http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2005012823140738

  Sabtu, 29 Januari 2005

      100 HARI SBY-KALLA

      Pemerintah Kehilangan Jejak Arah Gebrakan
     
      DOMINASI Muhammad Jusuf Kalla (MJK) terhadap Susilo Bambang Yudhoyono 
(SBY) kian menonjol akibat penggumpalan tiga kekuatan di tangan sang Wakil 
Presiden, yakni sebagai politikus, pengusaha, dan penguasa. Kompetisi, bukan 
koordinasi yang saling mengisi, antara mereka dapat membahayakan kelangsungan 
pemerintahan yang berlanjut menjelang Pemilu 2009.

      Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (PAN) yang mantan 
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mohammad Amien Rais mengungkapkan 
kegusarannya perihal fenomena 'Inul politik' yang mulai menghinggapi Presiden 
Yudhoyono karena tiadanya gebrakan spektakuler hingga pemerintahan berusia 100 
hari.

      Berikut nukilan wawancara Media Indonesia dengan mantan calon presiden 
pasangan calon wakil presiden Siswono Yudo Husodo ini di kediamannya yang asri 
Kompleks Taman Gandaria Blok C-1, Jakarta Selatan, Rabu (12/1) lalu.

      Bagaimana pandangan Anda selama 100 hari pemerintahan Susilo Bambang 
Yudhoyono?

      Saya berusaha seobjektif mungkin menilai sepak terjang 100 hari 
pemerintahan Yudhoyono-Kalla. Pertama, tidak muncul gebrakan yang spektakuler, 
sifatnya masih mikro atau kecil-kecil, lebih banyak bersifat kosmetik. 
Misalnya, memindah pesakitan dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang ke Nusa 
Kambangan lebih bersifat simbolik saja, tidak terdapat substansi hukum sama 
sekali. Atau berbagai perlakuan terhadap pasien atau orang sakit dari kaum 
miskin untuk mendapatkan keringanan. Atau juga, buku-buku pelajaran yang akan 
dipakai sampai beberapa tahun ajaran mendatang. Sudah lumayan bagus tapi secara 
menyeluruh kita kehilangan jejak arah gebrakan itu.

      Kedua, yang muncul di permukaan adalah banyak musibah, bencana, dan 
kecelakaan. Sehingga, andaikata yang cukup positif muncul di benak publik 
adalah berbagai peristiwa yang menyedihkan tersebut pastilah di luar kemampuan 
Yudhoyono. Memang banyak sekali rangkaian musibah, bencana, dan kecelakaan 
menghiasi berita menjelang 100 hari.

      Ketiga, dengan segala kehati-hatian saya harus katakan bahwa antara 
Yudhoyono-Kalla bukan terjalin koordinasi yang saling mengisi, tetapi malahan 
kompetisi yang membahayakan. Tampak sekali yang 'nomor dua' terlalu menonjol 
dari yang 'nomor satu'. Bahkan ketika terpeleset mengeluarkan keputusan wakil 
presiden yang sesungguhnya tidak bisa dibela, Kalla masih juga membela diri 
dengan mengatakan tidak masalah. Bagi publik, ini menunjukkan telah terjadi 
centang-perenang koordinasi antara keduanya.

      Keempat, saya sedikit mencium bahwa selama ini yang dinomorsatukan justru 
bukan kepentingan rakyat banyak, tetapi malah kepentingan bisnis 
kelompok-kelompok tertentu. Saya tidak usah menyebutkan kelompok mereka. Tapi 
tampak sekali dari cerita-cerita yang saya dengar seolah terjadi permainan Orde 
Baru jilid reformasi. Masih sama langgam permainannya, yang berganti cuma nama 
orang, 'baju' kelompok yaitu kolusi antara penguasa dan pengusaha. 'Sindrom 
pengusaha' ini tidak akan berdampak bagus buat kepentingan rakyat.

      Kelima, saya yakin seperti banyak dikhawatirkan orang, jangan-jangan 
telah lahir fenomena 'Inul politik'. Inul Daratista adalah sebuah fenomena di 
dunia hiburan yang melejit sangat cepat tapi juga menghilang secara cepat. Saya 
tidak pernah mengharapkan fenomena Yudhoyono bagaikan 'Inul politik'. Tapi 
mumpung masih agak segar dan kepercayaan rakyat masih tersisa lumayan banyak 
hendaknya semua janji, semua komitmen jangan menjadi komoditas politik belaka. 
Sekarang waktunya to get the job done, yaitu melaksanakan janji dan komitmen 
menjadi kenyataan sejauh yang mereka mampu.

      Ini juga akibat dukungan kabinet, kementerian, dan jajaran birokrasi yang 
lemah?

      Hulu semua permasalahan berangkat dari pucuk piramida kepemimpinan 
nasional. Kefatalan bermula ketika Kalla diizinkan Yudhoyono menjadi ketua umum 
Partai Golkar. Jusuf Kalla bukan seorang malaikat, dia manusia biasa. Ketika 
menjadi ketua umum Partai Golkar, selain terdapat kelemahan yang built in yaitu 
tiga kepentingan bertumpuk di satu tangan sehingga pelaksanaan tiap kepentingan 
tidak maksimal-kepentingan bisnis Kalla, kepentingan sebagai ketua umum yang 
harus membesarkan partai untuk Pemilu 2009, dan kepentingan wakil presiden yang 
mesti mengabdikan diri demi kepentingan seluruh rakyat-di pihak lain akan lahir 
kenyataan manusiawi dalam diri Kalla, tentu ia merasa lebih kuat dari Yudhoyono.

      Kalla mengontrol 120-an anggota DPR di Senayan, sementara Yudhoyono 
secara teoretis hanya mengontrol kurang dari 60 orang. Sehingga secara politis, 
'tangan' Kalla lebih mencengkeram dari Yudhoyono. Kendati mereka mencoba 
mengingkari tetapi secara politis psikologis pasti perasaan tersebut tidak 
terhindarkan.

      Ketika silang pendapat di antara kedua tokoh ini maka yang merasa 
memiliki dukungan lebih kuat di Senayan cenderung memenangkan pendapat sendiri. 
Ini yang sesungguhnya sekelebat, mula-mula dianggap baik karena dengan ketua 
umum Partai Golkar dipegang wakil presiden maka stabilitas pemerintahan 
terjaga, yang sebenarnya bisa keliru karena untuk jangka panjang malah membawa 
labilitas.

      Guna mempersiapkan regenerasi kepemimpinan pusat Partai Amanat Nasional 
(PAN), Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PAN ini pernah mengadakan diskusi dari 
hati ke hati dengan mengundang sekitar 40 generasi muda PAN, di sebuah Hotel 
Intercontinental, Jakarta, Kamis (9/12) lalu. Setelah pertemuan, dia mengatakan 
secara resmi akan mundur sebagai ketua umum partai yang dideklarasikan di 
Jakarta, 23 Agustus 1998, itu pada kongres ke-2 di Semarang, 7-10 April 2005.

      Sempat muncul keberatan, namun setelah didiskusikan para senior dan 
junior sepakat melepas Amien. Karena pemimpin pusat PAN harus diganti dengan 
yang lebih muda, ia mempersilakan kader-kader fajar menyingsing mengambil alih 
kepemimpinan pusat secara demokratis. "Seorang pemimpin yang arif tidak boleh 
kalah dengan perjalanan matahari," ujarnya.

      Menghadapi realitas itu apa yang harus dilakukan Yudhoyono?

      Saya tidak bisa menjawabnya, saya tidak tahu. Yang jelas bisa kita baca, 
misalnya belakangan banyak pengusaha, banyak kelompok kepentingan yang check in 
ke Kalla dan check out ke Yudhoyono. Ini gambaran sederhananya. Artinya, 
kekuatan politik bergeser, mulai menggumpal di wakil presiden dan mulai 
mengempis di presiden.

      Karena itu, dualisme kebijakan nasional tidak saja terjadi dalam konsep 
dan teori mungkin dalam kenyataan juga menjadi lebih konkret lagi. Padahal 
dalam teori sistem presidensial, terdapat pengertian mendasar kalau seluruh 
masalah nasional, mulai dari ekonomi, politik, sosial, pertahanan keamanan, 
hingga ilmu pengetahuan dan teknologi berakhir di meja presiden. Jadi, presiden 
instansi terakhir pengambilan keputusan.

      Meminjam kata-kata Harry S Truman, mantan presiden Amerika Serikat, yang 
sangat terkenal The buck stops here, bermakna dolar berhenti di meja presiden 
atau semua urusan tidak lagi diserahkan ke pihak yang berada di samping, di 
belakang, atau di atas presiden. Presidenlah yang memegang komando tertinggi. 
Sekarang sudah terasa kekuatan di pucuk piramida tidak menyatu, tapi saling 
berkompetisi.

      Yudhoyono perlu mengambil langkah radikal?

      Saya tidak tahu bagaimana caranya. (Amien meminta pernyataan lanjutan off 
the record). Bargaining Kalla sekarang terutama 'I am the chairman of Golkar 
Party'. Akhirnya kocar-kacir toh.

      Dampak paling buruk jika keadaan berlarut-larut?

      Fenomena Inul politik menjadi kenyataan. Popularitas Yudhoyono semakin 
turun. Kini sudah terasa ia kehilangan popularitas. Setelah 100 hari nanti 
kehilangan karisma, prahara kritik akan banyak sekali.(Ims/P-3)
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke