--- In [EMAIL PROTECTED], "L.Meilany" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
Assalamu'alaikum

Adakah yang serupa Farhana di sini?
Kalaupun ada , bahwa pasti masih ada 'Farhana' lain yang hidup jauh 
dari keriuhan
dunia. Tinggal di gua-gua pelosok Afghanistan, hidup dalam komunitas 
kecil.
Mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. 
Atau yg hidup seperti di jaman Rasulullah ?

Mengapa kita masih terus mengklaim tentang kebenaran dirinya sendiri.
Hingga terus saling menghujat, berdarah-darah ?

Hanya Allah Yang Maha Mengetahui

Wassalamu'alaikum
l.meilany 


----- Original Message ----- From: Flora & Wahyu Pamungkas 

            "Oh, Farhana!"  
            Kisah seorang Muslimah yang tegar memegang ajaran Islam 
di tengah hiruk-pikuk kebudayaan Barat 
            Kemegahan Masjid Nabawi telah tampak dari kejauhan. 
Setiap langkah yang membawaku mendekati masjid, seolah menambah 
kerinduan akan junjungan kita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam.

            Itu adalah sebagian dari rahmat mengunjungi tanah suci, 
yaitu memperoleh kesempatan untuk merasakan kesyahduan berada di 
masjid warisan Nabi serta menikmati perjumpaan dengan sesama Muslimah 
dari seluruh penjuru bumi. Kami semua berada dalam satu kesamaan yang 
menggetarkan cinta dan rindu yang begitu tulus terhadap Nabi Muhammad.

            Saat itu aku tengah menanti giliran berdoa di Raudhah-
tempat antara kamar Nabi dengan mimbar di Masjid Nabawi. Di tempat 
ini, doa yang dipanjatkan insya Allah sangat makbul. Pandangan mataku 
tertuju pada seorang Muslimah. Belakangan aku tahu namanya Farhana, 
seorang gadis belia.

            Sosok Farhana memang menarik perhatianku. Di tengah 
jamaah yang resah menunggu dibukanya pintu Raudhah, ia kelihatan 
tenang saja. Matanya terus mencermati kitab yang ada di depannya. 
Tampak sekali Farhana tengah membaca dengan khidmat dan penuh 
ketenangan.

            Aku yang beberapa saat kemudian bisa duduk di sebelahnya, 
tertarik untuk ikut melongok kitab apa itu. Ternyata sebuah buku 
dengan tulisan huruf Arab gundul.

            Apa yang tertangkap mataku membuatku semakin tertarik 
padanya. Ditilik dari wajahnya, tidak ada rona Timur Tengah pada 
dirinya. Yang terlihat dengan jelas adalah kecantikan khas wanita 
India atau Pakistan. Namun saat itu ia mengenakan jubah hitam. Aku 
juga sempat lihat, ketika belum memasuki daerah khusus wanita, ia 
mengenakan burdah yang rapat menutup wajah cantiknya itu.

            Sekelebat ia menoleh ke arahku. Barangkali merasa dirinya 
diperhatikan. Aku melempar senyum.

            "Assalaamualaikum. Saya tidak bermaksud apa-apa. Tetapi 
saya tertarik melihat Anda dan kitab yang Anda baca. Anda berasal 
darimana?" sapaku dalam bahasa Inggris.

            Jawabannya sungguh di luar perkiraan, "Wa'alaikum salaam. 
Saya berasal dari London."

            Wow, pikiranku, tebakanku, salah semua. Kitab Arab 
gundul, jubah dan burdah berwarna hitam, wajah India, tapi berasal 
dari London?

            Aku semakin tertarik untuk mengenal lebih jauh sister 
Muslimahku yang satu ini. Kami akhirnya terlibat perbincangan hangat.

            Farhana keturunan India. Konon keluarganya sudah tinggal 
di London sejak beberapa generasi lalu.

            Ketika berusia sekitar 13 tahun, orangtuanya 
menyekolahkan Farhana di sebuah boarding school (sekolah berasrama) 
khusus Muslimah di London. Di sekolah ini, para gadis muda usia 
digembleng agar menjadi seorang ustadzah. Mereka diharapkan dapat 
menjadi hafidzah Al-Qur'an serta menguasai berbagai kitab. Sekolah 
ini memang menjadi tempat pengkaderan ustadzah yang kelak akan 
disebar ke berbagai sekolah lain. Farhana sendiri dalam usia yang 
masih muda telah menjadi ustadzah di Moslem School, London.

            Pikiranku segera terganggu sebuah pertanyaan, bagaimana 
bisa dia yang seumur hidupnya tinggal di kota London, salah satu 
pusat kebudayaan Barat, tetap bisa kokoh memelihara aturan-aturan 
sebagai seorang Muslimah? Pikiran itu kolantarkan pada Farhana.

            Gadis cantik itu mengaku sebagai penganut mazhab Hanafi. 
Mazhab ini mengajarkan bahwa wanita tidak boleh berpakaian yang 
menarik perhatian lawan jenis. Oleh karena itu, Muslimah hendaknya 
memakai pakaian yang warnanya paling aman, yaitu hitam atau gelap. 
Burdah selalu dipakai manakala mereka memasuki daerah yang ada 
nonmuhrimnya. Ini semua diperlukan agar para Muslimah bisa senantiasa 
kehormatannya terjaga, apalagi bagi mereka yang hidup menjadi 
minoritas di sebuah komunitas.

            Sebuah paparan yang inspiratif bagiku. Aku kembali 
mencecar dengan obrolan lanjutan, "Farhana, saya tinggal di sebuah 
negeri dengan penduduk 90 persen beragama Islam. Namun kadang kami 
tetap harus memperjuangkan hak meski hanya untuk menggunakan jilbab 
sederhana ini."

            Aku lalu menjelaskan peraturan di zaman perkuliahan dulu, 
yang mengharuskan foto di kartu mahasiswi memperlihatkan rambut dan 
telinga. "Bagaimana pula dengan dirimu yang harus hidup sebagai 
minoritas di tengah pusat kebudayaan Barat yang demikian bebas? 
Tidakkah kau merasa terganggu?" pertanyaanku  polos.

            Dia menggeleng mantap. "Alhamdulillah, kami tidak pernah 
merasa tertekan hidup di London. Kami tinggal di sebuah kawasan 
Muslim yang sangat tegas menerapkan aturan-aturan Islam. Bahkan kami 
mempunyai beberapa sekolah, lengkap dari play group sampai tingkat 
pendidikan tinggi," sambungnya.

            "Farhana, aku tidak mengerti. Sedang aku yang hidup di 
kampung halamanku sendiri, jauh di Timur, jauh dari pusat kebudayaan 
Barat, merasa sangat risau dan resah dengan pengaruh Barat yang 
demikian membahana dalam kehidupan keseharian kami. Setiap hari aku 
dikejar kekhawatiran, apakah anak remajaku tidak sedang terpengaruh 
oleh gemerlapnya kehidupan bebas ala Barat, yang hidup untuk mengejar 
kenikmatan? Sementara kau dapat hidup dengan kokoh memegang ajaran 
Islam tepat di tengah-tengah jantung kebudayaan Barat. Oh, Farhana, 
aku sungguh-sungguh kagum," seruku spontan.

            Ia segera menanggapi, "Kalau kau begitu resah dengan masa 
depan anakmu, sebaiknya kirimkan putra-putrimu ke boarding school 
kami di London. Insya Allah ia akan terpelihara dalam iman Islam yang 
kokoh. Dan tentunya aku bisa berkesempatan mengajar anakmu nanti," 
sambungnya sambil tersenyum.

            Aku menggeleng-gelengkan kepala tak habis-habisnya. 
Sungguh kagum aku dibuatnya. Komunitas Muslim dimana Farhana tinggal 
di London demikian berhati-hati menjaga aqidahnya.

            Ada salah satu cara yang ditempuh mereka guna memperteguh 
keyakinan agamanya. Yaitu dengan tidak mau mengenal televisi. 
Perkembangan berita terkini cukup diikuti lewat koran atau majalah 
atau internet yang sumbernya tepercaya. Mereka tak mau membuang waktu 
dengan menonton acara televisi yang sebagian besar justru melalaikan 
seorang Muslim dari ibadah dan kemurnian aqidah.

            Mereka tidak membuat dan memajang foto, karena takut akan 
terjerumus pada pemujaan dan berbangga diri atau pengkultusan 
terhadap tokoh-tokoh tertentu. Alasannya, Nabi Muhammad pun tak boleh 
dipuja-puja dan dikultuskan berlebih-lebihan, karena bagaimanapun 
beliau tetaplah seorang hamba Allah.

            Kutatap matanya yang berbinar, sungguh cantik. Sempat 
terlintas dalam pikiranku, tidakkah dia pernah merasa tergoda untuk 
memamerkan wajah cantiknya? Tetapi jawabannya langsung kudapatkan 
dari kesyahduan tatap matanya saat kembali menyimak kitab di 
hadapannya. Wajah itu memancarkan sinar kebahagiaan dan ketenangan 
batin.

            Oh, Farhana, kau sungguh beruntung. Tidak perlu ada 
keresahan sedemikian rupa seperti yang dirasakan oleh wanita lain, 
yang banting tulang demi mendapatkan kesempurnaan dalam penampilan 
fisik. Kau telah menemukan kebahagiaan yang hakiki dengan 
melaksanakan ajaran Islam secara kaffah. Kau tak perlukan lagi puja 
atau puji dari luar, karena Islam jalan selamat telah kaujalani 
secara total dan memberimu kebahagiaan sebagai hamba Allah yang 
sejati.

            Sejujurnya, aku merasa sangat malu. Aku dan komunitas di 
negeriku serasa tak kuasa menghadapi gelombang pengaruh Barat yang 
menerjang pada seluruh sisi kehidupan. Banyak kaum Muslimah yang 
merasa malu bila tak bergaya ala Barat. Hilang sudah jubah dan dan 
kain panjang, berganti celana jeans dan pakaian ketat. Tak lupa pula 
mewarnai rambut supaya lebih menyerupai para noni Barat yang 
kosmopolit. Kami tenggelam dalam sudut pandang yang menekankan bahwa 
penampilan adalah segala-galanya. Kami tenggelam dalam pemujaan fisik 
sehingga rohani kami lupa untuk diisi dengan sempurna.

            Ya Allah, Farhana yang lahir dan dibesarkan di kota 
kosmopolitan, justru tak sedikit pun terpengaruh dengan gegap 
gempitanya dunia Barat. Ia begitu tegar dan teguh dengan 
keyakinannya. Oh, Farhana.. (Amelia Naim, penulis dan trainer 
manajemen/Hidayatullah)
           
     
             
     
____________________________________________________
  IncrediMail - Email has finally evolved - Click Here 


[Non-text portions of this message have been removed]
--- End forwarded message ---






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke