29.12.2004 Berakhirnya kuota ancam industri tekstil Indonesia Tekstil Indonesia tidak punya daya saing yang kuat menghadapi liberalisasi pasar. sehingga kekhawatiran membayangi industri tekstil Indonesia. Pasalnya, aturan kouta tekstil yang diberlakukan negara-negara tujuan utama ekspor, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Erop, akan dihapus 1 Januari 2005. Padahal, dengan sistem kuota itulah industri tekstil Indonesia bisa bertumbuh dan berkembang. Tahun 2003, ekspor tekstil dan produk tekstil mencapai nilai 8 miliar dolar AS, yaitu sekitar 17 persen total ekspor nasional. 60 persen ekspor tekstil itu adalah ekspor yang dilakukan berdasarkan aturan kuota. Hanya 40 persen merupakan ekspor tekstil non-kuota. Tekstil adalah penghasil ekspor kedua terbesar setelah minyak dan gas.
Melalui fasilitas kuota, industri tekstil Indonesia tumbuh pesat, mencapai jumlah sedikitnya 2600 perusahaan tekstil yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya investor lokal, juga investor asing banyak yang datang menanamkan modalnya di sektor ini. Jutaan tenaga kerja terlibat dalam usaha yang dikenal sebagai industri padat karya ini. Tetapi, masa-masa indah industri tekstil segera berakhir. WTO sudah memutuskan penghapusan aturan kuota mulai 1 Januari 2005. Indonesia tadinya meminta agar penghapusan ditangguhkan. Namun permintaan itu tidak dipenuhi. Menteri Perdagangan Mary Pangestu menerangkan: "Tidak mungkin kita bisa menunda atau mengharapkan bahwa kuota itu akan diteruskan. Karena itu sudah merupakan keputusan 140 negara anggota WTO. Sehingga tidak mungkin kita mengharapkan kuota lagi. Sehingga yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana industri tekstil dan garmen bisa bersaing nantinya?" Sekarang, tekstil Indonesia harus bersaing dengan produk dari negara-negara lain. China dan India adalah dua negara negara dengan industri tekstil terkuat. Cina menguasai 51% dan India 13% pasar tekstil. Di samping itu masih ada Thailand, Vietnam, Turki, Bangladesh dan Pakistan. Tekstil Indonesia hanya menguasai 2 persen pasar tekstil dunia. Jadi, penghapusan aturan kuota tampaknya memang akan membawa dampak negatif. Menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia, hanya 40 persen perusahaan yang mampu bertahan, kalau saat sistem kuota dihapuskan. Direktur Jenderal Kerjasama Industri dan Perdagangan Internasional, Pos M Hutabarat mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah sekarang adalah melakukan kerjasama bilateral. Misalnya dengan membuat perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain. Saat ini, sedang dijajaki perjanjian dagang dengan Amerika Serikat dan Jepang, agar tekstil Indonesia mendapat fasilitas untuk masuk ke negara itu. Menyadari lemahnya daya saing produk Indonesia, Menteri Perdagangan Mary Pangestu menyarankan agar para pengusaha merubah strategi dalam upaya merebut pasar, karena mustahil bersaing dengan pemain besar seperti industri tekstil Cina jika menggunakan strategi tradisionalistik. Mary Pangestu: "Pemain besar, mereka berpindah ke sektor low end. Sulit bersaing dengan RRT, karena di RRT produktivitasnya lebih tinggi. Kedua, skala produksinya lebih tinggi dari Indonesia, sehingga mereka lebih mungkin untuk memproduksi lebih murah. Jadi janganlah bersaing secara head on dengan RRT. Sebaiknya kita beralih ke medium end dan yang ada brand-nya. Ada yang fashion, ada yang design. Itu di sektor garmen." Lemahnya daya saing produk tekstil nasional juga diakui Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Benny Soetrisno. Ini disebabkan rendahnya investasi dan tingginya biaya ekonomi. Misalnya, banyak perusahaan yang menggunakan mesin dengan teknologi usang yang sudah ketinggalan 20 sampai 30 tahun. Akibatnya, produktivitas rendah. Sementara pengusaha negara lain sudah menggunakan mesin dengan kapasitas pintal 23 ribu permenit, pengusaha Indonesia masih memakai mesin dengan kapasitas pintal 15 ribu putaran permenit. Masalah lain di Indonesia adalah banyaknya pungutan, yang membuat para investor kewalahan. Apalagi pemerintah Indonesia masih belum memperhatikan sektor tekstil. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Benny Soetrisno mengatakan: Benny Soetrisno: "Kalau saya bandingkan dengan Cina, India, Vietnam, Pakistan, maupun Turki. Pemerintah mereka masing-masing mempunyai program untuk memperhatikan industri tekstil secara khusus. Karena berkenaan dengan penyerapan tenaga kerja dan sumber devisa." Ketua Asosiasi Buruh Garmen dan Tekstil Independen, Emelia Yanti menerangkan, sekitar 500 ribu sampai satu juta buruh akan kehilangan pekerjaan dengan penghapusan kuota tekstil tahun depan. Beberapa bulan terakhir saja, duaribu limaratus buruh tekstil dan garmen yang berlokasi di Cakung, Tangerang, dan Cibinong terpaksa menganggur karena penutupan dan relokasi pabrik tempat mereka bekerja. Emelia Yanti mengatakan, seharusnya pemerintah bisa mengantisipasi situasi sekarang. Tetapi, hal itu memang tidak terjadi. Emelia Yanti: "Paling tidak pada saat pertemuan di WTO tahun 1994, sudah dinyatakan bahwa akan ada penghapusan kuota secara bertahap setiap tahunnya sampai 2005 saat terjadinya liberalisasi pasar tekstil. Pemerintah Indonesia sudah tahu itu, seharusnya dia melakukan action sebagai antisipasi atas dampak buruk yang bakal terjadi." --------------------------------- Do you Yahoo!? Jazz up your holiday email with celebrity designs. Learn more. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $4.98 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/ 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/