Ada tulisan teman yg menarik ttg aborsi,
Iya, aborsi dalam arti keguguran maupun menggugurkan adalah 'teks, kodrat, alami, instinktif, biologis, ultimate'. Membatasi aborsi dan mengurangi keguguran adalah 'kesadaran, proximate, bentukan sosial, konteks, keluar dari kodrat'. Rujukan. Yang bilang aborsi itu kodrat, ya saya sendiri. Rujukannya banyak sekale. Yang saya punya, buku "Sexual selection" ditulis oleh seorang biologist perempuan. Ada juga di "Evolution, Gender and Rape". Dan dari beberapa literatur antropologi. Intinya literatur antropologi mengkonfirmasi 'rahasia umum' diantara kita perempuan tentang kiat-kiat aborsi. Konon katanya kalau perempuan India Selatan makan papaya muda banyak-banyak, dijamin 'keguguran'. O,iya mumpung lagi pada ngomongin Dewi Avalon, Morgan (adik Arthur), kan hamil lantaran jebakan incest. Bibinya Morgan kasih ramuan untuk menggugurkan sambil bilang kurang lebih begini "jangan kuatir soal hamil, kita semua tau kok kiatnya, nih minum ramuanku ini". Gitu. Masyarakat tradisional Jawa, Sunda, Madura & Bali dah pasti tahu 'kiat-kiat' ini. Berikut cuplikan dari artikel NY Times baru-baru ini: "And why should the human reproductive system be so shoddily designed? Fewer than one-third of conceptions culminate in live births. The rest end prematurely, either in early gestation or by miscarriage. Nature appears to be an avid abortionist, which ought to trouble Christians who believe in both original sin and the doctrine that a human being equipped with a soul comes into existence at conception. Souls bearing the stain of original sin, we are told, do not merit salvation. That is why, according to traditional theology, unbaptized babies have to languish in limbo for all eternity. Owing to faulty reproductive design, it would seem that the population of limbo must be at least twice that of heaven and hell combined." http://www.nytimes.com/2005/02/20/magazine/20WWLN.html Keguguran lebih kodrati dibandingkan menggugurkan. Kenapa keguguran dan menggugurkan itu dibilang kodrat?. Bahkan, keguguran itu lebih kodrati, lebih ultimate dibandingkan menggugurkan. Dalam kontinuum kodrat, yang tentu berkesinambungan dengan lingkungan (konteks), keguguran lebih kodrati, lebih ultimate, lebih tekstual, lebih alami, lebih instinktif. Disebut kodrati karena ini biologis, terjadi di luar kesadaran pilihan- pilihan kita, atau mungkin jenis 'kesadaran' yang lain. Jenis perempuan menyeleksi sperma untuk konsepsi. Namun setelah konsepsi sering terjadi keguguran, menurut artikel itu rata-rata hanya 1/3 dari konsepsi itu selamat sampai melahirkan. Nah, apa yang lebih alamiah, lebih kodrati, lebih instinktif daripada aborsi model ini? Soal menggugurkan. Saya pernah cerita soal emak kura-kura di kolam di rumah saya, yang makan telornya sendiri. Yah, saya nggak bisa tanya emak kura, mbok ya kok melakukan aborsi, dosa deh, ente melanggar kodrat! Paling tidak saya bisa menduga, emak kura melakukan aborsi karena kondisi sekelilingnya kurang tepat untuk menetaskan bayi kura. Binatang selalu melakukan aborsi, `membunuh ` anaknya sendiri, kalau lagi musim paceklik (Sarah Hrdy, Marlene Zuk). Kalau manusia perempuan, yah jangan ditanya lagi, ini kan `rahasia umum' perempuan. Karena itu menggugurkan karena bentukan alam ini pun saya sebut kodrat, karena kodrat itu satu kontinuum dengan lingkungan, bukan dikotomi. Konteks atau alam yang berubah, dan manusia sebagai agen perubahan (khalifah). Sekarang konteks berubah sedemikian rupa, mungkin manusia makin mengerti atau menguasai alam, makin mengerti soal reproduksi, kesehatan dan soal kependudukan, paradigma berubah, dsb. Konteks berubah karena alam berubah, dan manusia sebagai agen perubahan juga berubah. Keguguran pun makin berkurang, dengan majunya elmu kedokteran dan teknologi. Menggugurkan pun makin dibatasi. "Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan". Inilah batasan dari AlQuran yang menawarkan harapan kepada manusia, bahwa jangan pesimis lagi terhadap kekuatan alam. Kamu pasti bisa...! Bahasa gampangnya: jaman duluuuu, waktu jaman Dewi Avalon..:-), aborsi nggak dilarang. Maksudnya, dilarang nggak dilarang, sadar atau nggak sadar, aborsi ya jalan terus sesuai keperluan. Karena dalam konteks waktu itu manusia masih `dikuasai' alam. Jaman sekarang, konteksnya berubah, alasan untuk aborsi pun berubah. Konteksnya, manusia makin menguasai alam, kedokteran dan teknologi menjadi terobosan. Penafsiran terhadap teks pun berubah: ABORSI DIBATASI. Inilah artinya keluar dari kodrat. Teks via konteks, konteks via teks, bukan dikotomi. Sejarah teks-konteks, nature-nurture adalah proses berkesinambungan. Itulah sejarah teks-konteks, mbak Ade. Dan saya percaya, sejarah teks RELATIF sesuai dengan konteksnya. Kalau teks nggak pernah sesuai konteks ya sudah punahlah kita dari dulu. Saya (saya = agen manusia yang memilah-milih teks dan konteks), nggak meliat dikotomi antara teks-konteks, kodrat dan bentukan sosial. Artinya walaupun secara lahiriahnya seolah ada dikotomi dan konflik, teks dan konteks bisa dimengeri sebagai kontinuum, dimana kebaikan dan perbaikan akan selalu diatasnya, dengan ijin Allah. Makanya Allah adalah sumber kehidupan dan empunya kebaikan. Allah berada di atas teks dan konteks yang sering mengandung konflik dan kerancuan. Sifat Allah yang seperti inilah berusaha kita ikuti, karena kita khalifah agen perubahan, yaitu dengan memilah-milih antara teks dan konteks. Jadi bukan teks kontra konteks, tapi teks via konteks, atau sebaliknya. Bukan kita harus memilih diantara teks dan konteks, tapi kita mengelola keduanya. Kadang kita dibentuk teks, kadang dibentuk konteks, tapi kita selalu memilah-milih dan berlarian diantaranya. Sebagai agen perubahan (khalifah) adalah suatu misi yang diyakini, tapi ternyata bersifat kodrati juga. Konon katanya ada God Spot, gene spiritual yang disebut VMAT2, oleh seorang ilmuwan baru-baru ini. Konflik dalam kodrat dan keluar dari kodrat. Saya paham sekali kalau mbak Ade nggak merasa nyaman membaca tulisan seperti ini. Bahkan saya berani bertaruh, banyak orang merasa nggak nyaman. Masa aborsi dibilang kodrat? Ketidaknyamanan kita berujung-asal jauh di dalam instink "ketidaksadaran" kita. Kalo ngomongin peta otak mungkin ini urusannya divisi amygdala. Yaitu, jaman duluuuu dan untuk waktu yang lamaaaa, jutaan tahun sampe sekarang, aborsi itu memang sangat- sangat alami. Otak amygdala kita pun memahami itu, artinya menyimpan informasi itu. Tapi pada saat yang sama, keinginan konsepsi atau hamil itupun adalah KODRAT YANG JAUH LEBIH KUAT, di dalam amygdala kita. Makanya kalau kita mengalami keguguran biasanya merasa sedih, kecuali kalau kehamilan itu nggak diinginkan. Dan kalau perempuan melakukan pengguguran keputusannya amat sangat tidak mudah. Kalau ngomongin `kesadaran yang memimpin', yaitu manusia sebagai agen perubahan, otak amygdala jelas pinginnya melahirkan dong, bukannya keguguran atau menggugurkan. Disaat yang sama amygdala ingin kelahiran itu dalam bentuk yang sempurna , dan dalam kondisi yang memungkinkan. Namun sementara itu konteks alam tidak selalu mengijinkan keinginan ini. Inilah artinya `alam membentuk manusia', dan `manusia sebagai agen perubahan adalah bagian dari alam'. Konflik antara hamil dan keguguran/menggugurkan adalah konflik yang dirasakan secara `tidak sadar' oleh amygdala kita, tapi tidak bisa diuraikan. Konflik ini, dengan berubahnya lingkungan dan wawasan, ternyata bisa diuraikan dengan neo-cortex, otak yang rasional, seperti yang saya uraikan di paragraph sebelumnya. Disinilah keinginan yang terbaik dari amygdala (kodrat, teks, intuisi) bertemu dengan kuasa neo-cortex (lingkungan, konteks, rasional). Takdir. Mbak Ade ngomongin takdir. BTW, saya percaya HANYA MANUSIA LAH YANG PUNYA KAPASITAS MEMAHAMI TAKDIRNYA, justru karena kapasitas kognitifnya yang unik. Suatu saat ketika keinginan terbaik dari amydala dan kuasa neo- cortex bertemu dalam sikap agen manusia yang legowo, ini boleh saja disebut takdir . Takdir itu adalah kodrat waktu yang lepas dari persepsi sebab akibat, makanya disebut kekinian yang abadi (eternity, heaven, jannah, sorga). Dengan kata lain, teks dan konteks yang klop dengan jamannya masing-masing, yang baik maupun buruk, akhirnya kudu kita terima dan mengerti (i.e sikap legowo), sebagai kekinian yang abadi. Bahkan rancangan masa depan yang telah kita `pilih' adalah kekinian yang abadi dalam bentuk kemungkinan- kemungkinan. Bahkan, masa lalu yang tragis pun kita bisa terima sebagai takdir, kalau kita mau merubah cara kita melihatnya (sikap legowo lagi). Jadi, kodrat pada sejarah manusia termasuk melahirkan, keguguran dan menggugurkan. Namun tentu saja kodrat melahirkan lebih kuat. Inilah artinya potensi konflik dalam kodrat reproduksi. Ketika konteks berubah, sebagai agen perubahan, kita pun `keluar dari kodrat', yaitu membatasi aborsi. Persepsi pada takdir menembus ruang dan waktu, dan lepas dari sebab akibat. Takdir (baik maupun buruk), hanya bisa dimengerti sepenuhnya dengan sikap yang apresiatif (legowo). Karena itu saat ketika perempuan yang jaman dulu menggugurkan anaknya karena alam yang paceklik, itu takdir. Saat ketika perempuan yang berjuang menyelamatkan anaknya pun takdir. Saat ketika seorang perempuan memutuskan untuk berhati-hati pada kehamilannya supaya nggak keguguran, itu sedang menjalani takdirnya. Saat ketika perempuan yang memilih menggugurkan anaknya, karena suatu sebab personal yang bukan karena menuruti nafsu rendah, adalah takdir. Salam Mia ==== Untuk berlangganan kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Situs Kajian Gender dan Pemberdayaan Perempuan http://www.wanita-muslimah.com Proyek Ensiklopedia Gender http://www.genderpedia.org ==== 1. Oh..begitu ya di Indonesia ini. Katanya Kalo diluar negeri sono, aborsi banyak terjadi pada wanita korban perkosaan. 2. Waktu aku ke kantornya JP beberapa waktu yang lalu, aku baru tahu kalau yang paling banyak melakukan aborsi adalah wanita yang sudah berkeluarga dan penyebabnya karena kegagalan KB. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/