Bali Post Selasa Umanis, 4 Januari 2005 Walau bagaimana pun, harus diakui bahwa kenaikan harga BBM akan memberikan dampak luas dan terasa sangat menyakitkan. Buktinya demonstrasi dilakukan di mana-mana dan oleh hampir semua kalangan. Pada dasarnya hati kecil kita tidak ingin ada kenaikan harga BBM (apalagi ibu-ibu rumah tangga) apalagi tidak disertai dengan bertambahnya pendapatan. Jadi sangat wajar jika mereka berteriak atas keadaan ini. --------------------------------- Pelayanan Transportasi Publik Vs Kenaikan BBM Oleh. I Made Rai Ridartha, ATD Sc Dipl. UG, MEng.
HARGA BBM pasti akan naik. Pemerintah telah menetapkan keputusan tegas bahwa its now or never dan mengenai nilainya bukan lagi atas dasar perasaan dan kepentingan kelompok, tetapi didasarkan atas perhitungan yang rasional(?) dengan mempertimbangkan segala aspek, harga minyak dunia, seperti biaya produksi dan perubahan kebijakan tentang pemberian subsidi. Walau pada akhirnya pemerintah menetapkan bahwa BBM jenis minyak tanah untuk rumah tangga dan solar untuk transportasi umum masih tetap disubsidi kenaikan, harga untuk BBM jenis lainnya tetap saja tidak dapat dihindari. Harga BBM untuk jenis lainnya, oleh Dirjen Migas Departemen ESDM diusulkan kenaikan dalam lima opsi yang berkisar antara 30-40%. Tentu telah dilakukan pengkajian dan pertimbangan yang matang. ------------------------------------- Transportasi Udara dan Laut Beberapa waktu belakangan ini transportasi udara seolah-olah bukan lagi milik kalangan menengah ke atas. Bahkan, sudah menjadi trend bagi kelompok masyarakat ''ekonomi kebanyakan''. Hal ini disebabkan karena perbedaan yang sangat tipis dalam hal tarif antara transportasi udara dan laut serta darat. Bayangkan saja dengan tarif darat kita dapat terbang. Menumpang pesawat udara bukan lagi sesuatu yang wah, apalagi banyak airline yang beroperasi dengan memberikan tarif yang supermurah. Ini dimungkinkan karena tarif transportasi udara yang ditetapkan oleh IATA memberlakukan tarif angka referensi yaitu tarif batas bawah dan batas atas serta besarnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Perbedaan tarif antara airline yang satu dengan lainnya hanya berkisar pada jenis pelayanan yang diberikan selama penerbangan. Banyak airline memberlakukan pengurangan besarnya tarif dengan tidak memberikan ''makan besar'' bila waktu penerbangan kurang dari dua jam. Lalu bagaimana dengan adanya kenaikan harga BBM? Secara rasional, pasti akan ada perubahan dalam struktur tarif, yaitu kenaikan tarif secara general. Namun, dengan adanya kebebasan penetapan tarif pada mekanisme pasar dan juga kekhususan dari pelayanan tarnsportasi udara yang tidak dimiliki oleh transportasi lainnya, yaitu kecepatan pelayanan, maka prospeknya tetap cerah. Paling-paling jenis pelayanan ini akan kehilangan penumpang dari masyarakat kalangan ''ekonomi kebanyakan'' tadi dan kembali kepada pangsa pasar seperti lima tahun yang lalu. Walaupun belum tentu demikian, jika tarif yang diberlakukan dapat kompetitif dengan pelayanan transportasi lainnya (laut dan darat). Bagaimana dengan transportasi laut? Mengingat negara kita kepulauan dengan laut yang demikian luasnya, maka permintaan akan jenis pelayanan ini akan tetap tinggi. Artinya bisnis dalam bidang ini tetap memberikan prospek yang menarik dan menjanjikan keuntungan. Namun, harus diakui bahwa pangsa pasar terbesarnya adalah masyarakat dari kalangan ''ekonomi kebanyakan''. Artinya, nanti pemerintah harus memberikan perhatian yang khusus kepada pelayanan transportasi ini, terutama tentang pemberlakuan tarif. Transportasi Darat Tidak dapat dimungkiri bahwa jenis pelayanan yang satu ini paling banyak penggemarnya. Semua lapisan masyarakat membutuhkannya. Perbedaannya pada besar-kecilnya persentase yang menggunakan. Lapisan masyarakat ''ekonomi kebanyakan'' merupakan fans yang tidak bisa menghindarinya (captive riders). Banyak penduduk kota besar di Indonesia seperti Jakarta , Surabaya dan Makassar mengandalkanya. Persentasenya mencapai angka di atas 40%. Melihat kenyataan ini, sangat wajar bila banyak dari masyarakat tersebut menjerit agar harga BBM tidak dinaikkan. Konsekuensi logis dari perubahan harga tersebut adalah adanya kenaikan tarif angkutan sebagai akibat dari kenaikan biaya operasional kendaraan (BOK), yang terdiri atas biaya tetap, biaya variabel dan biaya overhead lainnya. Sementara itu, BBM dan suku cadang termasuk di dalam biaya variabel yang besarnya di atas 70% dari total BOK. Oleh sebab itu, kenaikan harga BBM sangat rentan terhadap perubahan tarif angkutan. Namun, bagaimana dengan Propinsi Bali khususnya Denpasar dan Sarbagitanya? Apakah kenaikan harga BBM akan disuarakan oleh kalangan masyarakat ''ekonomi kebanyakan''? Data dari PTS-BUIP menunjukkan bahwa persentase pengguna angkutan umum di wilayah Sarbagita sangat kecil yaitu kurang dari 5% (cenderung menurun). Artinya 95% masyarakat lainnya menggunakan angkutan pribadi terutama sepeda motor. Pada tahun 1997 perbandingan antara jumlah kepemilikan kendaraan bermotor dan jumlah penduduk adalah 0,94 (Ridhartha, 2000) atau hampir setiap orang memiliki kendaraan bermotor. Dengan demikian, seharusnya tidak banyak yang mengeluh karena kenaikan harga BBM ini dengan dalih transportasi publik. Tentu yang banyak berteriak adalah para pemilik kendaraan pribadi. Bila disimak hikmahnya mungkin ini ada baiknya juga sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, sehingga dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di dalam kota . Perhitungan dan Alokasi Dana Subsidi Kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bukanlah kepentingan sesaat dan juga bukan dalam rangka ''Gebrakan 100 Hari''. Kebijakan ini diyakini adalah untuk proses jangka panjang, karena kita tidak ingin dana pemerintah terkuras habis hanya untuk pembiayaan subsidi BBM yang mungkin peruntukannya kurang bermanfaat. Sekali lagi kenaikan harga BBM memang tidak dapat dihindari, karena biaya produksi hingga distribusi mengalami peningkatan yang selama ini menyebabkan Pertamina merugi (?). Kecuali elpiji, besarnya harga BBM ditetapkan oleh pemerintah karena elpiji tidak termasuk kategori BBM. Pengurangan hingga penghapusan subsidi terhadap BBM tentu harus diikuti dengan penjelasan secara transparan tentang perhitungan harga dasar BBM dari proses ekplorasi, penyulingan, pengolahan dan distribusi. Dengan demikian, masyarakat tahu bahwa harga yang dibayar sesuai dengan perhitungan yang rasional. Selain itu, juga perlu dijelaskan tentang mengapa komponen-komponen biaya tersebut sedemikian besarnya. Bagaimana pula dengan biaya-biaya lainnya, seperti komponen biaya belanja pegawai BUMN Pertamina yang notabene besarnya di atas belanja pegawai pada sektor lainnya? Di masa lalu pemerintah menerapkan subsidi untuk BBM jenis solar dan diesel khusus untuk angkutan umum dan bukan untuk industri. Namun, pada kenyataannya kebijakan ini telah disimpangkan oleh oknum-oknum tertentu, bahkan ada BBM yang diekspor secara ilegal. Jika kemudian muncul kekhawatiran akan terulangnya kasus yang sama, maka perlu ada kebijakan khusus dan jitu untuk memberikan kemudahan dan keringanan untuk transportasi publik (laut dan darat). Hal ini pun harus dibarengi dengan kegiatan pengawasan yang ketat dan tegas. Ini penting karena BBM menyangkut hajat hidup orang banyak dan kebanyakan. Lalu kebijakan apa yang tepat dan cocok? Tentu ini sangat sulit, karena akan menghadapi tantangan dari kemungkinan disimpangkan. Naiknya harga BBM mungkin dapat juga membantu pengurangan kemacetan lalu lintas karena penggunaan kendaraan pribadi menjadi terbatas dan dapat merangsang penggunaan angkutan umum. Walau bagaimana pun, harus diakui bahwa kenaikan harga BBM akan memberikan dampak luas dan terasa sangat menyakitkan. Buktinya demonstrasi dilakukan di mana-mana dan oleh hampir semua kalangan. Pada dasarnya hati kecil kita tidak ingin ada kenaikan harga BBM (apalagi ibu-ibu rumah tangga) apalagi tidak disertai dengan bertambahnya pendapatan. Jadi sangat wajar jika mereka berteriak atas keadaan ini. Presiden pun mempersilakannya asal dengan cara-cara dan mekanisme yang wajar dan bijak serta santun. Namun, tentu tidak ada salahnya jika sekali lagi diingatkan kepada semua bahwa kenaikan harga BBM tidak lagi didasarkan atas perasaan, tetapi sudah didasarkan atas pemikiran yang rasional. Penulis, Ketua II Masyarakat Transportasi Indonesia Daerah Bali (MTI) dan PNS pada Dinas Perhubungan Propinsi Bali *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/ 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/