MEMAHAMI KARAKTER SALAFI

Bagian 1 dari 2 tulisan

Oleh: Abu Rifa Al-Puari

 

Mungkin saat kita berdiskusi dengan golongan yang mengaku sebagai salafi, 
salafiyun atau salafush shalih, akan menimbulkan kesan bahwa golongan ini 
merasa paling benar sendiri dan cenderung mencela golongan lain. Sehingga tidak 
ada golongan yang begitu aktif mencela golongan lain selain salafi, baik 
melalui buku-buku dan website mereka, kasus mutakhir adalah buku “Rapot merah 
aa Gym”. Secara tidak sengaja penulis memperoleh jawaban atas karakter salafi 
tersebut dari sebuah buku karangan ulama salafi dengan judul: “Menepis 
penyimpangan manhaj Dakwah”, karangan Abu Abdillah Jamal bin Farihan 
Al-Haritsi. 

 

Buku tersebut bukan sebuah buku yang berisi celaan semata, tetapi buku yang 
telah direkomendasikan dan disetujui oleh salah satu ulama salafi Shalih bin 
Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, dihalaman depan terdapat surat rekomendasi dari 
Shalih bin Fauzan untuk menerbitkan buku tersebut:

 

“…. Sungguh, komentar (ta’liq)-nya telah mencukupi. Dan saya ijinkan untuk 
menerbitkan dan menyebarkannya. Mudah-mudahan Allah swt menjadikan risalah ini 
bermanfaat untuk manusia”

 

Artinya, buku ini dapat digunakan sebagai representasi sikap salafi terhadap 
golongan yang berbeda pendapat (ijtihad) dengan mereka. Disamping itu, apa yang 
tertera didalam buku tersebut juga diperkuat lagi dengan buku-buku salafi yang 
lain dan website-website salafi. 

 

Mungkin buku tersebut dimaksudkan memberikan nasehat kepada golongan yang 
dianggap menyalahi as-sunnah dan mereka yang tidak termasuk golongan salafi, 
tetapi secara tidak sadar buku tersebut telah menelanjangi KARAKTER ASLI 
SALAFI. Dalam tulisan ini akan diungkapkan karakter salafi dan bantahan 
terhadap pendapat mereka. Karakter-karakter salafi dapat kita simpulkan sebagai 
berikut:

 

1. Merasa dirinya paling benar 

 

Satu-satunya golongan selamat, benar dan masuk syurga 

 

Salafi meyakini bahwa merekalah yang disebut-sebut dalam hadits Nabi sebagai 
golongan yang selamat dan masuk syurga, sedangkan 72 golongan lainnya kelompok 
sesat dan bid’ah dan akan masuk neraka. Hadits tersebut berbunyi,

 

Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk 
neraka kecuali satu golongan." Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah mereka, 
wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengikutiku dan para 
sahabatku." (HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan 
Al-Hakim).

 

Keyakinan salafi ini diperkuat oleh kaidah yang mereka gunakan: “Kebenaran 
hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”, hal ini berasal dari 
pemahaman salafi terhadap hadits Rasulullah saw,

 

Rasulullah saw bersabda: ‘Inilah jalan Allah yang lurus’ Lalu beliau membuat 
beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda: ‘Inilah 
jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan itu 
terdapat syaithan yang mengajak kearahnya’ Kemudian beliau membaca ayat,


Dan (katakanlah): ‘Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia. 
Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu 
akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan 
Allah kepadamu agar kamu bertaqwa (Al-An’am 153).

 

(HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim) lihat 5, hal 47-48

 

Dengan mengutip dua hadits tentang; satu golongan yang selamat dari 73 golongan 
dan hanya satu jalan yang lurus, maka salafi meyakini bahwa merekalah yang 
disebut-sebut kedua hadits tersebut. Salafi-lah satu-satunya golongan yang 
selamat dan masuk syurga, serta golongan yang menempuh jalan yang lurus itu. 
Simaklah pernyataan salafi,

 

“Dan orang-orang yang tetap diatas manhaj Nabi saw, mereka dinisbahkan kepada 
salaf as-shalih. Kepada mereka dikatakan as-salaf, as-salafiyun. Yang 
menisbatkan kepada mereka dinamakan salafi” lihat 1, hal 33 catatan kaki

 

“Kami diatas manhaj yang selamat, diatas akidah yang selamat. Kita mempunyai 
segala kebaikan –alhamdulillah-” lihat 1, hal 76-77

 

“Jadi jika benar dia diatas manhaj Rasulullah saw dan manhaj salafu ash-shalih, 
maka dia dari ahlu jannah. Bila dia menjadi orang yang berbeda diatas manhaj 
sesat, maka dia terancam neraka” lihat 1, hal 110

 

“Saya (Abu Abdillah) berkata: Subhanallah! Bagaimana dia membolehkan dirinya 
menggabungkan antara manhaj salaf yang benar dengan manhaj-manhaj dan 
kelompok-kelompok bid’ah yang sesat dan bathil” lihat 1, hal 32 catatan kaki

 

“Jalan merekalah yang harus ditempuh oleh generasi yang datang setelahnya, 
memahami dengan pemahaman mereka, menerapkan dan mendakwahkannya seperti 
mereka. Jalan merekalah yang kemudian dikenal dengan istilah manhaj salaf, 
metode salaf, ajaran salaf atau pemahaman salaf dan lain-lain” lihat 4

 

Akibatnya, sulit bagi salafi untuk menerima ijtihad golongan/ulama lain yang 
berbeda dengan mereka, karena salafi meyakini kebenaran hanya satu dan 
salafi-lah pemilik kebenaran itu, karena merekalah golongan yang paling sesuai 
dengan as-sunnah, yang paling benar, selamat dan ahlu jannah. 

 

Dalam hadits tersebut ada kata firqah, tapi dalam konteks ini sebagai 
seseorang/golongan yang dikutuk karena tindakan yang mereka lakukan telah 
menyimpang dari wahyu Allah. Firqah yang dihukum dan masuk kedalam api neraka, 
serta firqah yang selamat dan masuk syurga tidak bisa dinisbatkan kepada 
golongan tertentu. Oleh karena itu, mereka-mereka yang mengikuti mazhab-mazhab 
tertentu atau golongan lain selain salafi tidaklah bisa diberi label ‘sesat’. 
lihat 2

 

Kebenaran hanya milik Allah swt, bukan milik satu golongan. Bahkan para Imam 
Madzhab sendiri tidak pernah meng-klaim bahwa diri (madzhab) merekalah yang 
paling benar, simaklah pernyataan para Imam Madzhab tersebut,

 

Imam Abu Hanifah (Hanafi):

“Jika suatu hadits shahih, itulah madzhabku”

“Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu 
darimana kami mengambil sumbernya”

 

Imam Malik (Maliki):

“Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh karena 
itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Quran dan sunnah, ambillah, 
dan bila tidak sesuai dengan Al-Quran dan sunnah, tinggalkanlah”

 

Imam Syafi’i:

“Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan hadits 
Rasulullah saw, peganglah hadits Rasulullah saw itu dan tinggalkanlah 
pendapatku itu”

 

Imam Ahmad bin Hambal (Hambali):

“Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Malik, Syafi’i, Auza’i dan 
Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil” lihat 8, hal 53-60

 

Begitulah para Imam Madzhab menganjurkan untuk tidak merasa paling benar 
sendiri dan tidak taqlid kepada satu golongan, merekalah salafus shalih yang 
benar. Ketika salafi merasa paling benar sendiri, maka salafi bukanlah salafush 
shalih yang benar seperti yang telah dicontohkan oleh para Imam Madzhab.

 

Bahkan diantara Imam Madzhab terdapat perbedaan ijtihad dalam beberapa masalah 
furu’, mereka tidak saling membid’ahkan dan menyesatkan satu sama lain. Bahkan 
menganjurkan untuk menelaah dulu hujjah mereka dan jika ada hujjah yang lebih 
kuat (quwwatut dalil) silahkan diambil hujjah itu.

 

Dilain hal, jaminan Allah swt terhadap hamba-Nya ahli syurga adalah kepada 
orang yang mukmin, tidak ada klasifikasi apakah mukmin salafi, mukmin ikhwani, 
mukmin tahriri, mukmin tablighi, dan mukmin-mukmin tertentu saja. Selama mukmin 
tersebut menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya, 
maka Allah swt menjanjikan syurga bagi mukmin tersebut,

 

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka 
dengan memberikan syurga untuk mereka (At-Taubah 111).

 

Golongan yang lain adalah sesat dan bid’ah serta lebih berbahaya daripada 
golongan fasik

 

Salafi meyakini golongan lain yang berbeda dengan mereka sebagai sesat dan ahlu 
bid’ah. Golongan bi’dah ini lebih berbahaya dari pada golongan fasik (pelaku 
maksiat), karena golongan fasik masih bisa dinasehati dan diajak kejalan yang 
benar karena mereka tahu telah berbuat maksiat, sedangkan ahlu bid’ah tidak 
tahu bahwa mereka telah sesat, sehingga sulit untuk diajak kejalan yang benar.

 

“Sebab pelaku maksiat masih bisa diharap untuk bertaubat, karena dia merasa 
berdosa dan tahu bahwa dirinya berbuat maksiat. Berbeda dengan ahli bid’ah, 
sedikit sekali kemungkinannya untuk bertaubat. Karena mubtadi’ (pelaku bid’ah) 
menyangka kalau dirinya diatas kebenaraan, dan menyangka bahwa dirinya orang 
yang taat serta diatas ketaatan. lihat 1, hal 22

 

Istiqamahnya golongan yang dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi dengan 
pendapat (ijtihad) mereka, adalah hal yang wajar dan dapat dipahami, karena 
golongan ini mempunyai hujjah yang kuat juga untuk mempertahankan ijtihad 
mereka. Disisi lain, perbedaan dalam masalah furu’iyah khilafiyah merupakan hal 
yang biasa dalam khasanah Islam dan para mujtahid (lihat penjelasan pada poin 
2).

 

Hanya mereka yang berhak menyandang nama salafi

 

Salafi meyakini bahwa wajib memberikan nama golongan yang selamat itu sebagai 
salafi dan melarang golongan lain menggunakan nama salafi, 

 

“Jadi penisbatan kepada salaf adalah penisbatan yang harus, sehingga jelaslah 
bagi salafi (pengikut salaf) terhadap al-haq” lihat 1, hal 33 catatan kaki

 

“Oleh karenanya tidak boleh memakai nama salafiyah, bila tidak diatas manhaj 
salaf” lihat 1, hal 34

 Sikap ini menunjukkan rasa ‘ashabiyyah yang kental, dengan menganggap 
golongannya yang paling benar dan Rasulullah saw mencela sikap ‘ashabiyyah ini,

 

Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada 'ashabiyyah, orang 
yang berperang karena 'ashabiyyah, serta orang yang mati karena 'ashabiyyah (HR 
Abu Dawud).

 

Bahkan Shalih bin Fauzan Al-Fauzan yang merekomendasikan kitab “Menepis 
penyimpangan manhaj Dakwah”, dalam kitabnya Al-Wala’ dan Al-Bara’ melarang 
bersikap ‘ashabiyyah,

 

“Inilah keadaan orang-orang yang ashabiyah pada saat ini dari sebagian 
pengikut-pengikut madzhab, aliran tasawuf serta penyembah-penyembah kubur. 
Apabila mereka diajak untuk mengikuti Al-Kitab dan as-sunnah serta membuang 
jauh apa-apa yang menyelisihi keduanya (Al-Kitab dan as-sunnah) mereka 
berhujjah (berdalih) dengan madzhab-madzhab, syaikh-syaikh, bapak-bapak dan 
nenek moyang mereka” lihat 3, hal 63-64

 

Bagaimana bisa timbul pertentangan, satu sisi merekomendasikan sebuah kitab 
yang sangat kental sikap ‘ashabiyyahnya karena merasa golongan yang paling 
benar dan hanya mengacu kepada ijtihad ulamanya sendiri, tetapi dalam kitab 
lain melarang orang-orang bersikap ‘ashabiyyah. Ini salah satu pertentangan 
beberapa kitab diantara ulama-ulama salafi, bahkan dalam satu kitab bisa 
terjadi pertentangan satu sama lain.

 

Wallahua’lam,

MEMAHAMI KARAKTER SALAFI
Bagian 2 dari 2 tulisan

Oleh: Abu Rifa Al-Puari

 

2. Mencela golongan/ulama lain 

 

Tidak boleh berkasih sayang, berteman, semajelis dan shalat dibelakang golongan 
sesat dan bid’ah. Jangan ungkapkan kebaikannya dan selalu ungkapkan keburukan 
golongan sesat dan bid’ah

 

Terkait dengan poin 1 diatas dimana hanya golongan salafi-lah yang paling 
benar, mengakibatkan salafi dengan mudah mencela golongan/ulama lain yang 
berbeda ijtihad dengan mereka, bahkan salafi melarang berkasih sayang dan 
berteman dengan mereka, 

 

“Adapun apabila bermaksud berkasih sayang dengan mereka atau berteman dengan 
mereka tanpa (ada maksud) mendakwahi dan menjelaskan yang haq, maka tidak 
boleh. Seseorang tidak boleh bergaul dengan orang-orang yang menyimpang 
tersebut, kecuali didalamnya didapatkan faedah syar’i, yaitu menyeru mereka 
kepada Islam yang benar dan menjelaskan al-haq agar kembali kepada kebenaran” 
lihat 1, hal 26

 

Tidak boleh semajelis dengan mereka, 

“Abu Qalabah berkata: Janganlah kalian bermajelis dengan mereka dan jangan 
kalian bergaul dengan mereka. Sesungguhnya saya tidak merasa aman dari mereka 
yang akan menceburkan kalian dalam kesesatannya. Atau mengaburkan 
kebenaran-kebenaran yang telah kalian ketahui” lihat 1, hal 111 catatan kaki

 

Bahkan salafi tidak boleh shalat dibelakang mereka,

“Jangan shalat dibelakang mereka, seperti Jahmiyah dan Mu’tazilah” lihat 1, hal 
66 catatan kaki

 

Tidak boleh mengungkapkan secuilpun kebaikan mereka karena mengakibatkan orang 
awam akan mengikuti mereka, harus diungkapkan keburukan-keburukannya,

“Apabila engkau menyebutkan kebaikan-kebaikannya, berarti engkau menyeru untuk 
mengikuti mereka. Jangan… jangan engkau sebutkan kebaikan-kebaikannya. Sebutkan 
saja penyimpangan-penyimpangan yang ada pada mereka. Karena engkau diserahi 
untuk menjelaskan kedudukan mereka dan kesalahan-kesalahan agar mereka mau 
bertaubat, dan agar orang lain berhati-hati terhadapnya” lihat 1, hal 28-29

 

Begitu berbahayanya golongan yang dianggap sebagai sesat dan bid’ah tersebut, 
sehingga “nyaris” diperlakukan seperti orang kafir, tidak boleh berteman, 
berkasih sayang dan semajelis dengan mereka. Karena begitulah perintah Allah 
swt dalam memperlakukan orang-orang kafir, mukmin tidak boleh berteman dekat 
dengan orang kafir,

 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu 
orang-orang yang diluar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya 
(menimbulkan) kemudharatan bagimu (Ali Imran 118).

 

Tidak boleh semajelis dengan mereka,

Dan sungguh Allah telah menurunkan padamu didalam Al-Quran bahwa apabila kamu 
mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu 
duduk berserta mereka. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) 
tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua 
orang-orang munafik dan orang-orang kafir didalam neraka jahanam (An-Nisa’ 
140). 

 

Padahal sesama mukmin itu bersaudara, apapun golongan, kebangsaan, dan sukunya, 
selama ia seorang muslim maka ia saudara bagi muslim yang lain. Rasulullah saw 
tidak pernah membedakan antara Abu Bakar dan Umar yang Arab, Bilal yang Habsyi 
(negro), Salman yang Persi dan Shuhail yang Rumawi, semuanya sama dihadapan 
Rasulullah saw selama mereka beriman kepada Allah dan rasul-Nya. 

 

Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua 
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (Al-Hujurat 
10).

 

Sesama mukmin tidak boleh saling mencela, mendzalimi dan merendahkan, serta 
harus berda’wah dengan lemah lembut, 

 

Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; satu sama lain tidak boleh saling 
mendzalimi, menelantarkan dan merendahkan (HR Muslim dan Ahmad).

 

Maka disebabkan rahmat Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. 
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan 
diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka (Ali Imran 159)


Golongan sesat dan bid’ah harus dihambat gerakannya dan kalau perlu dimusnahkan

 

Salafi meyakini golongan sesat dan menyesatkan ini (termasuk partai politik dan 
salafi memberikan istilah hizbiyyah atau haraqah, metode da’wah hizbiyyah ini 
beraneka ragam, ruwet, lagi kacau lihat 6, hal 39) harus dihambat gerakannya 
dan kalau perlu dimusnahkan karena sangat berbahaya bagi masyarakat, karena 
golongan ini akan meracuni masyarakat dan menyebar perpecahan umat. 

 

“Da’i salafiyun tidak boleh memberi kelapangan bagi tersebarnya manhaj-manhaj 
mereka. Bahkan wajib mempersempit ruang gerak dan memusnahkan manhaj mereka” 
lihat 1, hal 69 catatan kaki

 

Sehingga kaum muslimin harus menyatu dalam satu golongan saja, yakni salafi. 
Tidak boleh ada golongan-golongan lain yang eksis, adanya jamaah-jamaah, 
kelompok-kelompok atau golongan-golongan menunjukkan adanya perpecahan umat 
Islam. lihat 6, hal 39

 

Hampir semua golongan dianggap sesat dan menyesatkan oleh salafi, mereka pukul 
rata antara golongan yang sesat dengan golongan yang benar. Hanya gara-gara 
beberapa perbedaan ijitihad dalam masalah furu’, dengan mudah salafi 
menyesatkan golongan tersebut. 

 

Salafi menyesatkan golongan syi’ah (rafidhah) dan Ahmadiyah, salafi juga 
menyesatkan pula golongan lain yang berbeda ijtihad dalam beberapa hal dengan 
mereka semisal Ikhwanul Muslimin, Jamaah Tabligh, Hizbut Tahrir, NII, Tasawuf, 
dll. lihat 5, hal 95-145

 

“Saya (Abu Abdillah) berkata: Ya Allah ya Rab kami saksikanlah bahwa kami bara’ 
(berlepas diri) dari dakwah IM dan pendirinya, yang menyelisihi al-kitab dan 
as-sunnah dan apa-apa yang ada pada pendahulu umat ini” lihat 1, hal 26 catatan 
kaki

 

Ulama yang berbeda ijtihad dengan salafi dianggap sesat dan ahlu bid’ah, 
diharamkan membaca kitab-kitab mereka. 

 

Ulama-ulama besar dan berjasa bagi kebangkitan kaum muslimin tidak luput dari 
celaan salafi, menganggap mereka ahlu bid’ah, dilarang memuji, mengagungkan 
mereka, mengharamkan untuk membaca kitab-kitab mereka dan mendengarkan 
kaset-kaset mereka. Hal ini terjadi karena perbedaan ijtihad dalam beberapa hal 
saja. Ulama yang mereka anggap sesat dan ahlu bid’ah antara lain; Hasan 
Al-Banna, Sayyid Qutb, Muhammad Qutb, Abul A’la Al-Maududi, Taqiyuddin 
An-Nabhani, Muhammad Al-Ghazali, Muhammad Surur, Hasan Turabi, Yusuf Qaradhawi, 
dll. 

 

Bahkan ada orang yang memuji-muji: Abul A’la Al-Maududi dan kitab-kitabnya, 
Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, Hasan 
Turabi dan yang semisal mereka dari kalangan ahlu bid’ah” lihat 1, 129 catatan 
kaki

 

“Tidak boleh membaca kitab-kitab ahlu bid’ah maupun mendengarkan kaset-kaset 
mereka. Kecuali orang yang ingin membantah dan menjelaskan kerusakan mereka” 
lihat 1, hal 111

 

“Hingga siapa saja yang memuji, memuliakan, mengagungkan kitab-kitab mereka, 
atau memberi udzur (maaf) untuk mereka, maka samakan dia dengan mereka (ahlul 
bid’ah dan ahlu ahwa’), dan tidak ada kemuliaan bagi mereka semua” lihat 1, hal 
133 catatan kaki

 

“Hati-hati engkau terhadap kitab-kitab ini. Ini adalah kitab-kitab bid’ah dan 
sesat, berpeganglah kalian kepada atsar” lihat 1, hal 112 catatan kaki

 

Sungguh sikap tercela dengan menganggap golongan/ulama itu sesat, hanya karena 
dalam beberapa hal ijtihad mereka berseberangan dengan salafi. Dalam 
masalah-masalah furu’iyah khilafiyah bisa saja perbedaan ijtihad, para sahabat 
seringkali berbeda pendapat dalam banyak hal, yang terkait kepada 
masalah-masalah furu’. Mujtahid-mujtahid besar dalam Islam-pun mempunyai 
perbedaan pendapat diberbagai aspek agama Islam, tetapi sekali lagi masalah 
yang menjadi dasar perbedaan tersebut adalah dalam furu’. Tetapi mereka tidak 
saling menyesatkan dan membid’ahkan. lihat 2

 

Kasus yang sangat populer dizaman Rasulullah saw dimana diyakini sebagai 
landasan dibolehkannya perbedaan (ikhtilaf) dalam masalah furu’, adalah saat 
perang Khandaq. Dimana para sahabat memahami berbeda perintah Rasulullah saw,

 

Janganlah salah seorang dari kalian melaksanakan shalat ashar kecuali 
di(daerah) Bani Quraizhah

 

Para sahabat ada yang shalat ashar dalam perjalanan, ada juga yang mengakhirkan 
shalat ‘ashar hingga sampai di Bani Quraizhah, maka Rasulullah saw-pun 
mendiamkan (taqrir) kedua kelompok sahabat yang berbeda itu. lihat 7, hal 14 
Hal ini diyakini bahwa dibolehkan terjadinya ikhtilaf dalam masalah furu’ dan 
membantah dengan tegas pernyataan salafi bahwa “Kebenaran hanya satu”, karena 
dalam kasus melaksanakan shalat ‘ashar yang berbeda diantara dua kelompok 
sahabat ini didiamkan (taqrir) oleh Rasulullah saw atau kedua kelompok sahabat 
itu benar dan tidak ada yang salah.

 

Khatimah: 

Salafi merasa dirinya yang paling benar, karena mereka meyakini kebenaran hanya 
satu, indikasi yang terdapat dalam hadits hanya satu golongan yang masuk syurga 
dari 73 golongan adalah golongan salafi, serta salafi menganggap sesat dan 
bid’ah golongan yang berseberangan ijtihad dengan mereka. Sehingga sulit bagi 
salafi untuk menerima ijtihad yang berbeda dengan mereka dan sangat taqlid 
dengan ijtihad ulama-ulama mereka. 
Salafi cenderung mencela golongan lain, karena salafi diperintahkan untuk 
mengungkapkan semua keburukan golongan sesat dan bid’ah itu dan dilarang 
mengungkapkan secuil-pun kebaikan mereka. Karena mengungkapkan kebaikan mereka 
akan menyebabkan orang lain mengikuti golongan sesat dan bid’ah itu. Sehingga 
tidak heran jika buku-buku dan website-website salafi banyak memuat celaan 
sesat dan bid’ah kepada golongan lain. 
Salafi juga melarang untuk berkasih sayang, berteman dengan golongan selain 
mereka, bahkan tidak boleh shalat dibelakang mereka, salafi menyesatkan ulama 
yang mereka anggap ahlu bid’ah, melarang memuji, mengagungkan, membaca kitab 
dan mendengarkan kaset ulama-ulama tersebut. Sehingga salafi akan mengalami 
kesulitan dalam menjalin ukhuwah dengan golongan lain, malah akan menimbulkan 
pertentangan dan perpecahan dengan golongan lain. 
Salafi akan menghambat gerak da’wah golongan yang dianggap sesat dan bid’ah 
oleh mereka, bahkan harus memusnahkan mereka (golongan da’wah dan partai 
politik), karena golongan itu akan meracuni umat dan menimbulkan perpecahan. 
Sehingga akan timbul benturan dimedan da’wah antara salafi dengan golongan 
lain, karena golongan lain merasa dihalang-halangi saat berda’wah diarea-area 
yang dikuasai oleh salafi. 
 

Diharapkan setelah memahami karakter salafi ini, kita mampu mengantisipasi 
menghadapi golongan seperti ini. Tetapi jangan kaget, jika penjelasan dari 
kitab-kitab salafi diatas, akan ditemukan pertentangan dalam kitab-kitab salafi 
yang lain. Karena diantara ulama salafi sendiri bisa terjadi saling 
pertentangan, seperti halnya terpecahnya salafi dalam beberapa golongan.

 

Wallahua’lam,

 

 

 

Maraji’: 

Menepis penyimpangan manhaj Dakwah, Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi. 
Ini buku utama yang membongkar karakter asli salafi dan telah direkomendasikan 
untuk diedarkan oleh ulama salafi Shalih bin Fauzan. 
www.hayatulislam.net , Kritik: Terbagi kedalam 73 golongan, Asif Khan 
Al-wala’ dan al-bara’, Shalih bin Fauzan Al-Fauzan 
www.salafy.or.id , Sekali lagi : Mengapa harus manhaj Salaf ?, Muhammad Umar 
As-Sewed 
Risalah bid’ah, Abdul Hakim bin Amir Abdat. Ini buku yang unik, karena 
mencantumkan daftar bid’ah dengan nomor tertentu sehingga mirip penomoran 
hadits. Tidak kurang 561 bid’ah dicantumkan dalam buku ini. 
Bunga rampai fatwa-fatwa syar’iyah jilid 1, Abul Hasan Musthafa 
Masalah-masalah khilafiyah diantara gerakan Islam, Muhammad Asy-Syuwaiki 
Sifat shalat nabi, Muhammad Nashiruddin Al-Albani 



                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'

[Non-text portions of this message have been removed]






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke