http://www.indomedia.com/bpost/042005/1/opini/opini1.htm
Jumat, 01 April 2005 01:22

Amerika, Islam Dan Muslim Moderat
Oleh: A Fatih Syuhud


Selama Perang Dingin, satu hal yang konstan dalam politik luar negeri (poluneg) 
Amerika Serikat (AS) adalah hubungan positif dengan kalangan negara muslim 
moderat. Tujuannya, menjamin suplai energi, mencari aliansi menghadapi blok 
Soviet dan memelihara status quo.

Sebelum Revolusi Iran, Islam bagi AS bermakna menurut versi yang diproyeksikan 
pemerintah negara muslim. Penggunaan Islam sebagai senjata ideologis melawan 
nasionalisme Arab, tidak dipermasalahkan dan tidak ada praduga ancaman dari 
gerakan radikal semacam Ikhwanul Muslimin dan lain-lain.

Revolusi Islam Iran pada 1979 telah mengganggu keseimbangan strategis di 
kawasan. Hal ini disusul sebuah serangan pada stabilitas politik Saudi Arabia, 
ketika kelompok radikal Islam menduduki Masjidil Haram Makkah pada November 
1979. Invasi Soviet ke Afghanistan pada Desember 1979 semakin memperkeruh 
masalah. Dua dinamika pertama meningkatkan relevansi Islam konservatif; sedang 
yang ketiga menjadi platform sense of urgency dengan mengeksploitasi Islam 
sebagai tujuan AS memobilisasi kampanye anti-Soviet dan menggalang bantuan dari 
ulama, kepala suku dan bahkan Islamis radikal di Pakistan dan Afghanistan. 
Dengan demikian, diperlukan kebijakan akomodatif ke arah itu yang terbukti 
kontradiktif.

Pada akhir Perang Dingin, dinamika yang terjadi di Mesir dan Aljazair memaksa 
dilakukannya peninjauan kebijakan. Pidato Asisten Menlu AS, Edward Djerejian, 
pada Juni 1992 menyoroti soal ini: kebijakan apa yang seharusnya diberlakukan 
AS terhadap Islam; bagaimana peran kepemimpinan AS dapat mengembangkan 
kebijakan komprehensif atas berbagai krisis dan peran Islam di dalamnya? 
Djerejian mengatakan, (a) AS tidak mengganggap Islam sebagai isme berikutnya 
yang melawan Barat; (b) Perang Dingin tidak diganti dengan kompetisi baru; (c) 
tidak ada blok atau usaha internasional di balik berbagai kelompok dan gerakan 
Islam, tetapi kekuatiran serius itu eksis berkaitan dengan peran Iran dan 
Sudan; (d) penyebab akar masalah terletak dalam ketidakadilan sosial dan tak 
adanya proses demokrasi.

Dasar pemikiran yang hampir sama juga dibahas pada 1994 oleh dua pejabat 
pemerintahan Clinton, Robert Pelletreau dan Anthony Lake; yang disimpulkan 
pejabat Deplu AS pada 1995: "Kebijakan kami adalah untuk memelihara komunikasi 
tetap terbuka dengan gerakan Islam moderat." Perlu dicatat, pada peiode 
1995-1996 AS melakukan hubungan baik dengan rezim Taliban di Afghanistan.

Poluneg 1992 didasarkan pada tiga faktor yang harus dilakukan secara imparsial 
dan serentak: (a) dukungan berkelanjutan pada rezim moderat; (b) induksi 
perubahan gradual; (c) resolusi atas konflik Arab-Israel.

Implementasi poin pertama cukup mudah dilakukan, namun keberhasilannya 
terhalang poin kedua karena tekanan untuk perubahan terlalu longgar. Sedang 
poin ketiga, sikap keras kepala Israel dan ketidakmampuan AS mengakibatkan 
matinya proses perdamaian dan menjadi pemicu intifadah kedua. Sebagai 
akibatnya, opini dunia Arab -yang menganggap AS sebagai pelindung rezim 
tradisional- menyalahkan AS atas gagalnya evolusi politik.

Kondisi ancaman baru pasca-11/9, mengharuskan peninjauan kembali sejumlah 
kebijakan AS. Hal ini terefleksi dalam The National Security Strategy of the 
United States of America, yang ditandatangani Presiden George W Bush pada 17 
September 2002. Dokumen ini menyatakan, dalam konteks perang melawan terorisme 
global, AS akan mendukung pemerintahan moderat dan modern, khususnya di dunia 
Islam, guna menjamin bahwa kondisi dan ideologi yang mempromosikan terorisme 
tidak mendapatkan tempat di bangsa mana pun. Dukungan juga dijanjikan bagi 
'penyelesaian adil dan komprehensif' konflik Israel-Palestina, asalkan 
Palestina 'dengan tegas menolak teror' dan 'memeluk demokrasi'.

Beberapa hal yang patut dicatat adalah, pertama, dengan mengaitkan dukungan 
pada konsep modernitas tanpa definisi yang pasti, tidakkah AS sebenarnya ingin 
mengontrol tatanan masyarakat pada level perkembangan yang berbeda-beda? 
Sebagian kalangan mendukung pendekatan baru yang berdasar pada demokratisasi 
kawasan timur tengah dibarengi, apabila perlu, dengan rekayasa gradual.

Kedua, sejauh mana AS dapat menekan rezim tradisional untuk bergerak maju tanpa 
terjadi destabilisasi? Bagaimana apabila tekanan itu tidak membuahkan hasil 
yang diinginkan? Terdapat kesepakatan umum, rezim tradisional hendaknya ditekan 
supaya bergabung memerangi terorisme, melawan Irak serta mempercepat reformasi 
domestik. Sampai seberapa hal ini secara taktis berkaitan dengan pembentukan 
koalisi melawan Irak, tidak jelas.

Ketiga, pendekatan apa yang akan dilakukan seandainya keinginan AS itu ditolak. 
misalnya, oleh kalangan islamis moderat dalam suatu negara? Soal ini memang 
cukup dilematis. Karena setelah matinya nasionalisme Arab, satu-satunya faktor 
yang dapat mengklaim ruang politik di luar lingkup penguasa adalah islamis 
moderat. Oleh karena itu, apabila proses demokrasi ingin dijalankan, maka modus 
vivendi dengan kelompok ini harus dilakukan.

Keempat, Israel secara strategis mendulang untung pascasituasi 11/9 di kawasan 
dan tentunya berharap terjadinya perubahan poluneg AS yang lebih radikal dan 
lebih lama. Bagaimana hal ini dapat direkonsiliasi dengan tujuan AS atas sebuah 
penyelesaian konflik yang adil dan komprehensif? Ada sedikit upaya yang dibuat 
pada bulan-bulan terakhir untuk melanjutkan argumen ini. Kendati begitu, bahkan 
pengeritik sekeras Barry Rubin baru-baru ini menyimpulkan, satu-satunya cara 
untuk mengkonter 'Anti-Amerikanisme Arab' adalah AS harus tegas dalam mendukung 
kepentingan dan aliansinya yakni Israel dan negara Arab moderat.

Kelima, apakah platform yang divisualisasi pada poluneg 1992 masih menjadi 
bagian dari pendekatan AS? Sikap ambigu, bukan kejelasan, antara persepsi dan 
aksi tampaknya menjadi karakter pemikiran pemerintahan Bush.

AS saat ini memiliki kekuatan militer dan pengaruh yang tak tertandingi. Akan 
tetapi Edward Gibbon memperingatkan, keadidayaan itu sendiri tidak dapat 
melepaskan diri dari pemujanya yang tak sepakat. Sejumlah negara Timteng yang 
memuji peran AS saat krisis Kuwait 1990-91, saat ini mulai mengkhawatirkan niat 
dan tindakan AS. Tujuan yang dinyatakan dalam poluneg AS adalah mentrasformasi 
kekuatan dan pengaruhnya menuju perdamaian, kemakmuran dan kebebasan dunia.

Satu konsep yang hilang dari misi ini adalah keadilan. Adanya ketidakadilan 
dalam poluneg AS atas Palestina, terartikulasi luas pada sejumlah kawasan dan 
tidak hanya terbatas pada bangsa Arab dan Muslim; ia pada level besar menjadi 
penyebab utama ekstremisme di Timteng. Tidakkah sikap yang tak ambigu dalam 
mengatasi penderitaan bangsa Palestina, akan mendapatkan simpati dan dengan 
demikian akan memperkuat perjuangan melawan ekstremisme?
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Agra India
e-mail: [EMAIL PROTECTED]


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke