Satu lagi dari milis tetangga yang menjadi alasan mengapa
bantuan internasional perlu dicermati.
Show adegan dramatis sebentar, dokumentasikan lalu publikasikan
untuk membuat opini yang kondusif untuk selanjutnya terserah...

Subject: FW: Wajah AS di Serambi Mekkah

Jangan membesar-besarkan dulu bantuan dari Barat kepada kita. Biasanya ada
"pamrih" nya yang akan menjerat leher kita bangsa Indonesia menjadi semakin
"terbelenggu" terhadap semua diktean mereka.

============================

Kamis, 06 Januari 2005

Wajah AS di Serambi Mekkah

Oleh :

Irfan Junaidi
Wartawan Republika

Sejak awal kejadian sampai hari ini, organisasi Islam seperti Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), Bulan Sabit Merah, Medical Emergency Rescue
Committee (Mer-C), Dompet Dhuafa Republika, juga yang lain tak kenal
lelah membantu korban. TNI juga ikut berada di garda terdepan dalam
membantu
korban. Mereka banyak sekali terlibat dalam evakuasi jenazah, sebelum
pihak lain terjun ke Aceh. Tangan-tangan mereka begitu akrab dengan
mayat-mayat yang membusuk dan tertimbun sampah. Sementara tak terlihat
ada pasukan AS yang mau menyentuh kulit jenazah korban tsunami di Aceh.
Tapi kerja para relawan dalam negeri itu sepi dari sorotan media.


Setiap menyaksikan televisi dan mengamati koran belakangan ini pasti
penuh dengan cerita tentang gempa dan tsunami yang menghancurkan Nanggroe
Aceh Darussalam (NAD), juga sebagian Sumatra Utara. Saat musibah baru
terjadi, koran dan televisi dipenuhi kisah dan gambar jenazah yang
bergelimpangan.

Kini, gambar seperti itu tak lagi banyak terlihat. Isu Aceh mulai
bergeser ke soal bantuan, relawan, serta rehabilitasi. Ada hal yang
membuat miris saat menyaksikan liputan media massa tentang pengiriman
bantuan
ke Aceh. Pertama, media menampilkan begitu gegap gempita bantuan yang
dikumpulkan dari berbagai kalangan untuk dikirim ke Aceh. Sampai-sampai
bantuan di beberapa titik seperti Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta,
Bandara Polonia Medan, Iskandar Muda Banda Aceh-- dan terakhir Bandara
Hang Nadim, Batam-- juga di tempat lain terlihat begitu menumpuk.

Di sisi lain, terlihat begitu banyak pengungsi yang belum sedikit pun
menerima bantuan itu. Sampai-sampai sempat ada berita tentang pengungsi
yang mati karena kelaparan (Republika, 30 Desember 2004). Ada juga
kisah tentang anak yang terus merengek karena kehabisan susu. Ini
menunjukkan pengangkutan dan distribusi bantuan untuk korban musibah
Aceh tak berjalan lancar.

Hal kedua adalah liputan soal bantuan asing. Koran dan televisi
terlihat memberi porsi begitu banyak bagi penyaluran bantuan yang
datang dari Amerika Serikat (AS). Foto yang menggambarkan 'baik budi'
pasukan AS
yang dikirim ke Aceh kerap kali muncul. Tidak ada yang salah dalam
peliputan tersebut. Sudah sewajarnya, AS sebagai negara adikuasa mendapat
banyak perhatian dari media. Porsi peliputan yang juga cukup banyak,
diberikan kepada negara sekutu AS seperti Australia, Inggris, dan Jepang.
Semua itu negara besar yang pantas mendapat perhatian media.

Menteri Luar Negeri AS Colin Powell dan Menteri Luar Negeri Australia
Alexander Downer terlihat datang cukup awal untuk menghadiri Special
ASEAN Leaders Meeting of Aftermath of Earthquake and Tsunami alias KTT
Tsunami. Dua mantan presiden AS, George Bush (ayah presiden AS yang
sekarang) dan Bill Clinton pun diterjunkan untuk menghimpun bantuan dari
rakyat AS.

Sekedar statistik, sejak 1 Januari 2005 (saat bantuan AS mulai datang
ke Indonesia) sampai 5 Januari 2005 sebanyak 27 foto dan delapan tulisan
beidentitas AS muncul di enam koran nasional. Masing-masing Suara
Pembaruan, Media Indonesia, Kompas, Indo Pos, Republika, dan Koran Tempo.
Sembilan foto di antaranya tampil di halaman satu keenam media tersebut.

Foto beridentitas AS yang dimaksud di sini adalah foto yang gambar
maupun caption-nya (keterangan foto) menyebut AS atau menampakkan atribut
AS. Sedang tulisan beridentitas AS adalah tulisan yang judulnya menyebut
AS atau hal lain yang maknanya berkonotasi AS. Rinciannya, Suara
Pembaruan memuat dua foto (satu di antaranya di halaman satu) dan satu
tulisan berinisial AS. Media Indonesia memuat tujuh foto (dua di
antaranya di halaman satu) dan tiga tulisan, Kompas lima foto (dua di
halaman satu)
dan satu tulisan, serta Indo Pos empat foto (tiga di halaman satu).
Selanjutnya, Koran Tempo memuat enam foto beridentitas AS (satu di
antaranya di halaman satu), dan Republika memuat tiga foto (tak ada di
halaman satu) dan tiga tulisan.

Di khawatirkan, peliputan tersebut kemudian mengubah wajah kebijakan
luar negeri AS di mata kita. Di Aceh, wajah AS yang diusung para
pasukannya terlihat sangat 'manis' dan 'humanis'. Bantuan-bantuan yang
diterjunkan dari helikopter membuat AS terlihat begitu tinggi menjunjung
nilai-nilai kemanusiaan. Benarkah kebijakan luar negeri AS --terutama
yang menyangkut umat Islam-- selama ini berwajah seperti itu?

Siapa di garda terdepan?

Tulisan ini sama sekali tidak hendak mengajak pembaca untuk menaruh
curiga yang berlebihan terhadap bantuan yang diberikan AS dan sekutunya
kepada korban musibah gempa dan tsunami. Tulisan ini hanya ingin
mengingatkan bahwa yang menjadi motor pemberi bantuan untuk korban Aceh
sebenarnya bukan AS dan sekutunya.

Sejak awal kejadian sampai hari ini, organisasi Islam seperti Partai
Keadilan Sejahtera (PKS), Bulan Sabit Merah, Medical Emergency Rescue
Committee (Mer-C), Dompet Dhuafa Republika, juga yang lain tak kenal
lelah membantu korban. TNI juga ikut berada di garda terdepan dalam
membantu
korban. Mereka banyak sekali terlibat dalam evakuasi jenazah, sebelum
pihak lain terjun ke Aceh. Tangan-tangan mereka begitu akrab dengan
mayat-mayat yang membusuk dan tertimbun sampah. Sementara tak terlihat
ada pasukan AS yang mau menyentuh kulit jenazah korban tsunami di Aceh.
Tapi kerja para relawan dalam negeri itu sepi dari sorotan media.

Barangkali lembaga-lembaga itu juga tak lagi berpikir soal ekspos dalam
membantu rakyat Aceh. Mereka bekerja hanya dengan rasa ikhlas. Medialah
yang sewajarnya memberi mereka porsi lebih baik supaya kinerja mereka
juga bisa menjadi inspirasi bagi pihak lain untuk lebih ikhlas membantu
korban Aceh.

AS juga bukan menjadi penyumbang terbesar bagi korban gempa dan tsunami
di Aceh. Berdasar data yang dikumpulkan kantor berita AFP pada 2
Januari 2005, sementara ini negara yang paling banyak memberi sumbangan
adalah Jepang, dengan nilai nominal 500 juta dolar AS. Sedang AS, nilai
bantuannya 350 juta dolar AS. Tapi ekspos terhadap AS jauh lebih kuat
dibanding ekspos media terhadap Jepang. Hal lain yang juga
mengkhawatirkan adalah pemberian sumbangan ke Aceh bisa menjadi momen yang
sarat
kepentingan bagi AS. Kekhawatiran ini bukan muncul tanpa alasan.
Operasi AS di Irak yang sampai saat ini terus berjalan, menjadi dasarnya.

Secara resmi, operasi di Irak tersebut dideklarasikan oleh Presiden AS
George W Bush, sebagai operasi untuk memburu senjata pemusnah massal.
Namun pada praktiknya, operasi itu banyak menghancurkan
bangunan-bangunan bersejarah umat Islam, membunuh rakyat sipil, serta
meluluhlantakkan peradaban Muslim Irak. Di sela-sela itu, injil pun
berdatangan masuk
Irak. Situs internet Maranatha Christian Journal menjelaskan bahwa dua
lembaga injil, yakni The United Bible Society dan International Bible
Society sudah membuat injil berbahasa kurdi untuk anak-anak di Irak.
Mereka juga sedang menyiapkan 20 ribu eksemplar buku 365 cerita yang
diambil dari injil untuk dikirim ke Irak. Ternyata, diakui atau tidak, ada
misi
penyebaran agama di balik serangan AS ke Irak yang selama ini
diatasnamakan untuk menghancurkan senjata pemusnah massal.

Praktik seperti ini tidak mustahil berlangsung di Aceh. Seorang aktivis
PKS menceritakan, relawannya yang terjun di Aceh sempat menerima
bantuan yang di dalamnya terdapat kayu salib. Ditambah lagi, Aceh
memiliki nilai penting bagi perkembangan Islam di Indonesia. Karenanya,
kemungkinan adanya niat pengalihan agama yang diusung bersama
datangnya tentara AS ke Aceh perlu terus dipantau. Di balik bantuan
kemanusiaan untuk
Aceh, AS juga bisa menyelipkan kepentingannya soal Selat Malaka. Menteri
Pertahanan AS Donald Rumsfeld di Singapura pada 5 Juni 2004 sempat
menyinggung soal ancaman teroris di Selat Malaka. Panglima Armada
Pasifik AS Laksamana Walter Doran pun menegaskan bahwa pihaknya berencana
memperkuat keamanan laut di Asia dengan informasi yang dapat mengarah
pada pemeriksaan kapal-kapal yang mengangkut kargo mencurigakan di Selat
Malaka.

Namun berkali-kali Malaysia dan Indonesia menolak keterlibatan pasukan
AS di Selat Malaka. Pengiriman pasukan AS ke lokasi tersebut akan
dianggap sebagai pelanggaran kedaulatan. Maklumlah, selat tersebut
menjadi jalur pelayaran yang sangat sibuk. Lewat misi bantuan ke Aceh,
Kapal
Induk Abraham Lincoln angkatan laut AS dari Hongkong pun bisa meluncur
dengan mulus ke Selat Malaka. Sedikitnya 2.200 marinir AS dan
perlengkapannya, ikut bersama kapal itu (AP, 3 Januari 2005). Adakah
mereka akan ditarik kembali begitu misi rehabilitasi Aceh berakhir? Siapa
yang bisa
menjamin? ''Kami hanya membantu tanpa melibatkan agama dan politik,''
begitu kata Powell setiba di Jakarta, Selasa (4/1). Semoga saja yang
dikatakan Powell benar sehingga kekhawatiran adanya kepentingan
tersembunyi di balik misi kemanusiaan bisa dinegasikan. Wallahu'alam.

__________________________________oOo_________________________________
                           Ayat Of The Day:

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung."
        (QS. Ali Imran: 200)

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke