Jadi bedanya apa ya?

-----Original Message-----
From: Carla Annamarie [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, February 23, 2005 8:16 AM
To: ppiindia@yahoogroups.com
Subject: [ppiindia] 'The Da Vinci Code' digugat: The Da Vinci Hoax


'The Da Vinci Code' digugat: The Da Vinci Hoax

Betapa Gampang Kita Ditipu
oleh : Pst. H. Tedjoworo, o.s.c.

Begitu banyak orang yang membaca "The Da Vinci Code" seolah-olah disingkapi
sebuah 'rahasia besar' yang selama ini disembunyikan oleh Gereja Katolik.
Buku yang sebenarnya adalah sebuah novel thriller fiktif ini dibaca orang
layaknya sebuah hasil riset yang brillian dari seorang Dan Brown,
pengarangnya. Jikalau sekarang pun sudah terbawa arus itu, mungkin akan ada
yang terlambat menyadari betapa dangkalnya pikiran mereka mengenai iman
mereka sendiri.

Ya. Bahkan lepas dari menarik tidaknya isinya, "The Da Vinci Code" (DVC)
itu sudah penuh dengan kesalahan. Setidaknya, bagi mereka yang biasa
menulis artikel ilmiah akan segera tahu bahwa ada yang tidak beres dengan
buku ini. Namun, banyak orang telanjur terkesima dengan halaman awal buku
ini yang diberi judul "FAKTA". Padahal, yang ditulis di bawahnya dan di
halaman-halaman berikutnya tiada lain adalah kutipan dari buku-buku
fiksional dan beraliran New Age yang bahkan tak pernah dipakai sebagai
catatan kaki, apalagi bibliografi sebuah buku! Para penulis lain tak mau
memakai buku-buku semacam ini sebagai sumber karena akan segera meruntuhkan
kredibilitas mereka sebagai penulis!

Tapi, bagaimana mungkin begitu banyak orang cenderung percaya dengan sebuah
buku yang didasarkan pada fiksi macam ini? Bagaimana mungkin, misalnya, New
York Daily News bahkan menyebutnya sebagai sebuah riset yang "impeccable"
(=sempurna, karena didasarkan pada penyelidikan ilmiah yang mendalam)?
Tiada lain karena buku ini menusuk langsung ke jantung iman Katolik, antara
lain bahwa Yesus Kristus pernah menikah dengan Maria Magdalena dan
mempunyai anak, lalu mendirikan sebuah agama feminis yang selama ini
ditindas dan ditutup-tutupi oleh Gereja. Dengan sangat meyakinkan, buku ini
memporakporandakan fondasi iman banyak orang, padahal ia hanya berbekal
spekulasi dan sumber-sumber fiktif. Juga, karena Dan Brown, pengarangnya,
pernah mengklaim bahwa tulisannya itu didasarkan pada "kebenaran historis"
dan "hasil penelitian para ahli"-sesuatu yang mestinya langsung membuat
kita bertanya apa yang dimaksudnya dengan "kebenaran historis" dan siapa
yang disebutnya "para ahli" itu!

Ternyata yang diacu sebagai "kebenaran historis" itu ialah sebagian besar
isi buku "Holy Blood, Holy Grail" (1982) yang bukan hanya dikutip tapi
banyak dipakai begitu saja oleh Dan Brown sebagai "data" utama bukunya.
Perlu diketahui bahwa buku "Holy Blood, Holy Grail" itu ditulis oleh
Michael Baigent, Richard Leigh, dan Henry Lincoln; ketiganya ini dikenal
sebagai para penulis fiksi yang pintar berfantasi, senang
menghubung-hubungkan Maria Magdalena, kaum Merovingian, kaum Kathar,
legenda "Piala Suci" (Holy Grail), dan sebagainya. Bahan-bahan dari buku
mereka ini dipakai oleh Dan Brown dan dicantumkan sebagai "fakta" dalam
bukunya (Charlotte Allen, Debunking 'Da Vinci').

Heran terhadap kenyataan bahwa begitu banyak orang percaya sekali dengan
buku ini, Carl E. Olson, seorang editor majalah Envoy, dan Sandra Miesel,
seorang ahli abad pertengahan dan mantan jurnalis Katolik, menulis sebuah
buku berjudul "The Da Vinci Hoax" (=Tipuan Da Vinci) setebal 307 halaman,
menandingi versi asli DVC yang 457 halaman itu. Olson dan Miesel menyebut
keanehan pertama pada DVC sudah ditemukan dalam penyebutan sosok Leonardo
dengan "Da Vinci" itu, sebab "Da Vinci" itu bukan nama keluarga Leonardo;
itu hanya nama tempat kelahirannya. Ini sudah cukup menjatuhkan
kredibilitas Dan Brown. Charlotte Allen dalam tanggapannya merasa heran
mengapa DVC itu ditulis bukan berdasarkan teks-teks asli Gnostik dan
primary sources dari abad pertengahan, tetapi malah berdasarkan tulisan dan
spekulasi orang (ketiga) tentang sumber utama Gnostisisme itu.

Kenyataan betapa suka dan percayanya orang membaca buku DVC ini bisa jadi
menunjukkan betapa dangkalnya proses katekese mereka ketika mau menjadi
Kristen. Dengan kata lain, itu menunjukkan bahwa selama ini mereka tak
punya cukup pengetahuan akan dasar iman Kristianinya sendiri! Atau, tak
usah jauh-jauh. Kepercayaan pada buku semacam DVC ini melukiskan bahwa
orang masih tidak bisa membedakan antara fakta dan fiksi.

Perhatikanlah perbandingan di bawah ini mengenai apa yang ditulis oleh Dan
Brown dalam DVC dibandingkan dengan kenyataannya. Mungkin kita baru akan
berpikir-pikir lagi untuk percaya pada buku macam DVC.

- Brown menuliskan bahwa Leonardo Da Vinci adalah seorang "homoseksual yang
flamboyan" namun menerima "ratusan komisi yang sangat menguntungkan dari
Vatikan". Kenyataannya, Leonardo 'mungkin' seorang homoseksual, tetapi
jelas ia tidak flamboyan. Ia membuat beberapa lukisan, dan menerima hanya
satu komisi dari Vatikan; itu pun belum sempat terjadi pada waktu itu
(Olson & Miesel).

- Brown yakin bahwa sosok yang dilukiskan oleh Leonardo dalam The Last
Supper dan duduk di sebelah Yesus itu adalah Maria Magdalena, bukan Santo
Yohanes. Memang sosok Yohanes dilukiskan sebagai sosok yang halus (tak
berjenggot) dan lemah lembut. Tapi aneh, kenapa tidak ada satu ahli seni
pun yang setuju dengan penafsiran ini? Lagi pula, seorang artis sebesar
Leonardo, di zaman itu, menjadi satu-satunya yang melukiskan kedua belas
rasul Yesus tanpa Yohanes? Jika benar itu Maria Magdalena, di manakah
Yohanes? (Olson & Miesel)

- DVC mengklaim bahwa "Gereja pernah membakar 5 juta perempuan".
Kenyataannya, pembunuhan yang terjadi pada 1400-1800 dan menimpa baik
perempuan maupun laki-laki yang dicurigai sebagai dukun itu diperkirakan
sejumlah 30 ribu sampai 50 ribu (Miesel). Jadi, tidak semuanya perempuan,
tidak semuanya dibakar, sebagian dieksekusi oleh negara, dan sejumlah besar
juga oleh kaum kristen lain. (Olson & Miesel).

- Tokoh penting dalam DVC ialah Robert Langdon, yang disebut oleh Brown
sebagai seorang "simbologist terkenal lulusan Harvard". Namun aneh,
ternyata tidak ada departemen simbologi apapun di Harvard University
(Catholic Answers).

- Brown menulis daftar panjang di bagian pengantar bukunya, yakni ucapan
terima kasih kepada berbagai lembaga atas kerja sama dalam berbagai riset
yang mendalam. Ia mencantumkan, misalnya, "Project Gutenberg". Tapi ini
adalah situs perpustakaan online di internet yang isinya bisa diakses oleh
siapapun juga yang punya internet. Ia juga mengucap terima kasih atas kerja
sama dengan Catholic World News. Tapi lucu, Phil Lawler, editor Catholic
World News, malah terkejut dengan penyebutan itu, sebab ia tidak bisa
mengingat kontak apapun dengan Brown sebelumnya, bahkan pada daftar
pengunjung mereka pun tidak tercantum nama Dan Brown (Catholic Answers).

- Brown menggambarkan bahwa "Opus Dei" adalah sebuah sekte Katolik militan
beranggotakan rahib-rahib yang rela mencuci otak atau membunuh orang demi
Gereja Katolik. Padahal "Opus Dei" itu didirikan pada 1928 di Spanyol oleh
seorang imam Katolik bernama Josemaría Escrivá yang sudah menjadi santo.
Organisasi ini bertujuan memajukan kesucian kaum awam. Paus Yohanes Paulus
II pernah menyebutnya sebagai "seorang santo dari hidup sehari-hari". Opus
Dei pun tidak memiliki rahib atau apapun, sebab organisasi ini di mana-mana
hanya memberikan bimbingan rohani agar kaum awam dapat meningkatkan
kesucian hidupnya. Pimpinan Opus Dei sudah melayangkan protes tertulis
kepada Doubleday, penerbit buku DVC, segera sesudah kemunculan buku itu
(Catholic Answers).

- DVC menyatakan bahwa Kitab Suci itu buatan manusia, bukan Allah, dan
disusun oleh kaisar Konstantinus Agung. Padahal, Kitab Suci tidak pernah
disusun oleh satu orang dalam waktu singkat. Kitab Suci terbentuk melalui
proses yang sangat panjang, termasuk juga Perjanjian Lama yang pada waktu
itu dipakai oleh Yesus. Tidak ada seorang ahli Kitab Suci pun yang
mengatakan bahwa Konstantinus Agung itu berperan dalam penyusunan (kanon)
Kitab Suci (Catholic Answers).

- Brown menafsirkan kelima cincin yang saling bertautan lambang Olimpiade
itu sebagai simbol penghormatan kepada dewi (Maria Magdalena, yang adalah
"Holy Grail" menurut tafsiran Brown). Padahal para penyelenggara Olimpiade
itu sejak awal menempatkan satu cincin untuk mewakili tiap set olah raga,
meski kemudian mereka akhirnya berhenti pada jumlah lima (Miesen).

PS : tulisan di atas sudah diedit, agar mudah dipahami
oleh mereka yang kebetulan bukan beragama Katolik.

 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to