Melihat nama Laksamana Sukardi yang banyak menjual perusahaan negara di jajaran PDIP Pembaruan, saya lihat tak ada yang istimewa dari PDIP Pembaruan.
Bisa jadi, ini manuver SBY-JK untuk menguasai PDIP sebagaimana Golkar sudah ditake-over oleh JK. --- Ambon <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/3/28/p5.htm > > Masa Depan PDI-P--- PDI-P Maunya seperti Apa? > Oleh I Ketut Putra Erawan, Ph.D > Masa depan partai politik di Indonesia oleh banyak > pihak dianggap kurang menjanjikan. Partai dikritik > hanya aktif berfungsi dalam aktivitas merebut, > mempertahankan, dan membagi kekuasaan. Dinamikanya > kentara pada saat pemilu, kongres, munas, pembagian > jatah kabinet, dan yang pasti pilkada langsung > nanti. Partai dikritik tidak banyak berperan dalam > menjalankan fungsi utama sebuah kekuatan politik > yaitu mempersiapkan pejabat publik (bukan hanya > merekrut saja), memberi arah bagi jalannya > pemerintahan dan menjadi suluh bagi masyarakat > (ketika muncul isu-isu yang kontroversial). Fungsi > ini bahkan telah banyak diambil alih oleh kelompok > sosial kemasyarakatan yang ada, baik itu lembaga > swadaya, media massa, kampus, dan lain-lainnya. > Partai jarang menawarkan solusi tetapi > mempertontonkan intrik, manipulasi dan perpecahan. > Partai menjadi kekuatan nyata yang kurang relevan > bagi pendukung, masyarakat maupun proses > demokratisasi. Partai sepertinya ada, namun tiada. > Bagaimana dengan PDI-P yang berkongres di Bali mulai > Senin ini sampai Sabtu depan? > > INI ironis mengingat betapa banyaknya harapan yang > dibebankan pada partai pascakejatuhan rezim orde > baru. Apakah dengan demikian eksistensi partai sudah > obsolete atau kedaluwarsa? Ia bukan lagi solusi > tetapi problema bagi proses demokrasi? Tulisan ini > berpendapat tidak sepesimis itu. Seberapa pun > situasi partai saat ini, partai tetap merupakan aset > utama politik. Partai adalah darah bagi hidupnya > proses politik, pemerintahan dan demokrasi. Dengan > demikian, salah satu tantangan terbesar bagi proses > politik dekade ini, menurut saya, adalah membantu > partai-partai politik yang ada menemukan jati > dirinya dan kemudian tumbuh dewasa. Tantangan itu > termasuk membantu partai mendemokratisasikan dirinya > dan selanjutnya mendinamisasi sistem. Dalam bahasa > jargonnya, menjadikannya partai "modern". > > Tulisan ini adalah upaya awal ke arah tersebut. > Fokus pembahasan kali ini adalah Partai Demokrasi > Indonesia Perjuangan (PDI-P). Tulisan ini akan > membahas tiga pilihan masa depan bagi PDI-P. > Masing-masing pilihan mensyaratkan penajaman arah > reformasi dalam tubuh PDI-P. Di samping itu, > masing-masing pilihan mengandung konsekuensi bagi > partai ini selanjutnya. > > > > Kondisi Kini > > Tulisan ini hendak membahas persoalan eksistensial > partai, mau menjadi partai seperti apakah PDI-P > sepuluh tahun lagi? Alasan memilih sepuluh tahun > adalah pertimbangan strategis bahwa partai perlu > cukup waktu untuk menata masa depannya. Kalau kita > mengacu pada argumen Katz and Mair (1992), bahwa ada > tiga wajah partai: partai pada akar rumput, partai > pada level pemerintahan, dan partai pada tingkat > pusat. Katakanlah fokus penataan pada masing-masing > level memerlukan waktu dua tahun, maka untuk semua > level dibutuhkan enam tahun. Sedangkan untuk > pengorganisasian dan penataan hubungan antartiga > level itu dibutuhkan paling sedikit dua tahun. Kalau > partai harus mengkonsentrasikan diri setahun untuk > menghadapi pemilu lima tahunan, maka partai > membutuhkan waktu dua tahun selama satu dekade. Jadi > total waktu yang dibutuhkan untuk menata tiga level > partai, hubungan antarlevel, serta mempersiapkan > pemilu adalah sepuluh tahun. > > Pembahasan terhadap tema-tema di atas untuk PDI-P > yang tengah menyelenggarakan kongresnya di Bali > mulai 28 Maret hingga 2 April adalah relevan untuk > beberapa alasan. Pertama, partai ini adalah salah > satu partai terbesar di Indonesia yang ikut > menentukan konstelasi politik nasional dan daerah, > sehingga konsekuensi dinamikanya akan berpengaruh > terhadap proses politik dan pemerintahan secara > umum. Kedua, adanya dinamika baru dalam kongres kali > ini yang mengisyarakatkan perlunya demokratisasi > internal partai. Persoalannya adalah belum > tercapainya kesepakatan tentang siapa formaturnya > (Megawati, Guruh, dan lain-lainnya), bentuk > formaturnya (tunggal atau jamak), dan aturan main > prerogatif atau tidak ada prerogatif (prosedur > pengambilan kebijakan). Tetapi dalam banyak > pertemuan, kalangan partai sendiri masih menyadari > perlunya perubahan-perubahan dalam tubuh partai. > Kekalahan dalam pemilu legislatif dan presiden 2004, > misalnya, adalah pemicu kesadaran baru itu. Ketiga, > persoalan-persoalan yang dihadapi oleh PDI-P juga > dihadapi oleh partai-partai lainnya. Upaya PDI-P, > misalnya dalam mengurangi personalitas/figur, money > politics, premanisme, intimidasi, dan lainnya akan > mudah dicontoh oleh partai-partai lainnya. > > Momentum kongres adalah wahana untuk menentukan > kepemimpinan terpilih yang representatif. Terlebih > lagi pertemuan besar dan seserius kongres mestinya > juga menjadi momen refleksi bagi partai ini untuk > merenungkan eksistensi dirinya. Mau menjadi partai > seperti apakah PDI-P sepuluh tahun lagi? > Kepemimpinan terpilih, menurut saya, bisa menjadi > figur-figur transisional yang akan membawa partai > ini ke masa depan. Energi besar yang dimiliki oleh > partai ini jangan sampai dihabiskan untuk > memperdebatkan siapa yang layak menjadi pemimpin > saat ini. Tetapi lebih penting lagi, bagaimana > mengkonsolidasikan internal partai untuk bisa > melangkah ke masa depan. Lalu, apakah pilihan masa > depan yang tersedia bagi partai ini? Ada tiga > pilihan politik bagi PDI-P: menjadi partai massa, > partai kader, dan partai catch-all. > > Partai Massa > > Pilihan politik sebagai partai massa adalah sangat > relevan bagi PDI-P karena partai ini memiliki banyak > pendukung setia (Marhaenis, Soekarnois, Nasionalis, > dan mungkin juga kelompok populis). Sebagai partai > massa maka keunggulan PDI-P adalah jumlah > pendukungnya yang besar yang menjadi sumber utama > politiknya. Dibutuhkan suatu sistem pengorganisasian > yang kompleks dan rumit untuk memelihara loyalitas > pendukung ini. > > Oleh karena tekanannya lebih pada jumlah > dibandingkan dengan kualitas, maka partai ini > seringkali kekurangan kader-kader yang siap untuk > jabatan publik tertentu. Direkrutnya kader-kader > yang dinilai belum cukup "bekerja" bagi partai untuk > jabatan publik menimbulkan kontroversi bahkan > perpecahan dalam tubuh partai. > > Karakteristik kedua dari partai massa adalah sumber > keuangannya. Secara teoretik sumber keuangan partai > massa adalah sumbangan dari para pendukungnya yang > lebih besar dibandingkan dengan penyumbang kaya. > Upaya menggali dana dari pendukung membutuhkan > aktivitas pekerja partai pada level akar rumput. > Pola pendanaan yang demikian juga akan menuntut arah > kebijakan yang memperhatikan kepentingan pendukung. > Di samping itu, akuntabilitas pejabat politik yang > mewakili partai menjadi persoalan yang penting bagi > upaya mempertahankan dukungan. > > Karakteristik ketiga adalah munculnya > pengorganisasian yang solid pada level partai di > pusat. Partai di pusat bukan hanya menjadi payung > bagi aktivitas partai pada level pemerintahan, > tetapi juga menjadi pendukung aktivitas pekerja > partai dan koordinator berbagai kepentingan. Apa pun > kebijakan yang diambil harus dikomunikasikan kepada > partai pada level akar rumput dan pada partai di > pemerintahan. > > Kalau demikian halnya, PDI-P cocok disebut sebagai > partai massa. Secara teoretik PDI-P sudah berada > pada jalur partai massa sejak awal berdirinya. > Namun, ada banyak manuver yang dilakukan oleh > elite-elite partai yang mengaburkan identitas partai > massa. Belum ada upaya sistematis untuk menjaring > aspirasi pendukung secara rutin yang menjadi agenda > pengambilan keputusan. Banyak calon pejabat publik > yang populer di masyarakat tidak direstui pusat. > Pertimbangan strategis pusat tidak dikomunikasikan > dengan baik. Pola koalisi beberapa elite hanya > didasari oleh pertimbangan strategis semata. > Ideologi belum difungsikan sebagai perekat massa dan > pemimpinnya. Kebijakan yang diperjuangkan kelihatan > reaktif dan tidak sistematis serta tidak ada sistem > insentif bagi pekerja-pekerja partai yang telah > berjasa. > > Dengan kata lain, dalam sepuluh tahun ke depan masih > banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh > partai. Siapa pun yang menjadi pengurus PDI-P yang > terpilih dalam kongres, mereka membutuhkan lebih > banyak bantuan. Sangatlah berat bagi hanya seorang > formatur dengan prerogatifnya untuk menjamin > aspirasi pendukung dan memfungsikan partai pada > pemerintah serta pada saat yang sama melaksanakan > koordinasi dalam berbagai aktivitas partai pada > semua level. Lalu cocokkah PDI-P menyandang pridikat > sebagai partai kader/elite. Tulisan kedua besok akan > membahasnya dengan tuntas. > > Penulis, Ketua Program Pascasarjana Ilmu Politik > Universitas Gadjah Mada Yogyakarta > > > > > [Non-text portions of this message have been > removed] > === message truncated === Bacalah artikel tentang Islam di: http://www.nizami.org __________________________________ Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business - Try our new resources site! http://smallbusiness.yahoo.com/resources/ ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/