From:  "irwank2k2" <[EMAIL PROTECTED]>
Date:  Mon Dec 27, 2004  7:45 pm
Subject:  Re: Phenomena BBM dan Bonus sebulan Gaji dianggap ADIL

--- In [EMAIL PROTECTED], "irwank2k2" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> --- In [EMAIL PROTECTED], Johanes Anton Witono
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Suatu ilustrasi yang bagus. Saya sependapat bahwa kenaikan harga
> > BBM itu perlu. Banyak dampak positif terhadap pengembangan jenis
> > energi yang lain. Harga BBM yang disubsidi pun tentunya memberi
> > daya saing yang semu bagi industri kita, karena harganya bukan
> > harga real. Lagipula, bukan salah pemerintah sepenuhnya kalau
> > kita selama ini terlalu 'berfoya-foya' dengan BBM Murah sehingga
> > meningkatkan konsumsi tanpa berpikir jauh kedepan.
>
> BTW, yang saat ini termasuk dalam kelompok yang setuju kenaikan
> harga BBM, tahun kemarin termasuk kelompok yang sama atau
> menentang? Ini barangkali renungan yang perlu dijawab dengan jujur.
> Jangan" ada yang pandangannya lain dulu lain sekarang..
> Memang lidah tak bertulang.. misalnya..
> Dulu mati"an nolak, sekarang mati"an mendukung.. :-p
>
> IMHO, salah satu hal penting berkenaan dengan kenaikan harga BBM
> (atau pengurangan subsidi) adalah, kapan timing yang tepat?
> Harus sekarang atau bisa nunggu dulu? Maunya Pemerintah,
> Pertamina(?) dan para pendukung kebijakan ini, waktunya sekarang
> kan ya.. Tapi seperti yang kita mafhumi bersama, masyarakat
> pasti(?) maunya nanti" saja.. Misalnya, mungkin kalau nilai rupiah
> jauh menguat dibanding dolar us, dan daya beli masyarakat sudah
> lebih baik dibanding sekarang..
>
> Atau ada yang kepengen rupiah tetap lemah seperti sekarang dan
> jangan sampai menguat ya? Karena akan merusak struktur bisnis
> dan berpotensi menghilangkan keuntungan mereka? :-P
> Barangkali mereka yang jarang punya rupiah (dan lebih banyak
> menyimpan mata uang asing)? :-(
> Bagaimana dengan rekan" di sini? :D

Alhamdulillah, rupanya ada yang punya pemikiran yang sama dengan
saya. Dari kenaikan harga 2 tahap, penundaan kenaikan harga BBM
dikaitkan dengan daya beli masyarakat, soal kurs rupiah vs dolar us..

Quote:
"..
Mengapa rencana kenaikan harga BBM sudah jauh hari disosialisasikan,
layak jika para penimbun dan terutama harga-harga sembako sudah
serba-naik. Walaupun diberitahukan bahwa harga minyak tanah dan
solar tidak naik.

Pedagang apa saja tidak perduli, dua jenis BBM itu tidak dinaikkan,
mereka lebih dahulu mengambil kesempatan menaikkan harga-harga
barangnya. Celakanya jika pada saatnya harga BBM dinaikkan harga-
harga sembako khususnya, kemungkinan besar menaikkan lagi harga
sembakonya.
.."

"..
Jadi biaya produksi BBM sangat mahal, belum lagi kurs rupiah terutama
terhadap dolar AS semakin anjlok.
Oleh karena itu kalau saja pemerintah berhasil menurunkan kurs dolar
AS khususnya menjadi sekitar US$ 2.000,-atau Rp 1.000,- per US$,
pasti tidak ada Rugi/Subsidi BBM yang ada adalah laba bersih minyak.

Jangan yang salah pemerintah yang belum mampu mengembalikan kurs
rupiah yang semakin kuat, ternyata yang selalu dikorbankan rakyat
banyak dengan cara yang mudah, siapa pun bisa kalau selalu menaikkan
harga BBM, apalagi karena hanya alasan defisit anggaran belanja
negara membengkak.
.."

---------
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0412/27/opi01.html

Minyak Indonesia vs Rugi BBM
Oleh Bachrawi Sanusi

Harga LPG sudah naik. Pembaca Sinar Harapan pasti tahu, harga BBM
sejak Orde Baru masih tetap sebagai imam harga dan tarif berbagai
komoditas. Penulis heran mengapa sejak jauh hari kenaikan harga BBM
hingga 40% sudah disosialisasikan oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla.
Walau untuk APBN 2005 belum ada perubahan patokan harga minyak.

Pada waktu Orde Baru, "penyesuaian" (istilah kenaikan harga BBM )
yang diumumkan kurang dari sehari saja, terjadi antrean panjang
di pompa-pompa bensin, belum lagi pangkalan miyak tanah banyak yang
tidak menjual minyak tanah, mereka menantikan sampai esok pagi dengan
harga baru.

Mengapa rencana kenaikan harga BBM sudah jauh hari disosialisasikan,
layak jika para penimbun dan terutama harga-harga sembako sudah
serba-naik. Walaupun diberitahukan bahwa harga minyak tanah dan
solar tidak naik.

Pedagang apa saja tidak perduli, dua jenis BBM itu tidak dinaikkan,
mereka lebih dahulu mengambil kesempatan menaikkan harga-harga
barangnya. Celakanya jika pada saatnya harga BBM dinaikkan harga-
harga sembako khususnya, kemungkinan besar menaikkan lagi harga
sembakonya.

Apalagi dengan alasan pemerintah yang didukung para ahli yang
menyatakan bahwa subsidi BBM yang banyak menikmati subsidi BBM
yakni golongan menengah ke atas ( terutama para pengusaha).
Perlu dikaji, bagi pengusaha yang umumnya sebagai wajib pajak dan
objek pajaknya sangat besar tidak berkeberatan harga BBM dinaikkan
walau harga BBM sama atau lebih mahal dari harga BBM di negara-negara
maju atau industri.

Mereka menghitung harga BBM naik setinggi apa pun akan dimasukkan
ke dalam biaya produksi yang akhirnya harga jualnya dinaikkan bahkan
bisa melebihi persentase kenaikan harga BBM. Masalahnya benefit-nya
juga dinaikkan setinggi mungkin. Daya saing secara global makin
lemah, barang-barang selundupan makin ramai.

Oleh karena LPG merupakan produk PT Pertamina, jika terus rugi dari
LPG pasti PT Pertamina bisa dibubarkan. Oleh karena itu tanpa seizin
DPR, LPG dinaikkan. Inilah akibat dari UU Migas yang berhasil
memperkecil usaha PT Pertamina sebagai BUMN, apalagi sudah ada
Badan Pelaksana Migas (BP Migas) yang bagaikan Badan Usaha Milik
Pemerintah ( BUMP) yang tanpa adanya Dewan Komisaris dan
Dewan Pengawasnya terhadap BUMP, masalahnya pemerintah sudah menjadi
pelaku bisnis.

Minyak Indonesia
Setelah ditemukannya minyak dari lepas pantai, produksi minyak bumi
Indonesia semakin meningkat. Sebagai gambaran pada tahun 1960
produksi minyak mentah Indonesia hanya 0,355 juta barel per hari
hanya dari daratan. Dalam masa Orde Baru, pada tahun 1971 produksi
minyak mentah Indonesia naik menjadi 0,892 juta barel per hari
di antaranya mulai dari hasil minyak lepas pantai hanya 0,011 juta
barel per hari. Pada tahun 1977 produksi minyak mentah Indonesia
terus meningkat menjadi 1,694 juta barel per hari diantaranya dari
minyak lepas pantai sebanyak 0,60 juta barel per hari.
Kemudian produksi minyak bumi Indonesia terus turun.

Indonesia sebagai penghasil minyak ke-17 terbesar di dunia atau
sekitar 1,8% -nya. Walau produksi minyak Indonesia terus turun yang
pada tahun 2004-2005 hanya sekitar 1,1 juta barel per hari.
Cadangan minyak Indonesia diperkirakan sekitar 9,7 miliar barel.
Di satu pihak jumlah produksi minyak mentah yang pada tahun 1977
mencapai puncaknya hampir 1,7 juta barel per hari dan terus turun
hingga sekarang dan tahun depan hanya sekitar 1,10 juta barel
per hari.

Di lain pihak jumlah kebutuhan BBM ( jenisnya: avtur, avgas, premium,
minyak tanah, solar, minyak diesel, minyak bakar ) di dalam negeri
terus meningkat. Pada tahun 2004 ini kebutuhan BBM akan mencapai
sekitar 62,05 juta Kl, dan BBM yang harus diimpor sekitar
14,6 juta Kl.

Rugi/Subsidi BBM
Sejak tahun 1970-an, setiap ada rencana pemerintah akan menaikkan
harga BBM hingga sekarang penulis selalu tidak setuju.
Alasan utama penulis karena daya beli rakyat banyak masih rendah.
Walau dalam Orde Baru, DPR dengan Golkar sebagai imamnya,
selalu setuju setiap penyesuaian harga BBM. Bagaimana DPR yang
sekarang, setelah Jusuf Kalla terpilih menjadi Ketua Umum Golkar.

Walau kebijakan kenaikan harga BBM tidak diukur dari pendapatan
per kapita yang sepertinya semakin tidak merata, karena yang hidup
di bawah garis kemiskinan masih cukup banyak. Sejak puluhan tahun
hingga perang Oktober 1973 negara-negara industri selalu diberi
subsidi harga minyak dunia terutama dari OPEC, karena harga minyak
dunia hanya di bawah US$ 2,50 per barel.

Hukum permintaan dan penawaran untuk minyak sejak puluhan tahun
tidak diberlakukan, karena terus ditentukan oleh para pengusaha
minyak dunia. Harga minyak ditentukan secara sepihak.
Oleh karena itu negara maju/industri semakin mulus perkembangannya.

Bagaimana dengan Indonesia, yang harga BBM-nya akan terus dinaikkan.
Sesuai UUD 1945, minyak dan gas bumi milik negara yang berarti milik
rakyat, layak pemerintah mengubah istilah subsidi BBM.
Karena seperti tahun anggaran 1986/87 pemerintah memperoleh Laba
Bersih Minyak ( LBM ) dari penjualan BBM sebesar Rp 643,8 miliar.
Jika laba diberi istilah LBM, mengapa kalau BBM di jual rugi selalu
disebut hingga sekarang sebagai subsidi BBM.

Rugi BBM untuk meringankan hidup rakyat banyak. Apalagi dampak
negatif ganda setiap kenaikan harga BBM terhadap kenaikan-kenaikan
berbagai harga barang dan jasa. Jadi yang selama ini disebut subsidi
BBM juga untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.
Juga penulis beranggapan sejak tahun 1970-an, selama pendapatan
negara dari MIGAS jauh lebih besar dibandingkan jumlah Rugi
BBM/Subsidi BBM, pemerintah masih untung dari MIGAS.

Untung pemerintah berarti untung buat rakyat. Bukan pemerintah masih
untung dari MIGAS tetapi yang selalu dirugikan rakyat banyak.
Apalagi dalam menghitung harga BBM bukan dimulai dari harga minyak
pada tahap hulu (up stream) yang harga minyak mentah sebagai bahan
baku yang diolah hanya sekitar kurang dari US$5,- per barel sampai
sekitar lebih dari US$ 10, per barel, layak kalau biaya produksi BBM
selalu tinggi karena harga minyak mentahnya dari harga ekspor/impor
minyak mentah yakni mulai dihitung dari hilir (down stream).

Jadi biaya produksi BBM sangat mahal, belum lagi kurs rupiah terutama
terhadap dolar AS semakin anjlok.
Oleh karena itu kalau saja pemerintah berhasil menurunkan kurs dolar
AS khususnya menjadi sekitar US$ 2.000,-atau Rp 1.000,- per US$,
pasti tidak ada Rugi/Subsidi BBM yang ada adalah laba bersih minyak.

Jangan yang salah pemerintah yang belum mampu mengembalikan kurs
rupiah yang semakin kuat, ternyata yang selalu dikorbankan rakyat
banyak dengan cara yang mudah, siapa pun bisa kalau selalu menaikkan
harga BBM, apalagi karena hanya alasan defisit anggaran belanja
negara membengkak.

Penulis adalah Lektor Kepala Fakultas Ekonomi dan Anggota Pusat
Kajian Energi Dan Sumber Daya Mineral Universias Trisakti.





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke