http://www.sinarharapan.co.id/berita/0501/08/opi04.html

Gereja Katolik Hati Kudus di Banda Aceh Tak Tersapu Tsunami

BANDA ACEH - Saya tercengang ketika menyaksikan sebuah bangunan tua masih 
berdiri kokoh, padahal rumah-rumah warga di sekitarnya hancur tersapu oleh 
gelombang tsunami yang maha dahsyat pada Minggu, 26 Desember 2004. Bangunan 
kuno itu tak lain adalah Gereja Hati Kudus, gereja Katolik yang ada di Banda 
Aceh.

Gereja itu terletak hanya 10 meter dari Sungai Krueng Aceh, sungai yang 
membelah Kota Banda Aceh dan membawa air ke darat pada saat gelombang 
tsunami menerjang Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Saya lebih terkesiap lagi saat mengetahui bahwa Pastor Ferdinando Severi, 
pastor di Gereja Hati Kudus yang berasal dari Italia dan berwarga negara 
Indonesia, ternyata juga selamat. Pada hari "Minggu hitam" ketika bencana 
terjadi, ia sedang berada di Meulaboh, Aceh Barat, untuk melayani umat. Ia 
berangkat ke Meulaboh hari Sabtu (25/12).

Menurut sumber SH, banyak orang Nasrani yang membuka posko di lapangan Neusu 
dan di kawasan Matai. Namun, SH belum menemukan data berapa jumlah korban 
dari kaum Nasrani.
Lantas saya pun teringat oleh kidung damai yang dilantunkan di gereja 
tersebut setahun lalu. Petang itu, pada Misa Natal 24 Desember 2003, 
lantunan Adzan Magrib bergema dari Tugu Daerah Modal yang menjadi Menara 
Utama Masjid Raya Baiturrahman, sekitar seratus meter dari gereja.
Di gereja yang dibangun oleh kolonial Belanda itu, ratusan umat Katolik, 
beberapa di antaranya berseragam biru tua (anggota Brigade Mobil), memasuki 
gerbang gereja dengan nyanyian puji-pujian sambil memegang lilin. Prosesi 
Misa pun berlangsung khidmat.

"Perayaan Natal malam ini kita persembahkan untuk perdamaian di Aceh," 
ungkap Ferdinando Severi dari altar Gereja Hati Kudus. Dalam pesan Natal 
itu, Ferdinando menyatakan sudah sepatutnya umat Kristiani bersyukur dan 
bergembira karena diberi kesempatan untuk bernatal.

Pastor paroki yang membawahi zona Meulaboh Aceh Barat, Takengon Aceh Tengah 
dan Lhokseumawe Aceh Utara itu, mengingatkan dalam kondisi Aceh yang masih 
labil, umat Kristiani masih diberi kesehatan untuk berkumpul di gereja yang 
didirikan oleh kolonial Belanda pada tahun 1926 ini.
Gereja Hati Kudus dibangun sekitar tahun 1926 (diresmikan pemakaiannya 26 
September 1926). Gereja kecil dengan dinding berwarna krem itu, memakai 
ornamen kaca warna-warni dan keramik empat warna. Letaknya berada tepat di 
depan Markas Komando Daerah Militer Iskandar Muda. "Gedung Kodam itu dulunya 
bagian dari gereja," ujar Pastor Ferdinando.

Keberadaan gereja dan umat Kristen di Serambi Mekkah ini tidak terlepas dari 
pendudukan Belanda. Diawali pembangunan Kapel Hati Kudus sekitar tahun 1885 
dengan pastor pertamanya, Pastor Henricus Verbraak, SJ, yang tentara 
Belanda.

Seiring berjalannya waktu, jumlah jemaat gereja ini bertambah dan berubah; 
bukan lagi tentara, melainkan masyarakat sipil pribumi dan pegawai 
pemerintah serta pedagang warga Tionghoa. Pada tahun 1970-an, jumlah jemaat 
gereja ini mencapai 800 orang, melampaui kapasitas gereja yang hanya mampu 
menampung 400 orang.

Dalam setiap misanya, Pastor Ferdinando mengaku selalu meminta jemaatnya 
memohonkan perdamaian di Aceh dan mendoakan perdamaian bagi korban yang 
jatuh akibat konflik ini. Kecintaan Pastor Ferdinando terhadap Aceh 
dibawanya ke mana pun ia melangkah, bahkan saat ia menjalani operasi bypass 
jantung di Italia bulan November lalu.

"Saya operasi bypass sampai tiga kali. Saat masuk kamar operasi, saya 
berdoa, 'Tuhan, kupersembahkan hidupku untuk orang-orang Aceh dan 
selamatkanlah mereka'. Selesai operasi, saya langsung pulang ke Aceh. Saya 
tidak tahan (cuaca) dingin di Italia," ujarnya.

Namun dalam kotbah Misa Natal 24 Desember 2003 lalu ia mengatakan, di Aceh 
setiap hari ada tujuh atau delapan orang meninggal akibat konflik. "Ini 
sangat menyedihkan. Mari kita berdoa bagi keselamatan korban-korban konflik 
di Aceh. Sebab Yesus datang untuk kedamaian dan keselamatan manusia," kata 
pastor kelahiran Italia, 19 Desember 1934 itu.

Toleransi
Mengenai keberadaan gereja itu, Yosef Selevinman, Koordinator muda-mudi 
Katolik Gereja Hati Kudus, mengatakan,"Sebelum konflik dan hingga sekarang, 
misa dan perayaan Natal tetap dilakukan".
Pemuda kelahiran Flores Nusa Tenggara Timur ini mengakui tujuh tahun lebih 
tinggal di Banda Aceh, pada awalnya agak waswas. Pasalnya dia berdiam di 
wilayah yang dikenal fanatik Islam.
Malahan sebelumnya, Yosef yang ahli mereparasi sepeda motor itu menduga 
tidak ada gereja di daerah paling ujung barat dari Pulau Sumatera ini. 
Namun, Yosef menemukan fakta yang jauh berbeda dengan didengar atau 
dibaca. "Masyarakat di sini sangat toleran walaupun Aceh dinyatakan berlaku 
Syariat Islam," ungkap pria berpostur sedang ini.

Keyakinan Yosef tidak berlebihan. Blak-blakan dia mengakui, selama perayaan 
Natal, pihaknya tidak pernah meminta pengawalan ketat dari pihak polisi 
untuk mengamankan misa atau perayaan Natal. Memang di depan gereja terlihat 
beberapa truk reo TNI atau polisi yang di badan truk bertuliskan "Allahu 
Akbar" dalam aksara Arab. Tapi itu adalah aparat yang mengikuti kegiatan 
rohani.

Sekitar satu kilometer dari Gereja Katolik Hati Kudus, terdapat Gereja 
Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB). Di sisi kiri GPIB, terdapat Gereja 
Katolik Methodis. Sekitar satu kilometer dari gereja ini, ada gereja HKBP. 
Semua bangunan gereja itu masih utuh.

Kantor Departemen Agama NAD mencatat, di seluruh Aceh terdapat 154 gereja 
dengan rincian di Aceh Barat (2), Aceh Utara (2), Aceh Jeumpa (2), Sabang 
(2), Aceh Singkil (22), Aceh Tenggara (120), Kota Banda Aceh (4). Naasnya, 
di Aceh Singkil, 17 gereja ditutup (13 Gereja Protestan dan 4 Gereja 
Katolik) sehingga tersisa 5 gereja untuk melayani sekitar 5.000 jamaah. 
Penutupan gereja yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat atas desakan 
warga sekitar. Alasannya, gereja tersebut didirikan di permukiman warga yang 
mayoritas muslim.

Namun dalam bencana gempa bumi dan gelombang tsunami lalu, tidak hanya 
bangunan gereja yang utuh. Dari beberapa tinjauan SH di lapangan, di pantai 
Ulele, Lamjaneun serta Lampeuk, bangunan mesjid juga masih berdiri kokoh, 
padahal rumah-rumah warga di sekitarnya hancur. Sebuah bangunan kelenteng 
yang berjarak sekitar 500 meter dari Gereja Hati Kudus, juga masih utuh. 
Entah ini semua pertanda apa. Yang pasti, bencana mengingatkan kita agar 
kembali kepada Sang Pencipta.
(SH/murizal hamzah)

 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke