Dear All,
Sayangnya usaha Syafii Maarif ini tidak tepat waktunya. Indonesia sedang dihujani bantuan dari asing. Sehingga, mau tidak mau, pengadilan Indonesia untuk kesekian kalinya, harus tahu diri, agar bertindak tidak fair lagi dalam kasus ini. Satu hal yang mengagumkan yang ditunjukkan oleh mantan Dubes Ralph Boyce adalah kepatriotismenya. Sikap patriot itu ditunjukkan dengan melakukan penipuan (mati-matian) di depan publik, walau itu, terhadap orang sekelas Syafii, elit politik dan agama, menjadi korbannya. Berbohong, menipu dan melakukan sikap murahan lainnya, sepertinya, merupakan sebuah strategi diplomasi yang tidak perlu dianggap sebagai tindakan tercela lagi. Apa lacur, Indonesia sudah berhasil digambarkan sebagai negara sarang terorisme. Butuh dana trilyunan rupiah untuk membersihkan imej itu. Mari kita telan kepahitan itu bulat-bulat. gleg!!! JM http://kompas.com/utama/news/0501/13/112514.htm Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Ma'arif "membongkar" adanya intervensi Amerika Serikat (AS) dalam penanganan perkara Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Abu Bakar Ba'asyir. Saat memberikan kesaksian pada persidangan yang digelar Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan di Auditorium Departemen Pertanian, Ragunan, Jakarta, Kamis (13/1), Syafii mengungkapkan bahwa mantan Duta Besar AS Ralph Boyce pernah menemui dirinya tanggal 28 Maret 2004 di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam pertemuan tersebut, Boyce meminta Syafii mendekati pejabat- pejabat hukum di Indonesia seperti Kepala Polri dan Ketua Mahkamah Agung (MA) agar tidak membebaskan Ba'asyir dari tahanan sampai dengan pemilihan umum April 2004. Alasan Boyce, Ba'asyir adalah orang yang berbahaya dan dikaitkan dengan Kelompok Jamaah Islamiyah serta terorisme. "Saya katakan kepada Boyce saya tidak mau melakukan. Saya katakan juga bahwa MA itu sudah membebaskan Abu Bakar Ba'asyir, ini (Indonesia) adalah negara yang berdaulat dan saya akan membela kedaulatan negara ini, meski saya berbeda (cara pemikiran) dengan Abu Bakar Ba'asyir," katanya. Kedatangan Boyce ke kantor PP Muhammadiyah awalnya untuk menyerahkan foto Syafii Ma'arif dengan Presiden George W Bush saat bertemu di Bali bulan Oktober 2003. Namun, ternyata Boyce sekaligus menyampaikan permintaan Bush soal Ba'asyir kepada Syafii. "Boyce mencoba menekankan, tapi saya bertahan karena saya melihat ada rekayasa," ungkap Syafii seraya mengatakan bahwa pertemuan tersebut adalah inisiatif Boyce. Syafii kemudian membuka isi pertemuan dirinya dengan Ralph Boyce kepada publik dengan menulis sebuah kolom di Harian <EM>Republika</EM>. Namun, hal itu kemudian dibantah oleh Boyce. "Saya Ketua Umum PP Muhammadiyah, saya tidak bisa berbohong," katanya. Dalam persidangan tersebut, Syafii juga mengungkapkan bahwa secara pemikiran dirinya memiliki banyak perbedaan dengan Ba'asyir. Menurutnya, Ba'asyir memang radikal dalam wacana. "Tapi yang saya tahu dia tidak radikal dalam tindakan," katanya. Di antara perbedaan yang ada dengan Ba'asyir, yaitu soal metode perjuangan serta soal pelaksanaan Syariat Islam. "Hal itu pernah diperdebatkan di Yogyakarta di antaranya saya tidak setuju dimasukkannya tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Soal perbedaaan yang lain selama itu ditegakkan sesuai hukum di negara demokrasi sah-sah saja," katanya. Saat ditanya soal tudingan Ba'asyir ingin menggulingkan pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Syafii mengatakan," Saya pikir hanya orang tidak normal yang mau melakukan hal itu." Sementara mengenai Kelompok Jemaah Islamiyah, Syafii Ma'arif justru mempertanyakan apakah organisasi yang disebut-sebut sebagai kelompok teroris itu benar-benar ada. "Apa buktinya saya pernah minta, tapi tidak pernah ada bukti, mahluk apa itu, tapi kalau terorisme memang ada di sini," ungkapnya. Pada persidangan tersebut Syafii juga mengaku belum pernah melihat buku Pedoman Umum Perjuangan Jemaah Islamiyah, meski telah meminta kepada Kapolri Jenderal (Pol) Da'i Bachtiar. Jaksa kemudian menunjukkan buku tersebut kepadanya. Sampai berita ini diturunkan, persidangan perkara Ba'asyir masih terus berlangsung mendengarkan keterangan saksi-saksi. Fred Burke, bekas penerjemah Presiden AS George Bush, Luthfi Haedaroh alias Ubet, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Eddy Purwanto, dan Yusuf Effendy, tercatat akan memberikan kesaksian dalam persidangan hari ini. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/ 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/