hi..hi..saya mau menghakimi lagi nih, mbak Listy kayak mpok Hindun 
di Bajaj Bajuri yang selalu mendahului perkataan dengan,"maaf 
ya...?" tapi kalau mbak Listy (selalu???) mendahuluinya 
dengan,"terimakasih...". But it's positive attitude. I like it.

Saya tak keberatan dikatakan menghakimi, karena kenyataanya didunia 
ini diperlukan hakim-hakim (orang yg kerjanya menghakimi)...:-). Toh 
saya menghakimi hal tsb hanya sebagai salah satu sebab, bukan satu-
satunya sebab.

Saya sudah simak kok mbak dari sebelum menuliskannya.
Pertanyaan yang kemudian timbul adalah,"apa bedanya menghakimi 
dangan mengeluarkan pendapat?", kalau demikian?
Mohon pencerahan.

wassalam,
--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Listy" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> 
> Terimakasih.. :)
> 
> tapi ada baiknya jangan menghakimi, coba simak tulisan ini,
> "Pada masa sekarang, salah satu sebab mengapa banyak wanita 
> menggugat cerai adalah karena wanita merasa mempunyai 
> penghasilan (lebih) sehingga lebih mandiri."
> 
> karena ujian kesabaran, tak pernah berhenti..
> selesai satu, akan datang yang lainnya.. :)
> 
> wassalam,
> 
> 
> -----Original Message-----
> From: Lina Dahlan [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> 
> Nimbrung ah,
> 1) yang diramaikan orang adalah menuntut (mendapatkan) hak. Ada 
gak 
> yang menuntut (memberi) kewajiban?. Enggak ada ya? Mungkin itu 
yang 
> menyebabkan didunia ini ada HAM tapi gak ada KAM.
> 
> 2) Kalau saya menangkap ayat2 ttg hal ini adalah sbb:
> Dalam hal beribadah dan berbuat kebaikan hak dan kewajiban pria 
dan 
> wanita adalah sama. Wanita egga usah ngiri karena pahala syahid 
> dalam peperangan yg didapat pria karena wanita bisa mendapatkan 
> pahala sebesar syahid di dalam mengurus rumah tangganya di rumah. 
> Dalam hal mendapatkan Hak pendidikan, kesempatan kerja, dll adalah 
> juga sama antara pria dan wanita walau tetap saja ada 
keterbatasan2 
> karena kodrati wanita/pria. Namun ketika bicara tentang kewajiban 
> istri untuk mengais rizki/nafkah, saya masih ragu. Tentu saja ini 
> semua ini kalau situasinya dalam keadaan normal lho. Karena kata 
> wajib itu mengandung suatu kekuatan hukum kalau tidak dilakukan 
maka 
> akan dosa bagi wanita tsb. Apa iya?
> 
> Pagi ini saya tercenung dengan Buku Hariannya Cak Nun. Ada dua hal 
> yang tabu dipermasalahkan dalam rumah tangga bagi suami istri, 
yakni 
> masalah uang (ekonomi) dan seks. Bagi cak Nun, uang hasil jerih 
> payahnya semua dia serahkan kepada istrinya. Mau lebih..mau 
> kurang..istri diberi kebebasan penuh untuk mengelolanya dengan 
tidak 
> boleh mengeluh. Dengan diberi kebebasan itu, istri akan merasa 
> tersanjung dan akan terus menggali ilmu untuk bersikap bertanggung 
> jawab. Dengan sendirinya akan ada batasan-batasan yg timbul dari 
> kebebasan itu. Jadi, yang membuat manusia itu bijak (?) adalah 
bukan 
> kebebasan, tapi karena adanya batasan. Mungkin istilahnya adalah 
> kebebasan yang bertanggung jawab???
> 
> Lalu saya bandingkan dengan wanita bekerja. Karena merasa turut 
> mencari nafkah, tentu saja kita merasa punya andil yang sama dalam 
> mengatur rumah tangga. Urusan rumah tangga bukan lagi monopoli 
> wanita, pria juga harus terlibat (nyuci pakaian/piring, 
> nyapu/ngepel, buat susu bayi, ganti popok bayi dll). Selama hal 
ini 
> tidak mempengaruhi superioritas yang satu terhadap yang lain, saya 
> rasa ini tidak masalah. Masing-masing harus menyadari bahwa hak 
dan 
> kewajiban itu telah bergeser dengan ada kesempatan istri mencari 
> nafkah pula. Namun yang menjadi pertanyaan saya pada masa sekarang 
> ini, apa kah wanita karier bisa tetap setia & hormat kepada suami 
> andai suami tidak berpenghasilan? Sedang kalau kita balik 
> pertanyaannya apakah suami karir bisa tetap setia kpd istri yang 
> tidak berpenghasilan, kok kayaknya gak perlu dijawab ya?
> 
> Pada masa sekarang, salah satu sebab mengapa banyak wanita 
menggugat 
> cerai adalah karena wanita merasa mempunyai penghasilan (lebih) 
> sehingga lebih mandiri. Jadi memang telah terjadi pergeseran 
nilai. 
> Mengapa kita tidak berusaha menggeser nilai-nilai tsb kembali 
kepada 
> ajaran yang fitrah? Katanya, teori keadilan menurut syariah Islam 
> adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya (pada proporsinya). Nah 
> tinggal kejujuran hati, dimana tempat kita sebenarnya. Andai saja 
> pria dan wanita masing-masing jujur...ooh...alangkah indahnya 
hidup.
> 
> wassalam,





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke