--- In ppiindia@yahoogroups.com, neena <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> secara teoritis mas syarif logis.
> tapi..ini bukan cuma masalah ekspektasi yg didasari mental bangsa
> Indonesia. bener kata mas irwank,

> kenaikan bbm yg pertama mas juga udah analisa efek "kemiskinannya"
> belum?

Karena tulisannya nyambung.. maaf kalau saya pisahkan.. biar lebih
jelas. IMHO, mestinya ini pertanyaan untuk Bung Syarif kan ya.. :)

> apa maksud pernyataan: "Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa
> pengurangan subsidi BBM dan dengan kompensasi kebijakan raskin
> memberikan dampak yang lebih baik bagi pengurangan kemiskinan."
> Meaning???

BTW, Bung Syarif ikutan milis ini gak sih?
Ada yang bisa tolong bantu fwd-kan ini ke milis asalnya? :)

Wassalam,

Irwan.K

=======
> irwank2k2 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> Cuma pengen lebih jelas aja..Saya 
> Bung Ari (atau rekan lain), tolong tanyakan pada yang nulis ini,
> apa sikap beliau mengenai kenaikan harga bbm dalam kurun waktu
> setahun yang lalu.
> 
> Mudah"an tulisan ini tidak dicap menyebar fitnah atau bergaya
> preman atau stigma jelek lainnya.. :-P
> 
> Wassalam,
> 
> Irwan.K
> 
> =======
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > ----- Original Message -----
> > From: "syarif.syahrial" <[EMAIL PROTECTED]>
> > 
> > Dear All,
> > Saya ingin membuka tulisan ini dengan kata manis yang ada di
voucher isi
> > ulang
> > Telkomsel "What is popular, It's not always right. What is right,
> It's not
> > always popular"
> > Kata manis tersebut mungkin pas konteksnya dalam kaitannya dengan BBM
> > tersebut. Kebijakan yang tidak populer dan belum tentu tidak benar
> tentunya.
> > 
> > Saya mungkin tidak terlalu ahli dalam makroekonomi (mungkin bisa
> cross check
> > ke Bang Yogi Vidyattama, tn3). Namun, seperti Bang Badruz TN4 saya
ingin
> > memberikan sedikit tanggapan. Ada beberapa point:
> > 
> > 1) Dari hasil perhitungan, struktur biaya industri dari komponen
> bahan bakar
> > sebagian besar kurang dari 10% karenanya secara matematis kenaikan
harga
> > input bahan bakar sangat kecil. Misalkan BBM naik 40%, maka harga
> produksi
> > harusnya naik 4% saja. Namun, dari struktur bahan bakar, Solar adalah
> > komponen terbesar padahal Solar dan Minyak tanah adalah jenis bahan
> bakar
> > (besar komitmennya) ingin tetap dipertahankan subsidinya. karenanya,
> > hubungan kenaikan BBM (let's say 40%) tidak selinier hitungan di atas.
> > 
> > 2) Namun, menurut pendapat saya, industri selalu mencari akal
> tentunya untuk
> > menaikkan tingkat harga apalagi untuk jenis barang yang tingkat
> > substitusinya sangat rendah. Sekali lagi, secara perhitungan ekonomis
> > matematis, kenaikan BBM tidak terlalu berpengaruh banyak terhadap
biaya
> > input produksi karena proporsi input bahan bakar kecil. Bandingkan
saja
> > dengan hasil penelitian yang dilakukan LPEM FEUI, besarnya
pungutan yang
> > harus ditanggung industri berkisar 9 -11% dari total biaya produksi.
> Nah,
> > tentunya kalau ini yang dikurangi efek kenaikan BBM semakin tidak
> > berpengaruh. Jadi kebijakan pengurangan pungli dan pemotongan jalur
> > birokrasi perijinan menjadi penting
> > 
> > 3) Dari sisi keuangan negara, APBN menanggung biaya subsidi yang
sangat
> > besar dari subsidi BBM ini. Bayangkan dengan asumsi harga minyak
22 - 25
> > dollar per barrel saja, subsidi BBM dalam RAPBN 2005, mencapai Rp
21 T.
> > Bandingkan dengan subsidi pangan dan beras yang Rp 5,9T atau dengan
> listrik
> > Rp 3,4T dan pupuk yang hanya Rp 1,3 T. Tentunya teman-teman tahu
> bahwa APBN
> > Indonesia sangat terbatas dan hanya untuk survival saja. Hidup adalah
> > pilihan, tentunya kita harus memilih untuk mengalokasikan sumber daya
> > terbatas tersebut pada sektor-sektor yang penting atau dalam bahasa
> keren
> > "Tepat Sasaran". Karenanya dalam melihat subsidi BBM kita harus
berlapis
> > menurut jenisnya dan memberikan keberpihakan kepada kelompok
masyarakat
> > terbesar yaitu orang miskin.
> > 
> > 4) Kalangan menengah ke bawah, banyak mengkonsumsi minyak tanah dan
> sebagian
> > lainnya menggunakan bahan bakar konvensional seperti kayu bakar.
> Konsumsi
> > bahan bakar seperti Pertamax dan Pertamax Plus itu sebagian besar
> "menengah
> > ke atas" dan relatif tidak perlu disubsidi. Karenanya subsidi ini
harus
> > dialihkan. As you know, pemerintah Indonesia memiliki sejumlah program
> > sebagai kompensasi pengurangan subsidi BBM sejak zaman Mega. Hasil
> simulasi
> > juga menunjukkan bahwa pengurangan subsidi BBM dan dengan kompensasi
> > kebijakan raskin memberikan dampak yang lebih baik bagi pengurangan
> > kemiskinan.
> > 
> > 5) Terlepas dari kebijakan subsidi yang sering bocornya, dengan kepala
> > dingin tentunya kita ingin tepat sasaran ketimbang kebijakan subsidi
> yang
> > salah. Tapi, dari tadi saya selalu pake angka-angka. Bahkan,
pernyataan
> > bahwa subsidi BBM akan meningkatkan tingkat inflasi pun tidak
> terbukti dari
> > angka inflasi yang ada di BPS.
> > 
> > 6) Banyak temen yang skeptik dengan angka-angka pemerintah yang
> berasal dari
> > BPS (Badan Pusat Statistik). Mungkin saya salah satu diantaranya
> namun kita
> > tidak punya indikator makro lain. Sebuah joke pernah dilontarkan.
> "Kemana
> > kita membeli barang yang murah..?" ke BPS jawabnya. karena disana lah
> > indikator tingkat harga yang termurah.
> > 
> > 7) Saya juga menyadari bahwa di kepala masyarakat Indonesia ada
> suatu sikap.
> > Jika BBM naik, harga barang lain pasti akan naik lebih besar pula.
Dari
> > hasil perhitungan saya, tentunya tidak terjadi. Tapi itu sekedar
> > angka-angka. Ada bagian ilmu sosial lain yang tidak dimasukkan ke
dalam
> > perhitungan ekonomi yaitu faktor antropologi dan sosiologi ekonomi
> > masyarakat Indonesia. Masyarakat sudah berpendapat terlebih dahulu
> dan hal
> > itu terus di blow up dengan demonstrasi mahasiswa, siaran di TV dan
> Radio
> > dll
> > 
> > 8) Hal ini dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai ekspektasi. Terbentuk
> sikap di
> > kepala masyarakat kita bahwa jika BBM naik harga barang lain pasti
naik
> > pula. Saya pernah mendatangi ketua BEM UI ketika mereka protes
> kenaikan BBM.
> > Saya katakan "Demo Anda ini malah mengakibatkan harga barang naik
> > beneran...". Begitulah ekspektasi seperti bola liar yang sulit
> dikendalikan.
> > kebijakan ekonomi makro di beberapa belahan dunia sekarang mengarahkan
> > bagaimana me manage ekspektasi.
> > 
> > 9) Tapi, sikap tersebut menurut pendapat saya tentunya sudah menjadi
> "watak
> > sosial" . Perubahannya memerlukan waktu yang sama. Jika seluruh
> masyarakat
> > Indonesia memiliki rasionalitas yang sama tentang kenaikan BBM hanya
> kecil
> > dari struktur input dan untuk jenis BBM tertentu dikonsumsi oleh
> orang kaya,
> > serta tidak ada protes yang terus diblow up, tentunya dampak
> kenaikan harga
> > tidak terlalu parah. Namun, perkembangan terakhir mikroekonomi
> menunjukkan
> > bahwa pelaku ekonomi memiliki rasionalitas yang terbatas (bounded
> > rationality).
> > 
> > 10) Sorry kalo email nya kepanjangan dan tidak sistematis.
> Kesimpulan akhir
> > saya, saya mendukung kebijakan SBY untuk menaikkan harga Pertamax dan
> > Pertamax Plus. Meskipun tidak populer, saya pikir itu benar!
> > 
> > Salam
> > 
> > Syarif Syahrial
> 
> 
> 
> 
> 
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju
Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
www.ppi-india.uni.cc
>
***************************************************************************
>
__________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
> 
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
> 4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/
> 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
> 
> 
> 
> Yahoo! Groups SponsorADVERTISEMENT
> 
> 
> ---------------------------------
> Yahoo! Groups Links
> 
>    To visit your group on the web, go to:
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/
>   
>    To unsubscribe from this group, send an email to:
> [EMAIL PROTECTED]
>   
>    Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 
> 
> 
> 
> ---------------------------------
>   Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping" your friends
today! Download Messenger Now
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$4.98 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke