Kasih Sayang, Relaksasi Mujarab bagi Korban Tsunami
DI samping pendopo Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, terdapat deretan tenda yang tiap hari dipenuhi relawan maupun korban tsunami. Begitu ada orang yang masuk ke tenda, dari kejauhan terlihat orang-orang bule berseragam kuning mempersilakan tamunya telungkup di pembaringan. SEPERTINYA bule- bule itu melakukan praktik "pijat" di bawah tenda tersebut. Lalu, mengapa para bule itu jauh-jauh dari negerinya hanya bekerja jadi tukang "pijat"? Jangan salah, mereka bukan tukang pijat biasa. Mereka adalah relawan International Scientology Assist Team. Para relawan yang didominasi dari Australia itu berada di Aceh untuk membantu pemulihan trauma para korban tsunami. "Apakah Anda ingin diterapi," begitu sapa ramah seorang relawan kepada tiap tamu yang masuk. Semua tamu yang benar-benar menginginkan terapi atau hanya sekadar mencoba metode terapi ini bisa mencobanya, gratis tentu saja. Harry William Crowford, relawan International Scientology Assist Team dari Sydney, Australia, mengatakan, selain melakukan relaksasi metode assist bagi korban bencana, International Scientology juga melatih para relawan agar memiliki keterampilan melakukan terapi assist. "Perwakilan dari korban juga bisa dilatih agar nanti bisa menerapi korban lainnya ketika pulang," kata Crowford. Ia menegaskan, terapi assist memang seperti memijat, tetapi sebenarnya bukan memijat, lebih tepat jika dikatakan sebagai memberikan sentuhan. Sentuhan-sentuhan itu diberikan pada sekeliling tubuh untuk mengangkat elemen-elemen spiritual menuju kesembuhan. Terapi akan membantu memulihkan trauma psikologi para korban bencana yang selamat, yang biasanya mereka merasa putus asa dan mengalami disorientasi lingkungan. Crowford mengatakan, para relawan juga telah memberikan pelatihan kepada relawan lainnya yang ingin belajar. Mulai dari psikolog, mahasiswa, hingga juru dakwah jemaah tablig. Pria-pria berjubah dan berjanggut hampir tiap hari bisa ditemui di posko tersebut. Setelah bisa melakukan relaksasi, mereka ikut membantu merelaksasi pasien yang datang ke posko itu dan ketika pulang, mereka juga akan merelaksasi para korban bencana lainnya di tempat berbeda. Fenomena itu menarik perhatian para wartawan karena terbukti relawan lintas agama, ras, dan negara bisa bersama- sama memberikan terapi untuk para korban tsunami. RIBUAN korban tsunami yang selamat kini membutuhkan terapi untuk memulihkan dan menenangkan pikirannya. Di antara sistem terapi yang kini mudah diterapkan para relawan adalah relaksasi sistem assist. Menurut International Scientology di situs internetnya, www.scientology.org, teknik assist dikembangkan L Ron Hubbard, pendiri scientology. Teknik assist sebenarnya sederhana dan bisa dilakukan siapa pun untuk menghilangkan rasa stres dan rasa sakit secara fisik, termasuk juga menyembuhkan perasaan bingung dan kehilangan orientasi. Dilaporkan, setelah para korban menjalani terapi, beberapa "keajaiban" terjadi. Para korban merasa lebih fresh, seperti baterai yang selesai di- charge. "Korban yang selesai diterapi akan kembali bisa tersenyum," kata Crowford. Psikolog, yang juga Direktur Eksekutif Yayasan Psikodista, Nur Janah Nitura mengatakan, lembaganya kini juga memberikan pelayanan penyembuhan trauma dengan menggabungkan teknik assist untuk relaksasi. "Kami belajar teknik ini dari International Scientology juga," katanya. Psikodista sudah berdiri sejak tahun 1988 yang bergerak dalam mendampingi usaha kecil serta rehabilitasi psikologis korban konflik. Pascatsunami, Psikodista ikut membuka trauma center dan memberikan pelayanan gratis kepada para korban. Psikodista melakukan "jemput bola" dengan mendatangi lokasi pengungsian dan penampungan anak-anak untuk diterapi. Psikodista tidak hanya melakukan relaksasi, tetapi juga melakukan layanan konseling, konsultasi, dan menjadi kawan curhat bagi para korban tsunami yang selamat. Menurut Nur, dari beberapa pengalaman memberikan terapi, lembaganya kini memiliki metode yang dirasa tepat untuk menyembuhkan trauma korban tsunami. "Salah satu metode itu memasukkan relaksasi model assist untuk mereka, dan ternyata berhasil," katanya. Seperti halnya International Scientology, Psikodista juga melatih relawan lainnya yang ingin mendampingi para pengungsi korban tsunami. "Kami akan berbagi pengalaman kepada relawan agar mereka memiliki keterampilan mendampingi pengungsi sekaligus bisa memberikan konseling untuk memulihkan trauma para korban," kata Nur. Tidak hanya International Scientology dan Psikodista yang kini sedang menggelar trauma center. Belasan hingga puluhan lembaga dan bahkan relawan secara personal kini menyumbangkan keahliannya untuk memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada para korban tsunami yang selamat. SEBENARNYA, apa sih yang membuat metode assist yang sederhana itu menarik perhatian? Apakah karena menawarkan "pijat" gratis? Kompas sempat merasakan terapi yang dilakukan salah satu didikan relawan International Scientologi, M Ikhsan Tualeka. Ikhsan, yang mengaku Ketua Front Aksi Mahasiswa Jawa Timur, adalah relawan di Banda Aceh yang bekerja untuk mengajar dan mendampingi anak- anak. Setelah dilatih selama satu hari, dia memiliki keahlian merelaksasi pasien. Teknik "memijat" yang diperagakan Ikhsan memang sederhana, tetapi mampu memberikan kesan berbeda pascaterapi. Begitu datang, pasien disuruh telungkup. "Pejamkan mata, Bang, tenangkan pikiran, rileks saja," kata Ikhsan memulai merelaksasi. Jari-jari Ikhsan ternyata tidak memijat. Dia hanya memberikan sentuhan, meletakkan tangannya di punggung begitu saja dan srett., dia kemudian menariknya dengan halus ke arah kaki. Begitu juga yang dia lakukan terhadap tangan. Tiga kali Ikhsan menyuruh telungkup dan kemudian telentang. Tiga kali juga Ikhsan merelaksasi bagian-bagian tubuh, seperti punggung, pinggang, kaki, dan tangan. "Hasil dari terapi ini bergantung pada konsentrasi untuk menenangkan pikiran dan sugesti pasien," kata Ikhsan. Serupa dengan prinsip tersebut, Indonesia sebenarnya memiliki teknik assist versi lain yang bisa digunakan untuk terapi. Secara tradisi, Indonesia telah mengenal pijat atau urut atau pengobatan alternatif lainnya yang bisa digunakan sebagai sarana memberi perhatian dan kasih sayang kepada korban bencana. Masalahnya, modal itu tak diberdayakan sebagai sistem terapi psikologis. Di balik berbagai teknik relaksasi, sebenarnya obat paling mujarab untuk terapi itu bernama "perhatian dan kasih sayang". Indonesia sering mengabaikan jenis "obat" ini. Namun, bagaimana jika Indonesia mengaku telah memberikan "obat" itu, tetapi ternyata gagal juga? Tidak ada jalan lain kecuali lipat gandakan dosisnya. (Amir Sodikin) http://www.kompas.com/kompas-cetak/0501/30/Geliat/1512234.htm [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/