http://www.suarapembaruan.com/News/2004/12/27/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Potret Warna-warni Presiden SBY
 

Denny JA 

ENJELANG akhir tahun 2004, terjadi perubahan signifikan dalam politik elite 
secara nasional. Jusuf Kalla, yang kini wakil presiden, terpilih menjadi Ketua 
Umum Partai Golkar, partai terbesar. Perubahan segera terjadi, tak hanya pada 
orientasi politik Partai Golkar. Akan pula terjadi perubahan pada Koalisi 
Kebangsaan, yang sebelumnya menjadi kekuatan utama oposisi. Yang lebih 
signifikan lagi, akan pula terjadi pergeseran dalam politik parlemen. 

Namun bagaimana dengan politik publik luas di akhir tahun? Akankah juga terjadi 
pergeseran di kalangan 150 juta pemilih di seluruh Indonesia, mengikuti 
perubahan di tataran elite nasional? Publik luas ini, bukan hanya elite, 
memilih pemerintahan baru. Mereka menentukan siapa dan partai mana yang 
berkuasa di parlemen. Mereka pula yang akhirnya menentukan siapa yang menjadi 
presiden RI. 

Sekitar dua bulan setelah dilantiknya DPR dan presiden baru, adakah persepsi 
politik publik luas ini juga akan berubah? Hanya survei yang mampu menangkap 
suara mereka. Sejauh survei itu dikerjakan dengan metodelogi yang valid, walau 
hanya dengan 1.200 responden, suara mereka dapat dipotret. Pengalaman dua 
pemilu di tahun 2004 sudah membuktikan bahwa hasil survei beberapa lembaga 
cukup akurat. 

Untuk memotret perubahan opini publik itu, Lembaga Survei Indonesia (LSI) 
menyelenggarakan survei akhir tahun. Berdasarkan rekaman publikasi yang sudah 
dibuat, cukup beruntung LSI punya akurasi paling tinggi dibanding semua lembaga 
jajak pendapat yang pernah dibuat untuk pra-pemilu. 

Indeks kesalahan LSI, perbandingan antara hasil pra-pemilu dengan hasil resmi 
KPU, baik untuk pemilu legislatif, ataupun pemilu presiden tahap dua, adalah 
yang paling kecil dibandingkan semua lembaga jajak pendapat yang melakukan 
kegiatan serupa. 

Survei akhir tahun LSI menunjukkan potret bewarna-warni persepsi publik 
mengenai pemerintahan SBY dan DPR. Ada potret buram. Publik menilai kinerja 
pemerintahan yang menurun. Namun ada pula potret cerah. Publik masih optimis 
dengan leadership presiden baru dan ketokohannya. 


Potret Buram 

Yang mencolok dalam potret buram itu adalah merosotnya popularitas SBY. Untuk 
survei pra-pemilu, popularitas di sini dikaitkan dengan electability, atau 
peluang seorang tokoh untuk terpilih. Semakin besar peluang seorang tokoh 
terpilih dalam pemilu, semakin ia popular. Namun setelah pemilu usai, dan 
seorang tokoh sudah terpilih, populeritas dikaitkan kepuasan publik atas 
kinerjanya. Semakin puas publik dengan kinerja seorang tokoh, semakin tokoh itu 
popular. 

Dalam waktu kurang lebih sebulan, memang terjadi penurunan popularitas SBY. 
Melalui dua survei, di bulan November dan Desember 2004, penurunan itu 
rata-rata sebesar 13 persen. Jika dipilah lebih jauh, berbagai segmen 
masyarakat memiliki respon dan persepsi yang berbeda atas popularitas SBY. 

Penurunan popularitas SBY di kalangan menengah atas, lapisan terdidik dan 
wilayah perkotaan lebih tinggi. Segmen itu memang paling sensitif dengan 
perkembangan terakhir politik nasional. 

Ketika kepuasan publik itu dipilih menjadi berbagai isu, juga tampak respon 
penurunan yang berbeda. Untuk kasus korupsi, SBY justru sedikit bertambah 
popular. Ini terkait dengan aneka kampanye anti-korupsi. Kebijakan anti-korupsi 
juga sangat kongkret dengan ditangkapnya beberapa "ikan besar," seperti Abdulah 
Putteh. 

Namun untuk isu lain, khususnya ekonomi, menurunnya popularitas SBY lebih 
tajam. Untuk isu pengangguran dan naiknya harga kebutuhan pokok, populeritas 
SBY bahkan merosot di atas 20 persen. 

Apa yang menjadi penyebab menurunnya popularitas SBY? Beberapa penyebab saling 
bertumpang tindih. Sebagian, itu adalah persoalan dalam psikologi publik 
sendiri yang sudah lama berada dalam situasi krisis. Sebagian lagi juga 
disebabkan oleh aneka tindakan dan citra pemerintahan SBY sendiri. LSI mencatat 
empat penyebab. 

Pertama, harapan awal publik atas presiden baru cukup tinggi. Sebelum presiden 
baru terpilih, publik sudah sangat gandrung dengan isu perubahan yang diajukan 
SBY. Mereka segera berharap dan berkeyakinan bahwa SBY segera membawa perubahan 
itu. Bahkan banyak dari mereka yang tidak peduli dengan kompleksitas masalah. 

Karena tingginya harapan, tinggi pula kemungkinan kecewa. Harapan yang tinggi 
dari publik itu agaknya kurang dikelola secara baik oleh pemerintahan baru. 
Akibatnya, sebagian harapan itu berubah kekecewaan. 

Kedua, publik juga semakin tak sabar mengharapkan hasil perubahan segera. Yang 
sabar menunggu hasil konkret pemerintahan baru dalam jangka waktu 4-5 tahun 
sangatlah minoritas. Mayoritas publik inginkan perubahan kongkret yang sudah 
mereka rasakan hanya dalam jangka waktu 3-6 bulan saja, atau 1-2 tahun. 

Mereka berharap presiden baru seperti superman atau penyulap sakti. Hanya 
dengan satu ketukan, bim salabim, perubahan itu segera tersaji di hadapan 
mereka. Setelah satu bulan menunggu, dan umumnya mereka tidak melihat perubahan 
berarti terutama dalam kehidupan ekonomi, sebagian mereka menjadi kecewa. 

Ketiga, publik juga mengembangkan persepsinya sendiri mengenai beberapa mentri 
di kabinet SBY-JK. Beberapa figur itu dianggap bertentangan dengan citra SBY-JK 
yang banyak mengangkat simbol perubahan dan pemerintahan yang bersih. Dipukul 
rata-rata, mayoritas publik tak yakin kabinet itu mampu untuk bersih dari 
praktek KKN. 

Keempat, komunikasi politik pemerintahan SBY dan seni PR (Public Relation) atas 
isu popular dianggap sangat kurang. Selama memerintah, banyak isu popular yang 
terjadi, mulai dari kasus tabrakan beruntun di jagorawi sebelum datang iringan 
mobil presiden, kematian Munir yang diracun, sampai bencana alam di Alor. 
Penanganan pemerintahan SBY atas kasus itu justru menimbulkan kemarahan publik. 


Publik paling tidak puas dalam penanganan tabrakan Tol Jagorawi. Tingkat 
kepuasan publik atas kasus itu paling rendah dibandingkan kasus lainnya. 

Ketika publik berduka, dan ingin mendengarkan simpati, juru bicara bersama 
polisi justru menyalahkan pihak tertentu sebagai penyebab. 

Walau secara rasional, tudingan itu mungkin benar, tapi itu dirasakan kurang 
pas dengan psikologi publik. Berbagai pakar ahli komunikasi mencatat penjelasan 
itu sebagai kesalahan fatal dan mendasar dalam merebut simpati publik. Duka 
publik bahkan berubah menjadi kemarahan kepada presiden. 


Potret Cerah 

Namun publik juga mencatat potret yang cerah atas pemerintahan SBY. Sisi 
optimis ini lebih disebabkan oleh figur SBY sendiri, bukan kebijakannya. 
Mayoritas publik masih percaya atas berbagai kualifikasi leadership SBY, yang 
membuatnya nanti mampu membawa kebaikan bagi bangsa. Ia dianggap cukup punya 
determinasi dan fokus perhatian. 

Dalam konstelasi politik elite, SBY juga jauh lebih popular dan didukung 
dibandingkan aneka kekuatan lain. Jika SBY dan DPR bersilang pendapat, 
misalnya, siapa yang akan didukung rakyat? SBY lebih didukung ketimbang DPR. 
Jika antar-elite terjadi konflik, misalnya antara SBY, Megawati, Akbar 
Tandjung, Gus Dur dan Amien Rais, siapa yang dianggap publik paling 
berpengaruh? Sekali lagi SBY jauh melampaui bahkan semua tokoh itu digabung 
menjadi satu. 

Jika koalisi kerakyatan yang pro-SBY bertentangan dengan Koalisi Kebangsaan 
yang kontra SBY, siapa yang akan didengar publik? Mayoritas responden tetap 
lebih mendukung koalisi kerakyatan. Dengan tiga kasus di atas, ketokohan SBY 
masih dominan dan paling mengakar dalam benak publik saat ini. 

SBY memiliki kualifikasi leadership untuk berhasil. Ia bahkan berpotensi 
memimpin pemerintahan yang kuat. Publik percaya kepada kejujuran, perhatian, 
dan kompetensinya. Yang perlu diperkuat oleh SBY di tahun 2005 adalah 
"pendukung public relation-nya." 

Selama sekitar dua bulan memerintah, sangat terasa sisi "public relation" itu 
yang kurang. Begitu banyak potensi success story yang tidak dikapitalisasi, dan 
damage atau potensi kerusakan yang tidak dikontrol atau diminimalisasi. 

Penulis adalah Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) 



--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 27/12/04 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$4.98 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: ppiindia@yahoogroups.com
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke