Biasanya sich, kalau yg dulu beragama lain terus tertarik Islam, salah satu yang jadi concernnya adalah masalah Tauhid.
Saya pernah bertemu orang PITI Bandung, pak Sulaiman Ong, ada juga Miranda Risang Ayu, boleh juga ditambahin the legend Irena sebagai contohnya. Btw, teman-teman di milis [EMAIL PROTECTED] juga lagi diskusi masalah Individual dan Komunal - wahyu dan akal, yang kayaknya dekat dengan diskusinya mbak Lina Dahlan dan Arriko, saya copy paste dibawah ini. Sekedar info, meskipun milis ini namanya konyol .... wanita-muslimah, tapi yang ngeramein orangnya asik-asik, dan juga dari berbagai kalangan, gak cuma yang muslim saja, bahkan ada kristen, ateis dan yahudi segala. [ rada mirim komunitasnya dengan milis ppiindia ini ] Yang saya fw dibawah ini adalah diskusi pak Muizof dan mbak Mia, yaaa ... mbak Mia ini adalah mbak Linanya milis wm itu. Met di baca dech ... :P === Individua dan Komunal Pak Muiz, dimasa jahiliyyah itu ada beberapa mitos: - Paling terkenal Latta dan Uzza, dewi yang feminin. Ini adalah 'sisa-sisa' mitos yang konon dibawa dari Mesopotamia abad pertanian (kayaknya suku Chaldean Nabi Ibrahim itu mondar-mandir antara Hijaz dan Mesopotamia). Banyak patung lain di Ka'bah. Bahkan menurut Karen Armstrong ada patung Yesus dan Ibunya Maryam, yang nggak diruntuhkan Nabi ketika menaklukkan Makkah. - Illah (Allah), adalah Tuhan Esa mitos yang lebih tua, jarang disebut dan nyaris terlupakan. Makanya dewa-dewi itu kan disebut Banat Allah (Anak-anak Allah). Yang terjadi seputar masa jahiliyyah itu adalah: - Masa transisi Arab dari kehidupan tribalistik kuno ke jaman perdagangan. - Di masa transisi ini mitos-mitos kuno kehilangan makna yang semula. Bahkan patung-patung itu telah jadi lambang yang identik dengan status quo, yaitu untuk kepentingan lapisan OKB elite Arab vs lapisan kelas bawah, perempuan dan budak. Pak Muiz mungkin bisa baca-baca beberapa buku supaya lebih ngeh tentang kehidupan komunal tribalistik itu, karena panjang uraiannya. Saya anjurkan baca Muhammad oleh Karen Armstrong (kalau belum baca), dan beberapa buku antropologi. Dalam komunal, kepentingan pribadi berlaku hanya sebatas kepentingan suku, kurang lebih gitu deh singkatnya. Dan ini melipuati semua ruang lingkup kehidupan. Kalau Pak Muiz paham tentang kehidupan orang Baduy Dalam di Banten, inilah artinya komunal. Di Amerika kehidupan komunal ini dijalankan orang Protestan Amish dan Mnenonite. Di jaman modern ini kehidupan yang relatif komunal berarti, kelompok yang mengusung nilai-nilai tertentu, dan semua kepentingan pribadi ditujukan demi nilai kelompok ini. Contohnya mungkin, Jamaah Tabligh, Jamaah Tarbiyah dan komunitas PKS yang semi komunal. Kalau kita bisa mendapat gambaran yang cukup komprehensif tentang kehidupan tribalistik Arab gurun ini, kita akan dapat pemahaman yang lebih luas tentang wahyu dan kiprah Nabi pada waktu itu, relatif dengan teks dan sunnah. Anggap saja kita hidup pada jaman itu. Dan kemudian mengaplikasikan benang-benang merahnya pada jaman sekarang. Inilah dialektika antara teks dan konteks. Allah yang Esa tanpa perantara, sesungguhnya sejalan dengan perubahan wawasan yang terjadi pada waktu itu, yang membawa perubahan fundamental, misalnya trend baru perdagangan. Perubahan ini adalah ke arah kemajuan, dimana wawasan manusia lebih luas. Manusia lebih percaya diri, lebih mengerti gejala-gejala alam. Artinya lebih punya kontrol pada yang sekelilingnya. Jadi nggak lagi membutuhkan simbol-simbol tertentu. Artinya simbol-simbol itu, kalaupun masih dipakai, pemakaiannya udah nggak sesuai lagi, malah dalam hal ini destruktif. Yaitu identik dengan kekuasaan OKB elite Quraish. Nggak ada yang lebih destruktif untuk kehidupan kesukuan yang egalitarian, selain prilaku kelas OKB ini, yang manipulatif dan menindas terhadap masyarakat bawah, perempuan dan budak. Nama 'Allah' sendiri pada waktu itu sudah jauuuuuuh....dalam arti bener-bener jauh dalam moral kehidupan mereka. Latta dan Uzza lah yang menggantikan makna dibalik simbol 'Allah'. Pak Muiz, dalam 'ayat-ayat Setan', Quraish pagan nggak keberatan solat sama-sama dengan orang Islam loh. Mereka nggak keberatan berdampingan dengan ummat Islam, inilah uniknya orang pagan, maklum mereka nggak fokus pada 'satu' Tuhan. Tapi syaratnya, Latta dan Uzza ini diterima juga di risalah Nabi sebagai perantara. Lha, emang asal-usulnya dewa-dewi itu cuma perantara atau lambang kok, bukannya Allah. Nabi Muhammad yang orang hanif, paham yang begini ini, makanya Nabi hampir menyetujui kesepakatan ini kalau nggak ditegur Allah. Hey, ente mau tandatanganin kesepakatan Setan...gitu kira-kira. Bagi Quraish itu lebih dari sekedar perantara Allah. Dewa-dewi ini adalah simbol makna kepentingan mereka sendiri sebagai status quo. Muhammad hidup di masa peralihan dari Dunia Lama ke Dunia Baru - dimana simbol ini adalah INTEGRAL dalam kehidupan masyarakat. Kalau Muhammad menerima Latta dan Uzza ini sebagai 'sekutu' Allah, berarti takluk pada status quo dong! Lha, justru status quo represif ini yang Muhammad ingin runtuhkan, dan membawa Arab ke jaman progresif. Karena itu Muhammad 'menghidupkan' mitos Allah kembali, tadinya Tuhan Esa yang sayup-sayup, yang terpenjara oleh tradisi berhala repressif elite Quraish. Sekaligus menolak Latta dan Uzza sebagai sekutu Allah. Jelas kehidupan ke arah modern harus menjebol tradisi komunal, dong. Siapa lagi yang bisa melakukannya selain para individu? Para individu Islam awal ini tergabung di bawah keyakinan Allah yang Tunggal. Artinya kebebasan individu adalah MUTLAK untuk kehidupan selanjutnya, yaitu hidup yang progressif. Namun kebebasan pribadi ini tetap dalam kerangka sifat-sifat Allah yang Tunggal, Allah sebagai The Individu, yang manunggaling. Ini adalah keyakinan yang juga MUTLAK diperlukan untuk kebebasan individu, supaya kebebasannya itu terarah. Saya pikir ini adalah nilai Islam yang universal, yang bisa disharing dengan siapapun. Sebaliknya, Allah yang Tunggal juga kompatibel dengan kehidupan komunal. SELAMA KOMUNITAS ITU MEMILIH BUKAN HIDUP YANG PROGRESSIF. Yaitu kehidupan komunal dimana sekelompok individu hidup untuk tradisinya yang eksklusif. Makanya saya selalu cerita tentang orang Baduy Dalam yang memilih kehidupan non-progressif, sebagai cerminan alter-ego kita. Dengan demikian, seorang individu selalu mempunyai pilihan yang beragam dalam kehidupan ini, dari eklusif, semi eklusif ke progresif. Namun seorang individu tidak akan pernah bisa 'meminggirkan' mitos Allah, sebagai the Higher Being. Disinilah kita berseberangan dengan sekuler-atheist, dan kelompok radikal fundamentalis. Karena itu bisa dibayangkan 'bahaya laten', apabila kita meminggirkan aspirasi individu di tengah masyarakat progressif. Contohnya Arab Saudi. Dan 'social-engineering ala HMNA dan HTI...:-)) Di lain pihak, kita juga bisa membayangkan 'bahaya laten' ketika masyarakat progressif meminggirkan mitos Ketuhanan. Makanya saya bilang ke Pak Dana. Hati-hati menyebut agama sebagai 'wilayah pribadi', atau negara 'diatas' agama. Kalau negara pada PRAKTEKNYA menjadi kasta hegemonik dan memiskinkan kehidupan batin kita, maka pada saat ini negara menjadi "Allah". Ketika negara menjadi Allah, saat itu juga berlaku 'Lailahaillallah'. Artinya mitos negara itu harus diruntuhkan....lha, emangnya kita lagi menuju global kok....Namun ummat Islam masih terperangkap dalam mitos 'kesakralan ummat'.... Salam Mia --- In [EMAIL PROTECTED], Abdul Mu'iz <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Mbak Mia, > Soal Komununal yang tribalistik diubah oleh Nabi > Muhammad dengan Tauhid adalah bentuk mengubah > paradigma menuju individualistik. Saya masih belum > paham dengan uraian mbak Mia ini, bisa enggak > diperjelas sekali lagi. > > Sebab menurut saya sebenarnya orang arab pra islam > yang menyembah berhala yang jumlahnya banyak itu bila > ditanya siapa Tuhan (rabb) kalian ?? mereka menjawab > "Allah" sebagaimana yang diperkenalkan nabiullah > Ibrahim. Jadi sebenarnya konsep Tauhid itu bukan hal > yang baru. Lantas mengapa menyembah berhala, mereka > akan menjawab, tidak, kami tidak menyembah berhala, > karena berhala ini tidak lebih dan tidak kurang > merupakan washilah (penghubung) kepada Allah. Ini > semua lantaran kami menyadari banyak dosa, sehingga > melalui berhala si anu atau si anu yang tidak lain > adalah patung dari almarhum orang sholeh, jauh dari > maksiat yang dimonumentkan sebagai berhala si anu. Nah > oleh Nabi Muhammad pemahaman ini dirombak, karena > Allah tidak butuh perantara, sekotor dan sejahat > apapun manusia bila bertobat maka memohonlah langsung > kepada Allah tanpa perlu perantara lagi. Jadi kalau > konsep Tauhid yang dibawakan Rasulullah dikatakan mbak > Mia menggeser dari komunal ke individualistis sungguh > tidak saya pahami. > > Wasssalam > Abdul Mu'iz ----- Original Message ----- From: "Lina Dahlan" <[EMAIL PROTECTED]> Kalau mau main-main dengan kata 'menghakimi', saya memang menghakimi TULISAN sampeyan tentang ruh Allah yang bisa keluar masuk itu. Saya hakim, tulisan sampeyan sebagai bukti kasus, sampeyan sebagai terdakwa. itu baru bisa dibilang menghakimi...:-) Itulah yang membuat saya tercenung setiap kali saya bertanya kepada teman kristen saya (dulu seh) tentang ketuhanan Yesus yang selalu dijawab,"kamu tidak akan pernah mengerti karena kamu tidak mempuyai iman kristiani/bukan orang Kristen". oh em gee...saya ini sedang mencari iman...kok disuruh jadi kristen dulu. Kan saya dah pernah bilang kalau saya pernah bimbang, jadi saya lepaskan semua keimanan saya sebentar (he..he jadi agnostik deh gitu)... Kini..buat saya, konsep Allah itu immateri yang sempurna. Saya mendekati Tuhan melalui pikiran, hati, jiwa, perasaan, dan intuisi bukan melalui gambaran fisik. Allah dapat kita kenal dalam Nama- Namanya (Sifat2) yang indah. Kita hidup bukan di jaman jahiliah yang paganis, dimana Allah perlu divisualisasikan dengan berhala dan sosok tubuh or dewa2. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/