Saya ingin bantu Ade Kimhook yang mungkin kurang ada waktu menemukannya. Ini sudah saya postingkan juga ke milis Apakabar. Kalau masih kurang yakin, saudara Ari Condro bisa menanyakan langsung pada Pak Kyai Ali Aziz yang lengkap identitasnya, ada nama, jabatan, alamat kantor bahkan no.telponnya. Berita ini sudah disiarkan di Balipost online, yang saya ambil dari sana, beserta nama wartawannya. Juga kapolsek yang menanganinya. Selamat membaca dan saya ingin juga mendengar tanggapan saudara mengenai peristiwa ini. Di milis Apakabar ramai sekali.
Salam, martha jan ======================================================== Dari milis debat islamkristen From: Ali Aziz <[EMAIL PROTECTED]> Date: Thu Jan 27, 2005 10:24 am Subject: Kasus Pura Buleleng jilid II - Buat Sdr Wayan Ilham Assalamu'alaikum Wr. Wb Saya Muhammad Ali Aziz, karena kebetulan saya mengajar sejarah Islam baik kelas reguler maupun Pasca Sarjana di IAIN Sunan Ampel, Jl. Ach. Yani 117 Surabaya 60237 dengan telp 31 841 0298. Selain mengajar di tempat tersebut, saya juga adalah dosen tamu (dosen terbang) di Bali untuk beberapa Universitas dan Sekolah Tinggi di Bali. Pekerjaan tersebut telah saya jalani sekian lama, maka dari itu budaya dan karakter orang Bali saya sangat memahaminya. Membaca tulisanmu mengenai kasus pembakaran Pura yang terjadi di Legian, sebenarnya saya ingin menanggapi lebih awal, tetapi karena keterbatasan waktu maka malam ini saya mencoba untuk menanggapinya, semoga berkenan. Untuk saudara Wayan Ilham, setelah membaca beberapa tulisanmu, terutama yang terakhir mengenai Pura Legian ini, saya tahu bahwa karakter seorang Bali melekat padamu, yaitu menceritakan suatu masalah hanya pada intinya, sedangkan hal-hal yang cukup kontroversial, anda tidak menceritakannya, saya mengerti hal ini adalah untuk menjaga perasaan orang lain, atau anda tidak mau polemik tersebut berkepanjangan. Sebagai dosen tamu di Bali, saya sendiri juga sering sekali menerima pertanyaan atau laporan yang "tidak nyaman" dari civitas akedemi di Bali maupun dari mahasiswa yang mengikuti kuliah saya. Contohnya salah satu adalah mengenai kasus Pura Legian tersebut. Memang masalah ini agak meresahkan, dan baiknya saya ceritakan sedikit dari awal mengenai hal-hal yang tidak anda ceritakan. Mulanya memang tanah kosong tersebut adalah milik orang Bali di Legian, tanah tersebut kemudian dihibahkan kepada seorang temannya yang keturunan Jawa karena melihat temannya tersebut hidupnya memprihatinkan. Tanah tersebut mulanya didirikan sebagai warung makanan. tetapi setelah berlalu 2 tahun, mungkin kurang laku atau apa, orang jawa tersebut kemudian mengalihkan lagi ke pihak lain, sedangkan dia sendiri bersama keluarganya kembali ke Jawa setelah mendapatkan dana dari hasil jual tanah tersebut. Masalah memang muncul, tahu-tahunya ditempat tersebut bediri sebuah bangunan mesjid yang dalam tahap awal. Padahal daeah tersebut memang adalah tanah sakral bagi orang Bali sendiri. Memang pendirian mesjid tersebut "sedikit" meresahkan warga sekitarnya, karena selain jalan di depan mesjid tersebut dijadikan tempat "jala uang", musik atau azan yang "terlalu keras" atau anak kecil dikerahkan mendekati turis- turis asing untuk meminta sumbangan pembangnan mesjid. Dan saya tidak tahu dari mana anak-anak tersebut belajar, jika turis tidak mengerti apa yang diminta anak tersebut karena komunikasi tidka bisa jalan, atau tidak dihiraukan, maka anak-anak tersebut menunjukkan jari tengah sambil berteriak F... Y..., suatu kata yang sangat tidak sopan. Mungkin hal tersebutlah yang membuat penatua agama Hindu Bali merasa tersinggung dan juga masyarakat sekitar merasa tidak nyaman karena gangguan-gangguan suara lodspeaker. S Selanjutnya saya tidak perlu ceritakan lagi, karena telah anda ceritakan melalui tulisanmu. Saudara Wayan, saya ingin menjelaskan tentang beberapa keadaan yang terjadi tersebut. Seperti misalnya FPBM, saya pernah bertemu dengan pengurusnya dan menanyakan, mengapa kata Pengislaman tersebut dipakai, karena berbau "ektrim" dan sedikit menakutkan. Pengurus tersebut mengatakan bahwa kata itu dipilih berdasarkan kesepakatan bersama anggota, jadi nama itulah yang dipakai. Dan menurut pengamatan saya, FPBM ini adalah cerminan sekelompok anak muda yang ingin menonjolkan keberadaan mereka dengan memakai nama yang "keren" Mengenai orang Jawa yang tinggal di Bali, saudaraku Wayan, bahwa pada umumnya mereka ke Bali sebagai pekerja perkebunan di era tahun 70 an dan kemudian yang datang juga adalah para pekerja yang menjual tenaga mereka. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa umunya pendidikan mereka tidak tinggi, dan dimana juga orang yang dari suku yang sama lebih senang membentuk komunitas mereka sendiri, sehingga terjadilah kampung-kampung Jawa di Bali Jadi biasanya untuk orang yang demikian mereka mempunyai solidaritas yang tinggi sekali baik mengenai suku maupun agama. Jadi mereka sangat mudah sekali diprovokasi oleh pihak lain yang tidak bertanggungjawab atau terprovokasi atas isyu yang belum tentu benar. Di era tahun sebelum 2000, saya sering mengundang AA Gym untuk memberikan ceramah-ceramah yang sejuk di kampung-kampung Jawa tersebut. Tetapi sayangnya sekarang AA sudah cukup tenar dan sibuk dengan dakwah di televisi sehingga tidak ada waktu lagi untuk berkunjung Sebenarnya diantara kami , misalnya Gus Solah (Salahuddin Wahid, AA, Imron dan beberapa orang lainnya berpendapat bahwa Islam sekarang di Indonesia menjadi terlalu "merah", maka tidak bosan-bosannya kami memberikan dakwah yang berisifat sejuk, meneduhkan dan mengajak tidak mudah mengikuti pancingan segelintir yang mengatasnamakan Islam yang sebenarnya tujuannya untuk merusak ajaran agama Islam. Saudara Wayan, karena surat ini saya tujukan kepadamu, maka saya tidak memakai ayat-ayat yang di Al Quran atau kata-kata yang mungkin akan membingungkanmu, karena saya mengerti anda adalah seorang rekan saya yang beragama Hindu Bali. Sebenarnya saya pribadi dan kalau boleh mewakili Muslim di Indonesia menyampaikan maaf yang sebesar-besarnya atas beberapa kejadian pengrusakan pura di Bali, baik Pura di Buleleng maupun kejadian yang terjadi di Legian tersebut. Saya harapkan anda dan masyarakat Bali pada umumnya memandang hal tersebut cuma dilakukan oleh segelintir orang yang mengatas namakan Islam dan bukannya Islam mengajarkannya demikian. Penyampaian tersebut tulus, dan juga kami pernah juga menyampaikan yang sama kepada masayarakat Bali setelah kasus pura Legian tersebut. Dan saya percaya masyarakat bali yang cinta damai dapat memilah dengan arif kejadian tersebut. Oh ya, selain itu saya ada membaca milis yang menyatakan bahwa anda menghasut dan membuat fitnah. Secara pribadi saya sangat menyayangkan tulisan tersebut, karena dalam beberapa tulisan anda, walaupun saya tidak berada di tempat kejadian, tapi saya tahu itu benar adanya. Memang jika seseorang yang tidak mengetahui "sesuatu" atau tidak membaca kejadian tentang "sesuatu" dan lantas menuduh "sesuatu" tersebut adalah tidak benar. Kenyataan tersebut cukup menyedihkan, apalagi jika orang tersebut mempunyai pendidikan yang cukup. orang Islam sejati tidak akan berhenti menyampaikan minta maaf bila terjadi kesalahan, karena memang demikian titah yang diajarkan oleh junjungan kita Nabi Muhammad. Oh yah, saudara Wayan, karena waktu saya sangat terbatas, maka saya juga tidak bisa memberikan anda tulisan yang lebih panjang, karena keterbatasan waktu saya di bidang akademi cukup padat. Mungkin kalau saudara Wayan Ilham berkenan ke Surabaya, anda boleh menghadiri kelas saya, dimana sekarang saya mengajarkan mata kuliah sejarah Islam baik di S1 maupun di program pasca Sarjana, dan semoga anda mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang Islam itu sendiri, dan jangan terpaku atas tindakan segelintir yang mengatas namakan Islam. Terakhir, selain saya harapkan juga anda dapat menyampaikan salam dan minta maaf tersebut kepada keluarga, sahabat maupun masyarakat Bali dari saya pribadi maupun Muslim di Indonesia atas kejadian tersebut. Saya harapkan anda terus menulis, karena dari beberapa tulisanmu, saya sangat merasa dekat dengan anda dan juga Bali. Billaahi-taufiq wai- ihdayaah Wassalam'alaikum wr. wb KH. Drs Muhammad Ali Azis, MM Dari Bali Post Perusakan Pura Cemaskan Warga Oleh: aryanthini / Kamis, 20 Januari 2005, 10:31 1. Aksi perusakan lima buah pura dalam wilayah empat desa adat di Kuta membuat warga mulai cemas. Selain pelakunya yang belum tertangkap, perusakan itu ada tendensi mengarah pada agama. Sebab, dalam aksi berturut-turut selama dua hari terakhir ini tak ada barang dalam pura yang dicuri. Demikian terungkap dalam dialog singkat antara sejumlah warga adat di lokasi pura yang dirusak dengan Sekda Badung Wayan Subawa, S.H. saat meninjau kelima pura tersebut, Rabu (19/1) kemarin. Lima pura yang dirusak dan diobrak-abrik tersebut yakni Pura Kati Gajah di Desa Adat Kelan (Tuban), Pura Penataran (Kedonganan), pura keluarga di Temacun (Legian), Pura Lobong (Legian) dan Pura Dalem Kahyangan, Legian. Kerusakan terparah terjadi di Pura Penataran, Kedonganan di mana sebagian besar kelengkapan pura dirusak. Di Pura Penataran ini, pelaku yang diduga lebih dari seorang itu masuk setelah merusak pintu pagar dari besi. Di dalam pura, bukan hanya kelengkapan bangunan pura yang dirobohkan, juga beberapa bagian dipindah ke posisi yang sangat melecehkan. Bahkan di Pura Dalem, Legian selain perusakan, ada perlengkapan pura yang dibakar. Menurut pemilik pura keluarga di Temacun, Ketut Marni, pelaku yang merusak pura Selasa (18/1) juga sempat memetik buah jeruk dalam pura dan mencecerkan kulitnya di sekitarnya. Di pura milik keluarga Marni ini beberapa bangunan pura dirusak dan sejumlah patung dibuang. Kejadian beruntun tersebut menurut warga membuat mereka cemas. Bukan saja harus mengganti bagian yang rusak, juga memerlukan upacara yang tak sedikit menghabiskan biaya. Sejauh ini warga belum bisa memastikan siapa pelakunya. ''Kami sudah laporkan kejadian ini kepada aparat keamanan,'' ujar mereka. Sekda Badung Subawa, S.H. bersama staf terkait dan anggota Dewan saat meninjau seluruh lokasi pura yang rusak minta warga tetap tenang dan waspada. ''Kejadian ini mesti diambil hikmah positifnya di mana kita diminta lebih meningkatkan tanggung jawab kepada agama dan Tuhan,'' jelasnya. Ditanya soal kejadian yang modus operandinya terkesan mirip, Subawa mengatakan meski belum bisa memastikan motif perusakan itu, namun dia menduga ada tujuan tertentu. Sebab, tak ada barang yang dicuri. ''Yang dirusak juga bagian tertentu saja,'' jelasnya. Menilik banyaknya kerusakan dalam satu pura, warga menduga pelakunya lebih dari seorang. ''Ini semacam ada kelompok yang mengorganisir,'' jelas mereka. Seluruh pura yang dirusak berada di pinggir jalan besar dan lingkungan sekitarnya relatif sepi. Anggota DPRD Badung asal Kuta, Bagiana Karang dan Sukirta yang ikut dalam rombongan mengatakan untuk mencegah kejadian berulang lagi warga diharapkan meningkatkan penjagaan di lingkungannya. ''Kita juga akan berupaya agar Pemkab Badung peduli dengan kejadian yang menimpa warga adat tersebut,'' jelasnya. Bagiana Karang menambahkan sebelumnya warga sempat curiga perusakan itu dilakukan orang gila. Namun, melihat cara-cara perusakan serta banyaknya benda yang dirusak diduga pelakunya bisa lebih dari seorang. (031/kmb11) 2. Antisipasi Perusakan Pura Polsek Densel Terjunkan Tim Khusus Oleh: aryanthini / Senin, 24 Januari 2005, 11:33 Denpasar (Bali Post) - Jajaran Polsek Densel mengambil langkah cerdas untuk mengantisipasi kasus perusakan pura seperti yang terjadi di Kuta. Kapolsek AKP Gede Adhi Mulyawarman membentuk tim khusus dan menggelar patroli box yang diperkuat prajurit babinsa, satuan intelijen, dan buser. Kapolsek Densel AKP Gede Adhi Mulyawarman menilai kasus perusakan pura sangat rentan menimbulkan masalah yang lebih besar. Polsek Densel pun harus memberi skala prioritas terhadap keamanan tempat- tempat suci, termasuk keberadaan benda-benda bersejarah yang punya nilai religius. Khusus di wilayah hukum Densel, polisi mengawasi enam masjid, delapan gereja, dan puluhan pura. ''Saya sudah terjunkan tim khusus yang menjaga tempat ibadah 24 jam. Polisi bekerja sama dengan desa adat, bahkan anggota melek bersama pecalang'' katanya, Minggu (23/1) kemarin. Tim khusus yang diterjunkan Polsek Densel untuk menjaga keamanan tempat ibadah didukung 10 anggota babinsa, satuan intelijen, dan pasukan buser. Kapolsek Gede Adhi sudah mendatangi pengurus adat, pemangku, dan pecalang di masing-masing wewidangan desa pakraman. Koordinasi antara polisi dan wakil warga adat melahirkan sistem pengamanan pura terpadu yang melibatkan prajurit Polri dan umat Hindu setempat. ''Tiap pura dijaga anggota babinsa dan buser. Ini masih ditambah pengawasan tertutup dari pasukan intelijen,'' tambahnya. Kapolsek Gede Adhi ternyata punya strategi jitu untuk memantau kerja anak buah di lapangan. Selain mengecek langsung ke tiap pura, Polsek Densel menggelar patroli box yang dilengkapi buku laporan alih tugas anggota piket. Mobil patroli rutin juga wajib singgah di tiap tempat ibadah, dan polisi harus mencatat perkembangan kondisi di masyarakat. ''Patroli box mengambil waktu-waktu rawan tindak kriminal. Saya fokuskan anggota pada pukul 22.00 sampai 04.30,'' tegasnya seraya menyebutkan pengamanan pura dengan sistem patroli box sekaligus mendekatkan prajurit Polri di hati rakyat. Jangan Terpancing Kapolda Mangku Pastika meninjau langsung kondisi salah satu pura di Kuta yang dirusak orang misterius, Sabtu (22/1) lalu. Selain menyatakan prihatin melihat tempat ibadah menjadi sasaran orang tak bertanggung jawab, jenderal kelahiran Buleleng ini minta umat Hindu tidak mudah terpancing oleh isu-isu yang tak jelas. ''Kasus perusakan pura di Kuta sedang dilidik, tolong krama Bali tetap tenang dan biarkan polisi bekerja,'' tegasnya. --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ari Condro" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Message > ----- Original Message ----- > From: ari ams > To: [EMAIL PROTECTED] > Sent: Wednesday, February 02, 2005 1:21 AM > Subject: [PKS] Re: FW: Orang Bali mengadu: Kasus Pura Buleleng II > > > Ada tanggapan dari orang Bali nih.. berkenaan dengan postingan Mas Kimhook. Tanggapan ini mungkin bisa menjelaskan situasi Bali dalam hubungan lintas suku dan agama.. > Note: sejauh ini, nampaknya berita ini belum bisa dipastikan kebenarannya. > > Gimana, Mas Kimhook ? > > regards, ari ams > > Date: Tue, 1 Feb 2005 09:33:54 +0700 > From: "IGN Oka Widana" <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: FW: Orang Bali mengadu: Kasus Pura Buleleng II > > Sementara saya cek ke beberapa situs Bali, ngak ada satupun yang memuat berita itu. Saya harus ke cek langsung ke teman2 yang ada di sana. > > Terlepas dari kebenaran tulisan, ada beberapa hal yang saya harus sampaikan > : > 1. Sifat orang Bali itu pada dasarnya "fanatik" terhadap budaya, agama dan tradisinya. Ketiga hal tersebut mereka sangat junjung tinggi, dan terkait dengan ketiga hal mereka sangat sensitif. Sebagai orang Bali, saya tahu betul itu. Makanya agak aneh apabila ada kejadian yang cukup besar seperti ini, tapi tidak ada gaungnya sama sekali ditingkat nasional atau di Jakarta. Atau saya yang keliwat.......? Lagian kalo memang ada kejadian ini, saya yakin yang ngamuk bukan saja masyarakat di Kuta, tapi diseluruh Bali. Saya memang harus tetap cek berita tersebut, tapi nampaknya berita tersebut terlalu di dramatisir. > > 2. Pendatang ke Bali, pasca krisis ekonomi (saya sudah tinggal di Jakarta), sangat meningkat. Pendatang sebagian adalah kaum muslim, yang mata pencahariannya selain pegawai negeri, TNI tapi kebanyakan adalah "buruh" yang kerjanya serabutan, buruh bangunan, tukang bakso, pedagang kaki5, pemulung dan sebangsanya. Orang2 ini, sungguh bekerja keras dan tahap kehidupannya adalah survival. Kebanyakan datang dari daerah tapal kuda Jatim. IMHO, bila tidak di kelola dengan baik, bisa menjadi potensi merugikan bagi kamtibmas. Aliran deras pendatang ini saya rasa tidak bisa didukung sepenuhnya oleh perkembangan ekonomi Bali yang hanya mengandalkan pariwisata. Apalagi pendatang ini hanya mengharap "trickle down efek" dari perkembangan ekonomi disana, dan bukan menjadi "komoditas" wisata yang bisa di andalkan. "Komoditas" wisata bali adalah orang bali dan "asesoris"nya (budaya, kesenian, agama dll). > > 3. Selain pendatang yang bermotif ekonomi, saya perhatikan juga ada pendatang yang memang bermotif syiar dan dakwah. Mungkin maksudnya baik, yakni "membantu" saudara-saudara mereka yang beragama Islam disana, yang berjuang mencari nafkah. Tetapi peribahasa "dimana bumi dipijak, disitu langit di junjung" agaknya terlupakan. Sebagian temen2 itu menganggap bahwa pola kehidupan di kempung halaman, bisa di pertahankan semuanya. Termasuk misalnya mendirikan masjid, adzan, cara berpakaian dst. Mengenai Adzan, ini kan fungsinya sebagai pertanda waktu shalat dan mengajak orang shalat. Saya rasa ada adab nya dan perlu dikompromikan dengan masyarakat setempat. Kalo di lokasi itu orang Islamnya masih sedikit kenapa harus pakai speaker sekeras2-nya? Mungkin bagi kaum mulsim itu lumrah, tapi bagi kaum lain itu mengganggu. Dakwah dan syiar, bukan untuk mengganggu bukan? Belum lagi kalo sedang berkotbah pada shalat Jum'at misalnya, khatib bicara masalah kafir, neraka dst di pancarkan lewat speaker sekeras- kerasnya ke lingkungan sekitar yang notabene banyak non muslim. Sangat mengganggu..... bukankah mestinya khotbah itu untuk urusan internal? Saya rasa konsesus bahwa "usaha penyebaran agama mestinya tidak boleh ke orang yang sudah beragama", tetap di harus dipegang. > > 4. Orang Islam di Bali sebenarnya bukan orang "asing". Islam merupakan bagian integral dari sejarah Bali. Semasa jaman kerajaan di Bali, orang Islam (sebagian besar suku makasar dan bugis) turut beperan dan perpolitikan lokal. Bahkan ada satu pulau kecil di selatan kota Denpasar ie. pulau Serangan yang sebagian tanahnya dihibah kepada orang2 bugis ini dan berstatus sebagai "tanah perdikan", karena jasa2 mereka membantu raja Badung. Di pulau ini berdiri salah satu masjid tertua di pulau Bali. Yang mengagumkan adalah di pulau Serangan itu berdiri juga pura Sakenan yang dianggap salah satu pura paling suci di Bali. Kedua komunitas, Islam dan Hindu, bisa hidup berdampingan berabad abad tanpa masalah. Di beberapa daerah lain ada pula kantong2 pemukiman muslim dengan nama Kampung Jawa, Kampung Arab, Kampung Bugis, ditengah2 mayoritas Hindu. Tak heran bila banyak ditemukan nama Bali-Arab semisal Ketut Abdulrahman atau Made Imaduddin, yang adalah orang Bugis-Bali dan beragama Islam ......... PS. Wayan Ilham nama kawan yang menulis posting dibawah adalah tipikal nama Bali-Arab tersebut. > > 5. Dengan banyaknya pendatang ke Bali ini, sudah mulai muncul gerakan2 membatasinya. Alasannya tentu bermotif ekonomi dan ..... agama. Saya juga merasa bahwa posting Wayan Ilham dibawah adalah dalam kerangka gerakan2 membatasi kaum pendatang di Bali. Dalam beberapa pernyataannya (yang saya baca melalui koran lokal), mereka ini juga menyerempet-nyerempet soal hubungan antar umat beragama. Walau karena disampaikan secara terbuka, maka beraninya cuma "nyerempet". Bahkan ketika Bom Bali, sentimen ini menguat, namun tetap berhasil di redam. Mestinya kita hargai lah masyarakat Bali yang sangat dirugikan oleh perbuatan sekelompok kecil yang mengaku ber"jihad atas nama Islam" itu. > > Saya sudah lebih dari 10 tahun hidup dan beranak pinak di Jakarta, Dibenak saya ada keinginan suatu hari kelak dapat pulang kampung atau pensiun di tanah leluhur saya, Bali. Akan tetapi membaca posting dibawah saya merasa sangat risau. > > Bali bagaimanapun adalah bagian Indonesia, tak ada orang Indonesia dari suku bangsa apapun dengan agama apapun yang dilarang datang ke Bali. Tetapi hendaknya kaum pendatang besama-sama dengan penduduk Asli (suku Bali, suku lombok, suku bugis, suku makassar, suku Jawa, suku Tionghoa yang sudah berabad-abad tinggal di Bali) bersama-sama memajukan Bali. Cuma Pariwisata lah satu2 sektor yang bisa diandalkan menghidupi seluruh masyarakat Bali (sektor lain tidak bisa semasif itu). Keributan sekecil apapun (apalagi yang sifatnya Sara) bakal menghancurkan pariwisata. > > salam damai, > Oka Widana > > Tolong di cross posting juga ke Millis asal > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/