Agil Munawwar, Dr Siti Musdah Mulia itu berterima terima kasih 
atas segala bantuan yang diberikan TAF. 

Sumber SABILI dari seorang pejabat Departemen Agama mengatakan, 
untuk memudahkan kerja tim, TAF mengucurkan dana sebanyak enam 
miliar rupiah. Selain untuk merancang dan menyusun draft, dana 
sebesar itu dipakai untuk melakukan penelitian dan survei ke 
sejumlah daerah di Indonesia. "Yang saya tahu jumlahnya sebanyak 
enam miliar rupiah," kata sumber itu. 

Hasilnya, CLD KHI buatan TPG Depag menuai protes. Sebagian besar 
isinya bertolak belakang dengan syariat Islam. Bahkan berseberangan 
seratus delapan puluh derajat dengan arus utama pemahaman keislaman 
umat Islam Indonesia. (Lihat SABILI No 8 Tahun XII November 2004).

Keterlibatan TAF dalam membuat draft hukum KHI versi TPG yang isinya 
janggal itu, mendapat tanggapan serius dari banyak pihak. Mereka 
mencurigai ada `tangan-tangan kotor' yang sedang bermain. Sejumlah 
tokoh, seperti Prof Ahmad Mansur Suryanegara, Herman Ibrahim dan 
Fauzan Al Anshari lebih maju. Dengan melihat pola-pola yang terjadi, 
mereka langsung mencurigai badan intelijen Amerika Serikat (AS) 
Central Intelligence Agency (CIA)lah otaknya. 

Pengamat intelijen asal Bandung Heman Ibrahim menilai, pemerintahan 
Amerika memandang pendidikan Islam cukup mempengaruhi perjuangan 
Islam di Indonesia. Karenanya mereka mengupayakan agar para 
cendekiawan Muslim Indonesia berkiblat pada pemikiran liberal 
ketimbang pemikiran Islam yang murni.

"Harus diakui, CIA melakukan psywar ke berbagai bidang, termasuk 
dalam urusan teknologi. Namun dalam hal pemikiran, mereka akan 
upayakan semaksimal mungkin karena merupakan jalur strategis untuk 
mematahkan perjuangan Islam itu sendiri. Dan saat ini, pola itu 
sedang dilakukan di Indonesia," ujar Herman. 

Hal senada dikemukakan Ketua Departemen Data dan Informasi Majelis 
Mujahidin Indonesia (MMI) Fauzan Al Anshari. "Badan intelijen 
terpenting AS itu berada di belakangnya. TAF bergerak di level 
formal (terbuka). Sementara agen intelijen AS itu berjalan secara 
rahasia. Mereka masuk untuk memetakan situasi," kata Fauzan.

Menurut Fauzan, agen-agen intelijen CIA melakukan kerjanya secara 
sempurna. Dalam segala kegiatannya, mereka selalu berlindung di 
bawah payung foundation tersebut. Agar tidak ketahuan, para intel AS 
tersebut menyusup melalui kegiatan-kegiatan yang didanai melalui 
TAF. "Tidak mungkin badan intelijen AS yang beroperasi global itu 
bekerja secara transparan," tegasnya. 

Keyakinan sejumlah pihak tentang adanya `tangan-tangan' CIA di balik 
TAF, merujuk pada sebuah makalah yang berjudul CIA's Hidden History 
in The Philippines, Roland G Simbulan, yang disampaikan pada sebuah 
ceramah di Universitas Filipina (18 Agustus 2000). Mengutip dari 
tulisan seorang sosiolog Amerika James Petras yang dimuat dalam 
Journal of Contemporary Asia, Roland menceritakan bagaimana LSM yang 
besar bisa dikendalikan agen-agen rahasia AS atau CIA. Mereka 
memanfaatkannya sebagai sarana penyamaran. 

Menurut Petras, tindakan itu bertujuan untuk mengelabui dan 
menghindari adanya konflik yang diakibatkan benturan langsung 
terhadap struktur resmi pemerintahan AS, termasuk menghindari class 
analysis adanya penjajahan dan eksploitasi kapitalis. Roland juga 
menjelaskan bahwa yang memainkan peran CIA paling menonjol di Manila 
adalah The Asia Foundation. Pernyataan ini didasari oleh pernyataan 
seorang anggota Departemen Birokrasi Amerika, William Blum. 

Dalam sebuah resensi buku yang berjudul Asia Foundation is the 
Principal CIA Front, seorang jurnalis majalah Times Raymond Bonner, 
menyatakan bahwa Asia Foundation adalah bentukan dan kedok CIA. 

Wawancara Roland Simbulan dengan seorang mantan mata-mata CIA yang 
beroperasi di Filipina tahun 1996, makin memperkuat dugaan 
keterlibatan CIA di TAF tersebut. Berdasarkan keterangan yang 
diperoleh Roland dari mata-mata itu, selama bekerja, ia aktif 
menggunakan The Asia Foundation sebagai agen.

Hal ini semakin jelas dengan melihat laporan tahunan The Asia 
Foundation tahun 1985 (Asia Foundation Annual Report, 1985). Laporan 
itu menyebutkan pernyataan Victor Marchetti, salah satu pimpinan 
Deputy CIA, bahwa Asia Foundation didirikan oleh CIA dan sampai 
tahun 1967 mendapat subsidi dari badan intelijen ini. 
Lembaga-lembaga yang mendukung dana TAF pun perlu dicermati. Situs 
resmi TAF, yakni www.asiafoundation.org menyebutkan ada sejumlah 
lembaga yang mendukung kegiatan TAF. Satu di antara partnership yang 
rutin mendukung, baik materil maupun moril adalah kalangan Yahudi 
Amerika yang tergabung dalam American Jewish World Service. 

Ketika SABILI mengonfirmasi tudingan miring itu, Representative The 
Asia Foundation to Indonesia and Malaysia, Douglas E Ramage, 
membantahnya. "Itu tidak benar dan tidak didasari atas fakta yang 
benar," jelas Douglas.

Masih kata Douglas, Asia Foundation tidak mempunyai hubungan sama 
sekali dengan CIA. TAF juga mengatakan tidak mempunyai hubungan sama 
sekali dengan nama-nama yang disebutkan di atas, seperti Marchetti, 
Gabrial Kaplan atau dengan Asia Free Liberal. "Kami tidak pernah 
mendengarnya. Sama seperti kami tidak mempunyai hubungan dengan 
CIA," tegasnya. 

Soal laporan tahunan TAF tahun 1985 yang menyebutkan pernyataan 
Victor Marchetti, salah satu pimpinan Deputy CIA, bahwa Asia 
Foundation didirikan oleh CIA dan sampai tahun 1967 mendapat subsidi 
darinya, juga dibantah Douglas. 

"Saya tidak tahu. Itu sudah cukup lama. Apakah laporan itu benar 
atau tidak? Saya tidak tahu. Jika kami bisa mengopinya, kami bisa 
mengecek ke kantor pusat. Namun dugaan saya dokumen itu tidak benar. 
Karena mana mungkin laporan tahunan TAF sendiri memuat informasi 
tentang keterlibatan TAF oleh CIA," tambahnya. 

Soal keterlibatan Yahudi di TAF? Douglas juga membantahnya. 
Menurutnya, Asia Foundation tidak pernah menerima bantuan sepeser 
pun dari Zionis, termasuk kelompok Yahudi Amerika. "Oh tidak, sama 
sekali tidak ada dana dari Zionis," ujarnya. 

Atase Penerangan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta juga 
memberikan jawaban standar. Melalui pertanyaan tertulis yang 
diajukan kepada Atase Penerangan Max Kwak, Staf Kedubes AS Beny 
Yunito mengatakan, "Kalau menyangkut lembaga intelijen CIA, kita 
sulit untuk memberi jawaban. Selebihnya, kita tak bisa komentar," 
katanya. 

Benar atau tidak CIA ada di belakang Asia Foundation, perjalanan 
sejarahlah yang akan membuktikan. Sekarang, mungkin ada kesulitan 
mengungkapnya, karena bagaimanapun ini adalah operasi intelijen, 
yang secara kasat mata tak kelihatan. Namun suatu saat nanti misteri 
ini akan terbongkar juga. Yang penting bagi kaum Muslimin, tetap 
waspada!

Rivai Hutapea
 






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$4.98 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke