Wayang & ITB...riwayat dulu kini nanti juga.
Gali lagi akar lokal sejati. salam



--- In [EMAIL PROTECTED]:
Wayang dilupa, masyarakat kocarkacir, banyak bajingan sok suci 
berkedok agama. Sayang, jago-jago media massa (termasuk Kompas dan 
semacamnya?) belum all-out dukung WAYANG. Gimana nih oom Jacob 
Oetama juga ??? Salam






--- <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Adegan 12: Lereng Gunung Kailasa

Dalam perjalanan pulang ke Amarta, di tengah hutan Bima berjumpa 
dengan 
saudaranya tunggal Bayu, Begawan Kapiwara (Anoman) dari pertapaan 
Kendalisada. Anoman bertanya, dari mana Bima datang dan apa maksud 
perjalanannya. Bima menceritakan, bahwa ia baru saja menghadap 
Dewaruci, 
Guru Sejatinya, untuk mohon petunjuk bagaimana caranya menanggulangi 
bahaya 
Narkoba dan HIV/AIDS yang mengancam generasi muda rakyat Amarta. 
Dalam 
pertemuan dengan Dewaruci itu, Bima mendapat ilham tentang apa yang 
harus 
dilakukan

Bima mengatakan, bahwa seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan 
pihak 
swasta harus mengerahkan segala daya upaya lahiriah, merencanakan, 
melaksanakan, dan memantau serta mengevaluasi program-program nyata 
untuk 
menanggulangi bahaya Narkoba dan HIV/AIDS, namun segala daya upaya 
lahiriah 
itu tidak akan efektif selama manusia di Amarta tidak kembali 
membangun 
kontak dengan sumber hidupnya. Anoman bertanya, bagaimana caranya 
membangun 
kontak dengan sumber hidup kita.

---> Patrap samadi mulat sarira (Latihan meditasi mengenal diri)

Bima: "Untuk dapat menyatu dengan sumber hidupmu, lebih dulu engkau 
harus 
menyadari apa yang ada dalam batinmu sekarang ini, yaitu setiap 
gerak-gerik 
cipta, rasa & karsa yang berasal dari dorongan `aku'-mu, pada saat 
munculnya. Amatilah cipta-rasa-karsa itu, tanpa melekat padanya 
kalau enak, 
tapi juga tanpa menolaknya kalau tidak enak; dengan kata lain, 
amatilah 
cipta-rasa-karsa yang muncul itu dengan batin seimbang, tanpa 
melekat, 
tanpa menolak. Janganlah memikir ke masa lampau, janganlah memikir 
ke masa 
depan, karena semua itu hanyalah angan-angan cipta, yang diwarnai 
oleh rasa 
dan karsa, yang berasal dari si `aku', melainkan beradalah pada saat 
kini 
terus-menerus."

Anoman: "Lho, apakah tidak perlu memusatkan perhatian pada sesuatu 
yang 
dituju?"

Bima: "Tidak; latihan pemusatan pikiran itu hanya akan membawa ke 
alam 
dewata, tetapi tidak memberikan kearifan dan tidak akan membebaskan.

             "Kearifan, pencerahan dan pembebasan hanya akan 
tercapai bila 
cipta, rasa & karsa si `aku' ini dapat berhenti dengan sendirinya, 
tapi 
tidak dibuat berhenti. Dan si `aku' ini dapat berhenti apabila 
diamati 
terus-menerus dari saat ke saat, tanpa bereaksi sedikit pun. Oleh 
karena 
itu ada Hadits Qudsi yang mengatakan: `Man arafa nafsahu, faqad 
arafa 
rabbahu.' (`Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal 
Tuhannya.') 
Juga di dalam Alkitab ada perintah Tuhan yang berbunyi: `Diamlah, 
dan 
ketahuilah Aku Tuhan.' Diam itu bukan hanya diamnya tubuh dan 
diamnya 
mulut, tetapi juga diamnya cipta-rasa-karsa dari si `aku'. Ada pula 
suatu 
ayat di dalam Alkitab yang menyatakan: `Sekarang bukan Aku lagi, 
tapi Dia 
yang hidup di dalam diriku ini.' "

Anoman: "Berapa lama kita perlu berlatih mengamati si `aku' ini? 
Kapan 
pembebasan itu tercapai?"

  Bima: "Itu tidak dapat diperkirakan, bisa cepat bisa lambat. Yang 
penting 
jangan dipikirkan dan jangan diharap-harap. Kalau diharap, malah 
tidak akan 
datang. Jadi, sikap yang paling tepat adalah sikap menyerah, tapi 
bukan 
sengaja hendak menyerah. Si `aku' ini tidak mungkin membebaskan atau 
menyelamatkan dirinya sendiri, begitulah dikatakan di dalam kitab 
suci; ia 
harus berakhir, agar pembebasan muncul.

             "Pencerahan dan pembebasan itu akan muncul ketika tidak 
diharapkan, seperti pencuri yang datang di malam hari ketika orang 
tertidur 
lelap.

             "Tapi kalau kita bisa tetap mengamati si `aku' ini 
tanpa 
berhenti, maka batin akan berada pada saat kini terus-menerus, oleh 
karena 
pikiran yang menyeret batin ke masa lampau dan ke masa depan sudah 
berakhir. Waktu, Sang Batara Kala, sudah berakhir, karena waktu 
adalah 
ciptaan pikiran pribadi yang bergerak. Oleh karena itu, beradalah 
pada saat 
kini; karena di situlah terdapat keabadian dan pembebasan."

Anoman: "Di manakah tempat yang baik untuk berlatih samadi ini? 
Apakah ada 
waktu-waktu yang baik untuk berlatih?"

Bima: "Samadi ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, 
ketika 
cipta-rasa-karsa ini tidak diperlukan untuk menyambung hidup, yakni 
tidak 
diperlukan untuk belajar, bekerja dan bergaul dengan sesama. Tetapi 
sudah 
tentu ada saat-saat dan tempat-tempat yang dapat membantu 
pelaksanaan 
latlihannya, yakni di tempat dan pada saat ketika alam dan manusia 
di 
sekitar ini sedang dalam keadaan diam dan tenang."

Anoman: "Perlukah kita berguru kepada seorang guru yang mumpuni 
untuk dapat 
melakukan samadi ini?"

Bima: "Tidak perlu. Gurumu ada di dalam sanubarimu sendiri; 
itulah `Guru 
Sejati'-mu."

Anoman: "Apakah yang terjadi bila cipta-rasa-karsa yang adalah 
si `aku' ini 
berakhir? Apakah kita masih bisa hidup di dunia ramai?"

Bima: "Pertanyaanmu itu datang dari si `aku'-mu; tetapi, karena yang 
kautanyakan adalah akhir dari si `aku'-mu, maka tidak ada jawaban 
yang 
dapat memuaskan si `aku'-mu.

             "Ketika si `aku'-mu berakhir, ketika pencerahan muncul, 
maka 
akan kautemukan bahwa gerak kehidupan di alam semesta ini­baik di 
luar 
dirimu maupun di dalam dirimu­tidak berubah sama sekali; kehidupan 
ini, 
termasuk kehidupanmu, tetap berlangsung seperti sedia kala.

             "Yang tidak ada lagi hanyalah `aku'-mu, yang tidak ada 
lagi 
hanyalah si `Anoman', si `Bima'. Sebagai gantinya di situ ada Hidup 
Sejati, 
ada Kearifan Sejati, dan ada pula Cinta Sejati; tapi itu bukan 
milikmu, itu 
bukan kamu lagi, karena kamu sudah tiada. Itulah yang disebut 
pembebasan, 
`moksha', `nirwana', `ittihad' atau `hulul'.

             "Ingatlah bahwa sejatimu itu tidak ada, begitu pula 
sejatiku 
tidak ada, sejatinya orang perorangan (individualitas) itu tidak 
ada. Itu 
sudah tertulis di dalam kitab suci Al-Qur'an Al-Karim: "Kullu 
man 'alaiha 
faana, wa yabqo wajhu rabbika ..." ("Segala sesuatu akan lenyap 
(fana), 
yang tetap adalah Wajah Tuhanmu." QS Surah 55, Al-Rahman: 26-27; 
juga lihat 
QS Surah 28, Al-Qasas: 88.) "

Anoman menyatakan kekagumannya akan pengetahuan dan kearifan Bima. 
Ia 
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Bima, lalu minta 
diri akan 
kembali ke pertapaan Kendalisada. Bima pun meneruskan perjalanannya 
pulang 
ke Amarta.

Adegan 13: Istana Amarta

Prabu Puntadewa disertai Nakula dan Sadewa sedang duduk di 
balairung, 
menunggu kedatangan Bima dan Arjuna dari mengemban tugas masing-
masing.

Tak lama kemudian datanglah Prabu Sri Batara Kresna diiring oleh 
Gatutkaca. 
Prabu Puntadewa menyampaikan keprihatinan para Pandawa.

Tak lama kemudian disusul kedatangan Arjuna bersamaan dengan Bima. 
Masing-masing menceritakan hasil perjalanan mereka. Prabu Kresna 
memahami 
pesan Begawan Abiyasa maupun pendapat Bima yang persis sama dengan 
pesan 
Begawan Abiyasa.

Tak lama kemudian mendadak datanglah beberapa raja negara tetangga 
tanpa 
diundang, yaitu: Prabu Baladewa dari Mandura, Prabu Karna dari 
Awangga, 
Prabu Salya dari Mandaraka, dan Begawan Drona dan Sangkuni dari 
Astina. 
Para raja itu menyampaikan keresahan yang melanda rakyat masing-
masing, 
yang semuanya dilanda oleh wabah Narkoba dan AIDS; bahkan Begawan 
Drona dan 
Sangkuni yang semula mengharapkan Narkoba akan melanda generasi muda 
Amarta, dalam hati juga bingung sekali melihat kenyataan bahwa 
bencana itu 
ternyata melanda pula rakyat Astina. Para raja dan petinggi berbagai 
negara 
itu minta nasehat kepada Prabu Kresna, bagaimana cara menanggulangi 
bencana 
ini. Prabu Kresna mengatakan:

---> Upaya penanggulangan Narkoba

*** Masalah Narkoba adalah masalah dunia; tidak ada satu negara pun 
yang 
bebas dari masalah Narkoba. Oleh karena itu, penanggulangannya pun 
harus 
digalang dengan kerja sama di antara bangsa-bangsa.

*** Upaya penanggulangan Narkoba tidak dapat dilaksanakan oleh 
aparat 
kepolisian saja. Narkoba adalah masalah masyarakat luas, sehingga 
penanganannya pun harus dilakukan oleh masyarakat luas. Di sinilah 
pentingnya menggerakkan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, yang 
sudah lama 
ada tapi kebanyakan tidak berfungsi.

*** Masyarakat harus berupaya sendiri memantau perkembangan Narkoba 
di 
wilayah masing-masing, mencegah wilayah desanya digunakan sebagai 
tempat 
transaksi Narkoba, dan membantu mengentaskan setiap anak muda yang 
diketahui kecanduan Narkoba.

*** Masyarakat sendiri harus bergerak memberikan penyuluhan ke 
sekolah-sekolah, tempat-tempat ibadah, ke RT-RT serta kelompok-
kelompok 
pemuda dan perempuan mengenai bahaya Narkoba, tanda-tanda seorang 
yang 
kecanduan Narkoba, dan apa yang harus dilakukan bila menemukan 
seorang 
pemakai Narkoba.

*** Dewan Perwakilan Rakyat di pusat dan daerah harus memperbaiki 
undang-undang dan peraturan yang menyamaratakan perlakuan terhadap 
pengedar/bandar dan pemakai Narkoba; para bandar Narkoba perlu 
ditangani 
secara hukum, sedangkan para pemakai/korban Narkoba perlu ditangani 
secara 
kesehatan.

*** Akhirnya Prabu Kresna memperingatkan agar pemerintah mengawasi 
jangan 
sampai  ada aparat keamanan yang dapat disuap oleh sindikat Narkoba 
sehingga menimbulkan bencana bagi seluruh bangsa.

<diselingi suluk>

---> Upaya penanggulangan HIV/AIDS

*** Tidak ada satu negara atau bangsa pun yang terhindar dari 
masalah 
HIV/AIDS. Kita tidak dapat menutup mata bahwa HIV/AIDS sudah 
menyebar luas 
di masyarakat kita; kita tidak dapat menyalahkan orang asing atau 
bangsa 
lain sebagai penyebar HIV/AIDS di masyarakat kita.

*** Penanggulangan HIV/AIDS bukan hanya masalah kesehatan, melainkan 
masalah sosial yang menyangkut seluruh sektor pemerintahan, sektor 
perusahaan swasta dan sektor publik (masyarakat luas). Prabu Kresna 
mengecam para pejabat di luar jajaran kesehatan yang tidak peduli 
dan 
bersikap masa bodoh terhadap HIV/AIDS di daerahnya.

*** Upaya penyuluhan mengenai bahaya HIV/AIDS serta cara-cara 
pencegahannya 
harus diberikan kepada masyarakat seluas-luasnya, terutama kepada 
generasi 
muda di sekolah-sekolah, tempat-tempat ibadah, di RT-RT, kelompok-
kelompok 
pemuda dan perempuan.

*** Tidak kalah pentingnya dengan penyuluhan kepada masyarakat luas 
adalah 
upaya pemberdayaan pada kelompok-kelompok berisiko tinggi agar 
setiap orang 
dapat melindungi diri sendiri dari tertular HIV. Ini perlu 
ditekankan 
karena tingkat penyebaran wabah HIV/AIDS sampai sekarang masih 
terbatas 
pada kelompok-kelompok berisiko tinggi itu, yakni para pelaku seks 
berganti-ganti pasangan dan pengguna Narkoba suntik. Namun jika 
setiap 
orang tidak diberdayakan untuk melindungi diri, maka dikhawatirkan 
dalam 
waku tidak lama lagi HIV/AIDS akan menyebar ke rumah tangga-rumah 
tangga di 
masyarakat luas.

*** Upaya pemberdayaan warga agar setiap orang dapat melindungi diri 
sendiri adalah dengan memberikan informasi seluas-luasnya tentang 
cara-cara 
pencegahan secara benar, lengkap dan tidak ditutup-tutupi.

Cara mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual ada tiga, 
yang  dikenal  sebagai pesan "ABC", ditambah pesan Narkoba, yaitu:
(1) "A" = `abstinensi', tidak melakukan hubungan seksual sebelum 
menikah;
(2) "B" = `bersetia' kepada pasangan hidup bila sudah menikah dan 
tidak 
melakukan hubungan seksual dengan orang ketiga;
(3) "C" = `condom', yang harus digunakan dalam setiap hubungan 
seksual, 
bila tidak dapat menahan diri dengan cara #1 dan #2; dan
(4) Mencegah penyebaran HIV lewat Narkoba suntik dengan:
    (a) menghindari atau menghentikan pemakaian Narkoba sama sekali; 
dan
    (b) bila sudah kecanduan Narkoba suntik dan belum dapat sembuh, 
selalu 
menggunakan alat suntik yang baru, atau membersihkan alat suntik 
dengan zat 
pemutih.

Semua cara ini perlu disebarluaskan secara benar, lengkap tanpa 
ditutup-tutupi.

*** Cara lain yang penting untuk mencegah penularan HIV ialah dengan 
mengobati sedini mungkin bila ada penyakit kelamin. Ini disebabkan 
karena 
seorang yang mengidap penyakit kelamin mempunyai risiko jauh lebih 
tinggi 
untuk tertular HIV dibandingkan dengan orang yang tidak mengidap 
penyakit 
kelamin, bila ia berhubungan seksual dengan seorang ODHA

*** Penanganan penyakit kelamin penting dalam lingkungan lokalisasi 
pelacuran, oleh karena banyak di antara para pekerja seks mengidap 
penyakit 
kelamin. Oleh karena itu, mereka harus sering dipantau kesehatannya 
dan 
diobati bila perlu.

*** Masalah lokalisasi pelacuran perlu ditangani dengan berhati-hati 
dan 
bijaksana. Adanya lokalisasi yang diawasi dengan ketat bisa 
digunakan untuk 
menerapkan kewajiban menggunakan kondom 100 persen di lingkungan 
lokalisasi 
bersangkutan. Pelanggaran terhadap kewajiban ini dapat dipantau 
secara 
tidak langsung dengan memantau terjadinya penyakit kelamin di 
kalangan PSK, 
karena adanya penyakit kelamin menandai hubungan seksual tanpa 
menggunakan 
kondom.

*** Pencegahan HIV di lingkungan penjara, rumah tahanan dsb sangat 
penting 
oleh karena angka HIV di kalangan penghuninya jauh lebih tinggi 
dibandingkan dengan angka HIV di  masyarakat umum, sedangkan 
hubungan 
seksual sesama jenis tanpa terlindung dan penggunaan Narkoba suntik 
diketahui marak terjadi di lingkungan itu.

*** Cara lain yang juga penting ialah dengan menawarkan tes darah 
untuk HIV 
kepada setiap orang yang merasa berperilaku berisiko tinggi. Apabila 
kedapatan positif HIV, mereka dapat diberi konseling dalam suasana 
bersahabat agar menggunakan kondom apabila berhubungan seks. Apabila 
kelak 
penyakit AIDS sudah muncul, mereka dapat dirujuk untuk memperoleh 
pengobatan anti-AIDS agar kesehatannya pulih kembali, sekalipun 
virusnya 
tidak dapat dibasmi dari dalam tubuhnya.

*** Cara terakhir ini hanya akan berhasil jika cap buruk (stigma) 
dan 
diskriminasi yang dikenakan masyarakat terhadap ODHA dapat 
dihilangkan. 
Masyarakat perlu  memahami hal ini, dan berupaya mengatasi setiap 
gejala 
pemberian cap buruk & diskriminasi terhadap ODHA yang muncul di 
masyarakat. 
Untuk itu perlu diberi penyuluhan seluas-luasnya bahwa AIDS bukan 
lagi 
penyakit yang mematikan seperti dulu, melainkan penyakit menahun 
yang sudah 
ada obatnya. Juga perlu diberikan penjelasan cara-cara penularan HIV 
yang 
tidak mudah, dan bahwa HIV tidak menular melalui pergaulan sehari-
hari.

*** Lebih baik lagi kalau masyarakat dapat melibatkan ODHA dalam 
setiap 
kegiatan penyuluhan di masyarakat luas. Dengan demikian masyarakat 
akan 
akrab dengan kehadiran seorang ODHA, dan akan melihat AIDS sebagai 
penyakit 
yang berwajah manusiawi dan tidak lagi menakutkan.

<diselingi suluk>

Demikianlah uraian Prabu Kresna mengenai cara-cara menanggulangi 
Narkoba 
dan HIV/AIDS di masyarakat. Setelah mendengarkan uraian tersebut, 
para raja 
negara tetangga itu mengucapkan terima kasih dan mohon pamit. Satu 
per satu 
mereka keluar dari balairung, kecuali Prabu Baladewa yang tetap 
tinggal 
mendampingi Prabu Kresna di istana Amarta.

Tak lama  kemudian, terdengar kegaduhan di luar istana. Patih 
Tambakganggeng menghadap dan melaporkan bahwa di alun-alun Amarta 
telah 
muncul raja raksasa dari Tawanggantungan, Prabu Ditya Kalapeteng 
beserta 
dua orang patih dan beberapa punggawanya menantang perang. Gatutkaca 
dan 
Bima pun keluar melayani tantangan itu.

Adegan 14: Alun-Alun Amarta

Gatutkaca berperang menghadapi para punggawa Tawanggantungan, yang 
semuanya 
berhasil ditewaskannya.

Akhirnya Bima berhadapan dengan Prabu Ditya Kalapeteng, Patih Ditya 
Kalaangkara dan Patih Ditya Kalaserakah bertiga sekaligus. 
Terjadilah 
pertempuran sengit antara Bima seorang diri dengan ketiga raksasa 
yang 
mengeroyoknya itu. Akhirnya ketiganya berhasil ditewaskan dengan 
tusukan 
kuku Pancanaka-nya.

Setelah ketiga raksasa itu menjadi mayat bertumpukan, terjadilah 
keajaiban 
alam. Ketiga-tiganya lenyap dari penglihatan Bima, dan kembali 
kepada 
asal-usul mereka semula, yakni Kegelapan Batin, Angkara Murka dan 
Keserakahan yang bersemayam di dalam hati sanubari setiap manusia 
yang 
belum tercerahkan, yang belum bebas. Bima merasa heran melihat 
kejadian 
itu, dan kembali ke persidangan di istana.

Adegan 15: Istana Amarta

Prabu Puntadewa bersama Prabu Kresna dan Prabu Baladewa dihadap oleh 
para 
Pandawa, putra Pandawa dan para panakawan. Bima menghadap dan 
menyampaikan 
kejadian lenyapnya ketiga raksasa dalam pertempuran yang baru saja 
terjadi.

Semar mengemukakan hakikat sejati dari ketiga raksasa itu, yakni 
angkara 
murka, keserakahan serta kegelapan batin yang ada di dalam sanubari 
setiap 
manusia yang belum tercerahkan, dan memberi isyarat bahwa Bima telah 
behasil mengalahkan ketiga-tiganya di dalam sanubarinya. Semar 
menandaskan, 
bahwa untuk dapat menyatu kepada sumber hidup kita dan mencapai 
pembebasan, 
lebih dulu ketiga raksasa itu harus dikalahkan dalam diri kita 
masing-masing.

Prabu Kresna menutup persidangan itu dengan mengingatkan para 
Pandawa dan 
putra Pandawa akan dharma mereka mengayomi, melindungi dan 
mengentaskan 
para kawula dari penderitaan, kemiskinan dan kesengsaraan.

<Tancep Kayon>


[Non-text portions of this message have been removed]
--- End forwarded message ---
--- End forwarded message ---






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: ppiindia@yahoogroups.com
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke