http://www.kompas.com/kompas-cetak/0502/15/utama/1561496.htm
Selasa, 15 Februari 2005 Orang Miskin Harusnya Bebas dari Biaya Pendidikan Jakarta, Kompas - Program penyaluran dana kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak yang dipersiapkan pemerintah hendaknya menjamin bahwa semua anak usia SD hingga SLTA dari kalangan miskin terbebaskan dari biaya pendidikan. Agar sinergi dengan Program Wajib Belajar 9 Tahun, prioritas utamanya adalah untuk jenjang SD-SLTP. "Supaya esensi pemberdayaan masyarakat miskin lebih tampak, khusus dana kompensasi kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) untuk program pendidikan jangan hanya dialokasikan pada sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Cakupannya harus meliputi pungutan untuk alat tulis, uang bangku, uang pakaian seragam, uang ujian, dan sebagainya," ujar Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI) Muhammad Ikhsan, Senin (14/2) di Jakarta. Ikhsan mengakui, lembaga yang dikelolanya selama ini proaktif memberikan masukan kepada pemerintah dalam mengkaji program-program penyaluran dana kompensasi tersebut. Pengalihan dana subsidi harga BBM dari rakyat mampu kepada rakyat yang kurang mampu, lanjutnya, adalah cara yang sangat arif dan bijaksana. Pendidikan hanyalah salah satu sektor yang terprogramkan untuk dana kompensasi tersebut. Sektor lainnya adalah kesehatan dan pengadaan pangan berupa beras murah bagi rakyat miskin. Khusus di sektor pendidikan, Ikhsan menekankan bahwa tidak boleh ada diskriminasi antara sekolah negeri dan sekolah swasta. Ia juga mengingatkan agar jangan sampai muncul tuntutan pendidikan gratis untuk semua kalangan, tetapi terbatas pada rakyat miskin. "Jika semua lapisan digratiskan, sama saja tidak ada pengalihan subsidi dari orang kaya ke orang miskin. Padahal, yang menikmati subsidi BBM selama ini justru kebanyakan lapisan menengah ke atas," katanya. Lagi pula, kata Ikhsan, bercermin pada negara-negara sosialis yang menggratiskan biaya pendidikan terhadap semua lapisan, ada kecenderungan siswanya jadi malas belajar. Sebab, mereka merasa orangtua mereka tidak terbebani ongkos pendidikan. Perkiraan sasaran Ikhsan memperkirakan jumlah siswa miskin yang disasar tahun 2005 adalah 10,1 juta atau sekitar 25 persen dari total siswa sekolah dasar (SD)-sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Jika pemerintah berkenan menyisihkan Rp 4,5 triliun dari dana kompensasi kenaikan harga BBM tahun ini, maka jumlah dana yang bakal diterima per siswa bisa 2-3 kali lipat dari dana sejenis tahun lalu. Berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun 2004, dana kompensasi kenaikan BBM untuk siswa SD Rp 60.000 per tahun, siswa sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) Rp 120.000 per tahun, dan siswa SLTA Rp 150.000 per tahun. Perkiraan peningkatan dua kali lipat jumlah dana yang disebutkan Ikhsan tersebut lebih kurang sama dengan perkiraan Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Dedi Masykur Riyadi. Sebelumnya, Dedi menyebutkan bahwa siswa SD yang kurang mampu kemungkinan akan menerima dana dalam bentuk beasiswa sebesar Rp 20.000 per bulan atau Rp 240.000 setahun. Siswa SLTP bakal menerima Rp 50.000 per bulan atau Rp 600.000 setahun. Siswa SLTA akan menerima Rp 100.000 per bulan atau Rp 1,2 juta setahun (Kompas, 12/2). Masih dikaji Tentang total dana kompensasi yang bakal dihimpun pemerintah dari pengurangan subsidi harga BBM tahun 2005, hingga sejauh ini belum ada angka yang pasti. Dengan asumsi harga minyak dunia antara 35-40 dollar AS per barrel dan sektor-sektor domestik yang hendak dibiayai, Ikhsan memperkirakan dana kompensasi yang tersedia bisa mencapai Rp 16 triliun. Namun, menurut informasi dari Bappenas, kisarannya bisa Rp 16 triliun hingga Rp 20 triliun. Dedi Masykur Riyadi ketika dihubungi Senin malam mengatakan, "Belum ada angka yang pasti. Semuanya masih perlu dikaji dan dikonsultasikan dengan Menteri Keuangan." Apalagi, lanjut Dedi, alokasi anggaran untuk rehabilitasi pascabencana alam di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara diperkirakan ikut memengaruhi perhitungan-perhitungan sebelumnya. Perhatikan nasib guru Dosen Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Universitas Negeri Padang (UNP) Prof Dr Dachnel Kamars MA menyambut baik rencana peningkatan jumlah dana subsidi bagi para siswa yang miskin tersebut. Hanya saja, dia berharap agar dana terkait bisa tersalurkan secara transparan, yang dimulai dari pendataan secara teliti di lapangan. Selain itu, jika masih ada dana yang tersisa untuk sektor pendidikan, hendaknya dialokasikan juga untuk perbaikan kesejahteraan guru. Guru yang dimaksud terutama yang mengajar di sekolah-sekolah swasta yang selama ini tergolong sekolah gurem. Dachnel mengingatkan, guru yang mengajar di sekolah swasta gurem itu rata-rata bukan pegawai negeri sipil. Praktis kehidupan mereka hanya mengandalkan SPP dari para siswanya. Padahal, siswa di sekolah swasta yang gurem rata-rata berasal dari kalangan miskin pula. "Jika kesejahteraan guru di sekolah swasta yang morat-marit itu tidak dibenahi, maka mutu pembelajarannya pun pasti makin jauh tertinggal daripada sekolah lain. Padahal, di sisi lain kita juga menggaungkan upaya peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan," papar Dachnel. (NAR) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/