Iyalahh mBak, asal kita hindari cara pandang berikut ini (yang sering dijumpai):
1) Yang Islam katakan: " berbuatlah baik, karena Allah memerintahkan pada kaum Muslim" 2) Yang Kristen katakan: "Jadilah Murid Yesus, karena Dia mengajarimu berbuat baik" 3) Yang Yahudi, juga mirip. Nah, bagaimana kalau kitakan: " Kita wajib melakukan kebaikan dan perilaku mulia, karena ini akan memuliakan hidup kita sebagai manusia". "Karena perilaku mulia ini kelak akan membebaskan kita dari kesengsaraan kekal". Kita membantu saudara saudara kita yang terkena musibah di Aceh, yang kebetulan Muslim, di Nabire yang kebetulan Kristen, di Srilanka yang kebetulan Buddhist.... Kita membantu membangun mesjid, karena ini rumah dimana Allah diagungkan, membantu membangun gereja, karena ini rumah dimana Tuhan (Allah) diagungkan, membantu membangun Vihara, karena ini tempat dimana Yang Mahakuasa diagungkan.. Dan tidak menghancurkannya atau membakarnya, karena kita membakar sanggar pemujaan pada sang Pencipta. Pasti tak akan ada uyeg-uyeg-an. Salam Danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Listy" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > sumonggo, > asal rata, adil, tidak cuma islam aja yg diuyeg-uyeg.. > di indonesia, agama kan tidak cuma islam.. :) > > gitu lohhhh.. > > salam.. > > > -----Original Message----- > From: RM Danardono HADINOTO [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > Tak tambahgi yo mBak? > > 1. secara islam : ........................ > 2. secara kristen : ...................... > 3. secara, bukan no.1 : .................. > 4. secara, bukan no.2 : .................. > 5. dst.. dst.. > > 6. sebagai insan Ilahi.. > > Hayoo gimana? > Salam > > Danardono > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Listy" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > pak RMDH, anda baik sekali.. mengajak pindah topik.. tq > > nah kalo memang niat membahas masalah perilaku manusia > > didasarkan pada sendi agama, pakailah seperti berikut, > > > > 1. secara islam : ........................ > > 2. secara kristen : ...................... > > 3. secara, bukan no.1 : .................. > > 4. secara, bukan no.2 : .................. > > 5. dst.. dst.. > > > > jadi tidak terkesan, islam lagi.. islam lagi.. sekarang, > > saya duduk manis di sini pak, menyimak.. menyerap ilmu, > > supaya tambah pinter.. :) > > > > terimakasih.. > > > > cheers.. > > > > > > -----Original Message----- > > From: RM Danardono HADINOTO [mailto:[EMAIL PROTECTED] > > > > > > Pindah topik yukk? > > > > Dari kecam mengecam agama, yang sebenarnya adalah masalah perilaku > > manusia, kita baca kisah kehidupan se-hari-hari. Selamat membaca: > > > > ----------------------------------- > > Kompas, Kamis, 17 Februari 2005 > > > > > > > > Orang Miskin Takut Sakit... > > > > > > SUSAH benar jadi orang miskin di Jakarta. Dengan berbekal > pendidikan > > minimal, mereka mencoba bertahan di Jakarta untuk menafkahi > > keluarganya, meski hasilnya pas-pasan. Bahkan, sering kali hanya > > cukup untuk makan. Jika punya anak masih sekolah, biaya yang > > dikeluarkan harus utang sana sini. Bagaimana kalau sakit? > > > > "Waaah... kalau cuma batuk pilek sih masih bisa beli obat di > warung. > > Kalau harus masuk rumah sakit, yaaa... pikir-pikir dulu," tutur > > Marsani (38), warga Jalan Semeru, Kelurahan Grogol Petamburan, > > Jakarta Barat. > > > > Bagi Marsani, berurusan dengan rumah sakit adalah hal yang mewah. > > Perempuan beranak dua itu mengaku takut jika mendengar kata rumah > > sakit. Bukan apa-apa, yang terbayang adalah jutaan rupiah harus > > dikeluarkan. Dari mana uangnya, sedangkan suaminya hanya berjualan > > besi tua. > > > > Karena takut berurusan dengan rumah sakit, ketika Bayu, anak > > bungsunya yang masih berumur empat tahun sakit diare, Marsani hanya > > memberikan obat-obatan di warung. Dengan segala keterbatasannya, > > Marsani dan suaminya mencoba merawat sendiri anaknya. "Anak saya > > buang air terus selama tiga hari. Dia sampai lemas sekali. Wajahnya > > kelihatan lesu dan setiap hari tidur-tiduran terus," kata Marsani. > > > > Akibatnya, Bayu nyaris dehidrasi. Atas petunjuk tetangganya, > Marsani > > memberikan teh yang diberi gula dan garam. Untungnya, anak Marsani > > itu kuat sekali minum sehingga cairan di tubuhnya bisa tergantikan. > > Meskipun tidak mau makan, Bayu selalu menghabiskan "obat dari > > ibunya. "Sehari dia menghabiskan sepuluh gelas lebih," kata Marsani. > > > > LAIN lagi kisah yang dialami Saritem (38), warga Kemayoran, Jakarta > > Pusat, yang tidak bisa menghindar harus berurusan dengan rumah > sakit. > > Anaknya, Kamaludin (7,5), kini terbaring di Rumah Sakit Umum Daerah > > Tarakan karena terserang demam berdarah dengue (DBD). Padahal, > sehari- > > hari Saritem hanyalah pemungut sampah. > > > > Ketika ditemui di bangsal anak beberapa hari lalu, Saritem > bercerita, > > sebenarnya dia tidak ingin membawa anaknya ke rumah sakit. Meskipun > > Kamaludin sudah demam tinggi selama tiga hari, Saritem masih > mencoba > > mengobati anaknya dengan obat-obatan warung. Namun Kamaludin tak > > kunjung sembuh. > > > > "Saya ketakutan waktu lihat dia (Kamaludin) menggigil," kata > Saritem. > > Karena ketakutan, meskipun tidak punya uang Saritem nekat membawa > > anaknya ke RSUD Tarakan, setelah mendengar ada pengobatan gratis di > > rumah sakit tersebut untuk pasien DBD. > > > > Ternyata, Saritem tidak benar-benar mendapat pengobatan gratis. Ada > > beberapa resep obat, yaitu obat antibiotik dan penurun panas yang > > harus dia tebus dengan uang tunai. Selain itu, Saritem juga > > diharuskan membayar uang untuk mengambil trombosit darah. Jumlah > > keseluruhannya mencapai Rp 100.000 lebih. > > > > "Suami saya cuma tukang sampah. Dapat gaji cuma Rp 200.000 per > bulan. > > Begitu gajian langsung habis untuk bayar utang," kata Saritem. > Untuk > > menebus biaya pengobatan hingga Rp 100.000 tentu menjadi sangat > berat > > buat Saritem. Ia mengaku takut jika ada keluarganya yang sakit lagi. > > > > Dinas Kesehatan DKI tahun 2005 ini sudah menganggarkan Rp 98 miliar > > untuk dana Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Keluarga Miskin (JPK > > Gakin). Tetapi baru sebagian kecil dana itu terserap. Pasalnya, > > sebagian besar orang miskin di Jakarta tidak memiliki kartu Gakin. > > Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang menjadi syarat pun sering > > ditolak rumah sakit. Pantas saja orang-orang seperti Marsani dan > > Saritem ketakutan jika ada keluarganya yang sakit. (IND) > > > > --------------------- > > > > Danardono ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/