fyi
----- Original Message ----- 



 Wajah AS di Serambi Mekkah

 Oleh : Irfan Junaidi
 Wartawan Republika

 Setiap menyaksikan televisi dan mengamati koran belakangan ini pasti penuh 
dengan cerita tentang gempa dan tsunami yang menghancurkan Nanggroe Aceh 
Darussalam (NAD), juga sebagian Sumatra Utara. Saat musibah baru terjadi, koran 
dan televisi dipenuhi kisah dan gambar jenazah yang bergelimpangan.

 Kini, gambar seperti itu tak lagi banyak terlihat. Isu Aceh mulai bergeser ke 
soal bantuan, relawan, serta rehabilitasi. Ada hal yang membuat miris saat 
menyaksikan liputan media massa tentang pengiriman bantuan ke Aceh. Pertama, 
media menampilkan begitu gegap gempita bantuan yang dikumpulkan dari berbagai 
kalangan untuk dikirim ke Aceh. Sampai-sampai bantuan di beberapa titik seperti 
Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Bandara Polonia Medan, Iskandar Muda Banda 
Aceh-- dan terakhir Bandara Hang Nadim, Batam-- juga di tempat lain terlihat 
begitu menumpuk.

 Di sisi lain, terlihat begitu banyak pengungsi yang belum sedikit pun menerima 
bantuan itu. Sampai-sampai sempat ada berita tentang pengungsi yang mati karena 
kelaparan (Republika, 30 Desember 2004). Ada juga kisah tentang anak yang terus 
merengek karena kehabisan susu. Ini menunjukkan pengangkutan dan distribusi 
bantuan untuk korban musibah Aceh tak berjalan lancar.

 Hal kedua adalah liputan soal bantuan asing. Koran dan televisi terlihat 
memberi porsi begitu banyak bagi penyaluran bantuan yang datang dari Amerika 
Serikat (AS). Foto yang menggambarkan 'baik budi' pasukan AS yang dikirim ke 
Aceh kerap kali muncul. Tidak ada yang salah dalam peliputan tersebut. Sudah 
sewajarnya, AS sebagai negara adikuasa mendapat banyak perhatian dari media. 
Porsi peliputan yang juga cukup banyak, diberikan kepada negara sekutu AS 
seperti Australia, Inggris, dan Jepang. Semua itu negara besar yang pantas 
mendapat perhatian media.

 Menteri Luar Negeri AS Colin Powell dan Menteri Luar Negeri Australia 
Alexander Downer terlihat datang cukup awal untuk menghadiri Special ASEAN 
Leaders Meeting of Aftermath of Earthquake and Tsunami alias KTT Tsunami. Dua 
mantan presiden AS, George Bush (ayah presiden AS yang sekarang) dan Bill 
Clinton pun diterjunkan untuk menghimpun bantuan dari rakyat AS.

 Sekedar statistik, sejak 1 Januari 2005 (saat bantuan AS mulai datang ke 
Indonesia) sampai 5 Januari 2005 sebanyak 27 foto dan delapan tulisan 
beidentitas AS muncul di enam koran nasional. Masing-masing Suara Pembaruan, 
Media Indonesia, Kompas, Indo Pos, Republika, dan Koran Tempo. Sembilan foto di 
antaranya tampil di halaman satu keenam media tersebut.

 Foto beridentitas AS yang dimaksud di sini adalah foto yang gambar maupun 
caption-nya (keterangan foto) menyebut AS atau menampakkan atribut AS. Sedang 
tulisan beridentitas AS adalah tulisan yang judulnya menyebut AS atau hal lain 
yang maknanya berkonotasi AS. Rinciannya, Suara Pembaruan memuat dua foto (satu 
di antaranya di halaman satu) dan satu tulisan berinisial AS. Media Indonesia 
memuat tujuh foto (dua di antaranya di halaman satu) dan tiga tulisan, Kompas 
lima foto (dua di halaman satu) dan satu tulisan, serta Indo Pos empat foto 
(tiga di halaman satu). Selanjutnya, Koran Tempo memuat enam foto beridentitas 
AS (satu di antaranya di halaman satu), dan Republika memuat tiga foto (tak ada 
di halaman satu) dan tiga tulisan.

 Di khawatirkan, peliputan tersebut kemudian mengubah wajah kebijakan luar 
negeri AS di mata kita. Di Aceh, wajah AS yang diusung para pasukannya terlihat 
sangat 'manis' dan 'humanis'. Bantuan-bantuan yang diterjunkan dari helikopter 
membuat AS terlihat begitu tinggi menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Benarkah 
kebijakan luar negeri AS --terutama yang menyangkut umat Islam-- selama ini 
berwajah seperti itu?

 Siapa di garda terdepan?
 Tulisan ini sama sekali tidak hendak mengajak pembaca untuk menaruh curiga 
yang berlebihan terhadap bantuan yang diberikan AS dan sekutunya kepada korban 
musibah gempa dan tsunami. Tulisan ini hanya ingin mengingatkan bahwa yang 
menjadi motor pemberi bantuan untuk korban Aceh sebenarnya bukan AS dan 
sekutunya.

 Sejak awal kejadian sampai hari ini, organisasi Islam seperti Partai Keadilan 
Sejahtera (PKS), Bulan Sabit Merah, Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C), 
Dompet Dhuafa Republika, juga yang lain tak kenal lelah membantu korban. TNI 
juga ikut berada di garda terdepan dalam membantu korban. Mereka banyak sekali 
terlibat dalam evakuasi jenazah, sebelum pihak lain terjun ke Aceh. 
Tangan-tangan mereka begitu akrab dengan mayat-mayat yang membusuk dan 
tertimbun sampah. Sementara tak terlihat ada pasukan AS yang mau menyentuh 
kulit jenazah korban tsunami di Aceh. Tapi kerja para relawan dalam negeri itu 
sepi dari sorotan media.

 Barangkali lembaga-lembaga itu juga tak lagi berpikir soal ekspos dalam 
membantu rakyat Aceh. Mereka bekerja hanya dengan rasa ikhlas. Medialah yang 
sewajarnya memberi mereka porsi lebih baik supaya kinerja mereka juga bisa 
menjadi inspirasi bagi pihak lain untuk lebih ikhlas membantu korban Aceh.

 AS juga bukan menjadi penyumbang terbesar bagi korban gempa dan tsunami di 
Aceh. Berdasar data yang dikumpulkan kantor berita AFP pada 2 Januari 2005, 
sementara ini negara yang paling banyak memberi sumbangan adalah Jepang, dengan 
nilai nominal 500 juta dolar AS. Sedang AS, nilai bantuannya 350 juta dolar AS. 
Tapi ekspos terhadap AS jauh lebih kuat dibanding ekspos media terhadap Jepang. 
Hal lain yang juga mengkhawatirkan adalah pemberian sumbangan ke Aceh bisa 
menjadi momen yang sarat kepentingan bagi AS. Kekhawatiran ini bukan muncul 
tanpa alasan. Operasi AS di Irak yang sampai saat ini terus berjalan, menjadi 
dasarnya.

 Secara resmi, operasi di Irak tersebut dideklarasikan oleh Presiden AS George 
W Bush, sebagai operasi untuk memburu senjata pemusnah massal. Namun pada 
praktiknya, operasi itu banyak menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah umat 
Islam, membunuh rakyat sipil, serta meluluhlantakkan peradaban Muslim Irak. Di 
sela-sela itu, injil pun berdatangan masuk Irak. Situs internet Maranatha 
Christian Journal menjelaskan bahwa dua lembaga injil, yakni The United Bible 
Society dan International Bible Society sudah membuat injil berbahasa kurdi 
untuk anak-anak di Irak. Mereka juga sedang menyiapkan 20 ribu eksemplar buku 
365 cerita yang diambil dari injil untuk dikirim ke Irak. Ternyata, diakui atau 
tidak, ada misi penyebaran agama di balik serangan AS ke Irak yang selama ini 
diatasnamakan untuk menghancurkan senjata pemusnah massal.

 Praktik seperti ini tidak mustahil berlangsung di Aceh. Seorang aktivis PKS 
menceritakan, relawannya yang terjun di Aceh sempat menerima bantuan yang di 
dalamnya terdapat kayu salib. Ditambah lagi, Aceh memiliki nilai penting bagi 
perkembangan Islam di Indonesia. Karenanya, kemungkinan adanya niat pengalihan 
agama yang diusung bersama datangnya tentara AS ke Aceh perlu terus dipantau. 
Di balik bantuan kemanusiaan untuk Aceh, AS juga bisa menyelipkan 
kepentingannya soal Selat Malaka. Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld di 
Singapura pada 5 Juni 2004 sempat menyinggung soal ancaman teroris di Selat 
Malaka. Panglima Armada Pasifik AS Laksamana Walter Doran pun menegaskan bahwa 
pihaknya berencana memperkuat keamanan laut di Asia dengan informasi yang dapat 
mengarah pada pemeriksaan kapal-kapal yang mengangkut kargo mencurigakan di 
Selat Malaka.

 Namun berkali-kali Malaysia dan Indonesia menolak keterlibatan pasukan AS di 
Selat Malaka. Pengiriman pasukan AS ke lokasi tersebut akan dianggap sebagai 
pelanggaran kedaulatan. Maklumlah, selat tersebut menjadi jalur pelayaran yang 
sangat sibuk. Lewat misi bantuan ke Aceh, Kapal Induk Abraham Lincoln angkatan 
laut AS dari Hongkong pun bisa meluncur dengan mulus ke Selat Malaka. 
Sedikitnya 2.200 marinir AS dan perlengkapannya, ikut bersama kapal itu (AP, 3 
Januari 2005). Adakah mereka akan ditarik kembali begitu misi rehabilitasi Aceh 
berakhir? Siapa yang bisa menjamin? ''Kami hanya membantu tanpa melibatkan 
agama dan politik,'' begitu kata Powell setiba di Jakarta, Selasa (4/1). Semoga 
saja yang dikatakan Powell benar sehingga kekhawatiran adanya kepentingan 
tersembunyi di balik misi kemanusiaan bisa dinegasikan. 

 Wallahu'alam.


----- Original Message ----- 
Sent: Thursday, January 06, 2005 9:21 PM
Subject: BBC E-mail: An opportunity but no guarantee


This story on BBC News Online and thought you should see it.

** Message **
hati-hati bantuan AS = propaganda

** An opportunity but no guarantee **
Colin Powell's visit to tsunami-hit regions of Asia is an opportunity for him 
to soften the perception of US foreign policy in the Muslim world, says Paul 
Reynolds < http://news.bbc.co.uk/go/em/fr/-/1/hi/world/asia-pacific/4148977.stm 
>


** BBC Daily E-mail **
Choose the news and sport headlines you want - when you want them, allin one 
daily e-mail < http://www.bbc.co.uk/dailyemail/ >


** Disclaimer **
The BBC is not responsible for the content of this e-mail, and anything said in 
this e-mail does not necessarily reflect the BBC's views.

If you don't wish to receive such mails in the future, please e-mail [EMAIL 
PROTECTED] making sure you include the following text: I do not want to receive 
"E-mail a friend" mailings.







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke