-----Original Message-----

 
 
Laporan tentang 4 orang relawan wanita Tiongkok berjuang di Banda Aceh.

(Berita dari Harian Rakyat Renmin Ribao) Di Banda Aceh, 4 orang anggota tim 
relawan wanita asal Tiongkok masing-masing selalu menarik perhatian. Tiap kali 
mereka melaksanakan tugas pertolongan medis, mereka beserta rekan-rekan prianya 
sama-sama memanggul ransel berat di punggung masing-masing; tiap kali 
menghadapi & mengobati para korban luka akibat Tsunami, raut wajah mereka dari 
awal hingga akhir tak pernah absen dari senyum manisnya.. Ini merupakan kali 
pertama Tiongkok mengirim tim medis wanita untuk bersama-sama relawan 
Internasional lainnya melakukan kegiatan pertolongan.



Berikut adalah pengakuan polos dari mereka :


Wang Xi : Tak Menyia-Nyiakan Kesempatan Yang Diberikan Oleh Negara.
33 Tahun, profesi dokter ahli yang bertugas di unit gawat darurat Rumah Sakit 
Pusat Kepolisian RRT.

"Saya bukanlah seorang yang kaya, juga tak punya kemampuan ekonomi lebih untuk 
membantu korban bencana. Negara memberi saya kesempatan ini, menyediakan 
anggaran bagi saya guna berangkat menuju daerah bencana, menolong penduduk yang 
terluka akibat bencana, bagaimana saya bisa punya alasan untuk tidak melakukan 
kewajiban ini sebaik-baiknya ? " Wang Xi setelah selesai berucap, nampak 
sepasang matanya berkaca-kaca.

Sesaat setelah tiba di Banda Aceh,  ia segera mengobati korban luka-luka selama 
4 jam nonstop tanpa istirahat di tenda posko bandara. Wang Xi yang sudah 
berkiprah sebagai dokter selama 10 tahun pada saat melihat kondisi para korban 
bencana, sangat terharu dan trenyuh: "Begitu banyak warga yang terluka, 
seandainya mereka bisa memperoleh pengobatan lebih dini, masalah yang dihadapi 
mungkin bisa diperkecil. Namun sekarang mayoritas warga yang terluka semuanya 
mengalami infeksi dan bernanah, lukanya harus dibersihkan terlebih dahulu, lalu 
dijahit dan diberi obat baru, bahkan ada yang harus dioperasi. Apabila 
luka-luka mereka terlalu lambat diobati, ada kemungkinan harus dilakukan 
amputasi terhadap beberapa anggota tubuhnya." 

Demi menyelamatkan lebih banyak nyawa para korban luka, selama beberapa hari 
berikutnya, Wang Xi dan rekan-rekan prianya sesama dokter harus sama-sama 
"berjuang" keras. Selama 9 hari, terhitung dia telah mengobati lebih dari 500 
orang.

Di siang hari Wang Xi pergi ke lokasi bencana menolong para korban luka, malam 
harinya ia juga masih amat sibuk. Di antara rekan-rekan sesama timnya, dia 
dikenal karena kecermatan dan ketelitiannya.

Sejumlah besar perlengkapan baik alat-alat maupun obat-obatan, 
dipisah-pisahkannya dalam beberapa puluh kotak besar. Tiap malam, Wang Xi 
selalu berada di tenda sambil menyiapkan dan memilah-milah semua keperluan 
pengobatan yang dimasukkan ke semua ransel rekan-rekan relawan medisnya.

Suatu kali, tiba-tiba terjadi perubahan susunan tim pengobatan, ransel-ransel 
yang sudah terisi rapi, detik itu juga harus dibongkar ulang isinya dan 
disesuaikan lagi. Saat itu udara di dalam tenda sangat panas, di raut wajah 
Wang Xi bercucuran peluh dan keringat.

Sekonyong-konyong ada sebuah pesawat helikopter yang baru tinggal landas dari 
markasnya terbang rendah melewati tenda, kekuatan angin yang begitu kuat dari 
baling-baling helikopter menyebabkan tenda yang didiami Wang Xi terangkat 
seolah-olah mau tercerabut, botol botol cairan infus yang masih tergantung 
seketika jatuh menimpa punggung atasnya, ia jatuh tertelungkup di lantai, 
telapak tangannya mengalami luka lecet-lecet, obat-obatan yang baru selesai 
disusun rapi semuanya berantakan di lantai. Wang Xi segera membalut lukanya 
secara sederhana, lantas tetap meneruskan pekerjaannya sampai larut malam.

Keesokan harinya, anggota tim relawan lainnya dengan mudah menemukan 
obat-obatan yang telah dimasukkan rapi ke dalam ransel masing-masing. Sedangkan 
Wang Xi sendiri akibat kelelahan yang amat sangat sekujur badannya membengkak, 
"raut wajahnya nampak seperti orang obesitas".

Liu Yahua : membawakan senyum ramah Tiongkok untuk daerah bencana.
28 tahun, profesi dokter di unit gawat darurat Rumah Sakit Pusat Kepolisian RRT.

"Beberapa hari ini, yang paling membuat saya gembira adalah tatkala menyaksikan 
anak-anak di daerah bencana sudah mulai melepaskan diri dari penderitaan akibat 
bencana, saya lihat mereka sudah mulai menampakkan gairah kehidupan. Mereka 
adalah semangat untuk membangun kembali daerah bencana ini, senyum dan tawa 
mereka menjanjikan kesempatan kehidupan yang baru."

Liu Yahua yang secara alami bersifat periang sangat menyukai anak-anak. Di 
kalangan tim relawan Internasional Tiongkok dia dijuluki sebagai "Duta Besarnya 
Anak Anak". Pada hari pertama setibanya ia di Banda Aceh, di tengah-tengah saat 
mengadakan pengobatan pertama kalinya, ada seorang anak perempuan Aceh berusia 
kurang lebih 10 tahun bernama Tuti dibawa oleh ibunya menemui Liu Yahua. Liu 
Yahua segera memeriksa kondisi anak ini dengan teliti, kelihatan sekujur tubuh 
anak ini membiru kecoklatan, kulit tubuhnya terluka terkena air laut dan sudah 
terinfeksi. 

Liu Yahua segera membersihkan semua lukanya dan mengganti obatnya. Gadis kecil 
ini mulai tersenyum, berkata kepada ibunya bahwa ia sudah tak begitu merasakan 
sakit lagi. Senyum dan tawa gadis kecil ini sungguh meninggalkan kesan amat 
dalam bagi Liu Yahua. Dia bertekad akan mengupayakan agar lebih banyak lagi 
anak-anak bisa tertawa dan tersenyum.

Di Banda Aceh di lokasi Lhok Nga ada lokasi pengungsian, tiap kali Liu Yahua 
datang mengadakan pengobatan disini, di belakangnya selalu mengekorinya 
suara-suara riuh rendah anak-anak kecil. Nampak sekali di sanubari anak-anak 
itu, Liu Yahua adalah orang yang paling disukai mereka. Tiap kali di 
tengah-tengah proses pengobatan, dia selalu berusaha berkomunikasi dengan 
anak-anak baik dengan kata-kata maupun isyarat tangan, dia selalu tersenyum 
untuk menghibur anak-anak, selain itu juga mengajari anak-anak itu beberapa 
kosa kata bahasa mandarin.

Pada saat ia bersiap-siap meninggalkan mereka, tak sedikit diantara anak-anak 
itu menggandoli tangannya sambil berucap dalam bahasa mandarin : "Zhongguo, Wo 
Ai Ni.."

Ketangkasan dan kesigapan dalam menunaikan tugas yang dilakukan oleh para 
dokter Tiongkok ini sangat mengetuk hati para penduduk di wilayah ini, pada 
saat wartawan ini datang berkunjung sekali lagi ke lokasi ini, banyak warga 
menyunggingkan senyumnya sambil sabar menunggu di depan lokasi pengungsian..

Gao Ge: dengan keahliannya sehingga memperoleh pujian dari anggota relawan 
Internasional lainnya.
28 tahun, profesi perawat di Rumah Sakit Pusat Kepolisian RRT. 

Sebagai seorang peneliti di bidang perawatan medis, keahlian yang dimiliki oleh 
Gao Ge ternyata diakui dan dipuji oleh relawan dari berbagai negara yang 
bertugas mengevakuasi korban luka-luka.

Tanggal 3 Januari, tim relawan medis Tiongkok memperoleh undangan dari para 
relawan evakuasi dari berbagai negara yang berposko di lokasi bandara, untuk 
membantu melakukan tugas merawat para korban luka-luka. Tim evakuasi terdiri 
atas relawan dari  7 negara  diantaranya Tiongkok, Amerika, Australia dan 
sejumlah negara lain. 

Pada siang hari tanggal 4 Januari, helikopter datang mengangkut 6 orang pasien. 
Karena lama terendam air dan kekurangan nutrisi, mereka harus segera memperoleh 
tambahan nutrisi via infus, namun apa daya pembuluh darah mereka sudah 
berkontraksi, sehingga untuk mencari jalur pembuluh darah yang benar di tubuh 
mereka sungguh suatu kesulitan yang luar biasa.

Di tengah kondisi seperti itu, pasien juga berada dalam keadaan bahaya, jika 
jarum infus sampai ditusukkan di tempat yang salah maka akan berakibat fatal. 
Saat itu, beberapa perawat dari berbagai negara hanya bisa saling memandang 
satu sama lain, ada seseorang yang mengajukan usul untuk langsung dievakuasi ke 
tempat lainnya. 

Saat itu Gao Ge yang sedang membantu dokter memeriksa pasien sama sekali tidak 
menampakkan rasa ragu-ragu, sambil menggenggam plester untuk menghentikan 
pendarahan, dengan teliti dicarinya pembuluh darah di tubuh pasien, kemudian 
dikeluarkannya jarum infus, dengan satu kali tusuk langsung tepat di pembuluh 
darah pasien ! 

Demikianlah selanjutnya 3 pasien sekaligus sukses beruntun memperoleh cairan 
infus dengan cara yang sama satu kali tusuk. Beberapa perawat yang berbeda 
warna kulit saat itu sambil terbelalak memandang ke arahnya, mereka sampai 
sulit berkata-kata, beberapa orang dokter di ruang itu serempak memuji : "Very 
Good" ! 

Seiring dengan kedatangan petugas / relawan medis secara terus-menerus ke Banda 
Aceh, kekurangan tenaga dokter nampaknya bisa teratasi, namun kekurangan tenaga 
perawat merupakan masalah yang sangat memusingkan departemen kesehatan setempat 
terutama rumah sakit yang terkait. 

Gao Ge diundang oleh perawat lokal guna memberikan bimbingan kepada mereka 
secara kilat. Gao Ge berkata : "Pada saat seperti itu, saya sudah lupa berapa 
banyak orangnya, saya hanya berpikir apa yang saya kuasai dan mengerti sebisa 
mungkin saya ajarkan kepada mereka .. "

Wu Min : Hati Kasih Tak Mengenal Batas-Batas Negara
27 tahun, profesi perawat di Rumah Sakit Pusat Kepolisian RRT.

Tanggal 8 Januari, di sebuah rumah sakit di Banda Aceh, seorang bayi yang baru 
berusia 8 hari diserahkan kepada Wu Min. Dia merupakan pasien yang menderita 
kekurangan nutrisi yang parah, juga merupakan pasien termuda yang dirawat oleh 
tim relawan medis asal Tiongkok.

Memandang ke sosok tubuh mungil nan kurus dan kulitnya yang keriput itu, hati 
Wu Min merasa sangat iba " Untuk bayi-bayi yang dilahirkan tepat di saat saat 
bencana Tsunami melanda, kehidupan manusia sungguh dipenuhi cobaan." Setelah 
membantu dokter mengobati bayi tersebut, dengan sangat hati-hati Wu Min memberi 
susu bayi kepada bayi itu. Setelah bayi itu cukup kenyang, barulah dia bisa 
menghela napas lega ..

Bayi itu adalah salah satu dari sekian banyak bayi dan anak-anak yang 
diserahkan kepada Wu Min untuk dirawat. Jangan memandang bahwa dia termasuk 
paling muda di antara tim relawan medis asal Tiongkok, sesungguhnya dia sudah 
berprofesi sebagai perawat semenjak 5 tahun silam, boleh dikata dia sudah cukup 
kenyang pengalaman.

Pada tahun 2003 saat wabah SARS melanda, dia juga termasuk salah satu dari 
barisan perawat yang berada paling depan. "Bencana Tsunami disini dengan wabah 
SARS di Tiongkok, sama-sama merupakan musibah yang besar bagi umat manusia." 
Begitulah Wu Min yang selama karirnya menghadapi 2 kali bencana besar, apapun 
yang dikatakannya, begitu pula dilaksanakannya.

Suatu kali, di tengah-tengah tim evakuasi dari berbagai negara, Wu Min melihat 
seorang anak yang patah tulang paha kanannya dan lama terendam air. Segera ia 
membawakan makanan dan air, dengan pelan-pelan ditegakkannya anak itu, sedikit 
demi sedikit disuapinya makanan. Ayah dari anak itu melihat Wu Min begitu penuh 
perhatian, dengan jari-jarinya ia memberi isyarat kepada Wu Min bahwa 
sebelumnya ia punya 5 anak, dan kini hanya tersisa 1 anak di depannya ini yang 
masih selamat. 

Sembari demikian wajah ayah dari anak itu tenggelam dalam kesedihan, tak terasa 
Wu Min pun juga merasa air mata hangat mengalir dari kelopak matanya. Justru 
pada saat itu, tanah tiba-tiba mulai bergetar, sisa-sisa gempa bumi terjadi 
lagi. Anak itu dengan panik mulai berteriak ketakutan, Wu Min segera mendekap 
anak itu dan memeluknya erat-erat...

Di Banda Aceh, bencana maha dahsyat menyebabkan korban jiwa dan luka-luka 
demikian besar, begitu banyak penduduk yang mengalami luka di tubuhnya, hati 
dan pikiranpun dipenuhi bayang-bayang ketakutan.

Dalam kondisi seperti itulah, meskipun bahasa dan komunikasi kadang menjadi 
kendala, namun Wu Min tetap yakin : "Hati kasih tak kenal batas negara, hanya 
dengan hati tuluslah, warga di lokasi bencana dapat merasakannya !"

(<< ditulis oleh wartawan khusus Harian Rakyat Renmin Ribao yang bertugas di 
Indonesia. Zhao Yahui)

Dikutip dan diterjemahkan dari Harian Qiandao Ribao terbitan Surabaya edisi 17 
Januari 2005.   



 












[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to