Prolog: ***** Ingat apa yang di katakan Marx Planck---? Seorang scientist tidak memenangkan kaidah ilmiah dengan mempertahankannya dalam debat keilmuan---, melainkan setelah lawannya meninggal dan muncul generasi baru---yang terbiasa dengan kaidah kaidah baru itu. Semoga-- - debate no more.
****Melihat debat sampah di milis ini yang sex txt , APA ingat zaman dahulu kala. Dari ratusan posting panjang yang APA tulis, APA hanya pernah berdebat sekali dengan satu orang---, wanita lagi---, dan itu sangat Arwah Perwira Alengka sesali. Ternyata perdebatan mengenai wawasan kebangsaan itu tidak memberi pencerahan apapun, selain antipati yang semakin berkepanjangan. Posting debat ini APA tulis tgl 20 Juni 1999, (data base Ohio University – Indopubs) dan kayaknya masih enak dibaca saat ini. Dan satu hal lagi---, membership unmoderated dari Yahoo memang sebuah kemewahan bagi demokrasi---, tetapi di sisi lain membuat milis ini mirip chating area. Nirbobot. Sandangan nama besar sebagai milis nasional lama lama akan kehilangan wibawanya. Apalagi isinya melulu debat tentang dogma dan akidah yang tanpa kesudahan. Malas membacanya. Begitupun operasi Citra mengharuskan APA tetap semedi disini. Demi mobilitas vertical intelektual generasi muda penerus bangsa katanya----, megaloman sekaleeeee choooy.. KOLOM Perwira Arwah Alengka. Kerajaan Kesatuan Alengka. 20 Juni 1999. Jam 08.00 WBBI. ***** Mbak Marina the Marine yang baik. Janji Arwah Perwira Alengka pada diri sendiri adalah--- jangan pernah debat substansi. Bukan karena militer tidak bisa debat---, melainkan--- bagaimana mungkin berdebat tentang sekeping uang logam-- -, jika Mbak cuma melihat dari sisi kiri sementara saya coba menjelaskan sisi yang kanan. Saya memang tahu sisi kiri itu ada banyak keburukan---, dan saya debatkan tentang sisi kanan yang penuh kebaikan. Tentu saja--- sampai mulut berbusa pun--- tidak akan nyambung. Tetap saja Mbak tidak mau mengerti--- sebab Mbak melihat dari horizon lain. Namun mengingat telah berkali kali Mbak mengkritik TDA dan ajak debat dengan reasoning cinta pada TDA--- , ingin memperbaiki TDA---, maka untuk sekali ini---, kebiasaan Arwah Perwira Alengka tidak debat substansi--- sementara di cabut. Kali ini saja---, dan ini perkecualian. Setelah itu--- Debate no more. Pertama soal Dekrit Presiden, 7 Juli 1959. Dekrit itu bukan cuma inisiatif militer semata. Itu lebih merupakan konsensus elite politik yang jatuh bangun dalam memimpin kabinet---, ditambah dengan ide Demokrasi Terpimpin nya Bung Karno. Baca MC Ricklefts-- , "Sejarah Indonesia Modern", Bab 19 Demokrasi Terpimpin, halaman 387 sampai selesai. Setelah Mbak membaca bab ini, maka mbak akan tertawa sendiri---, sebab statement mbak menjadi premature karena semuanya berlangsung tidak sesederhana itu. Ada pematangan suhu politik, tuntutan masyarakat banyak--- dan faktor Bung Karno yang semakin menguat saat itu. Sebaliknya--- militer malah tidak mendapat keuntungan apapun dari dekrit tersebut. Malah PKI yang semakin menguat. Jadi--- salah pernyataan yang mengatakan militer langsung ambil alih dari sipil--- karena sipil yang masih coba coba main try and error. Mbak bisa membaca tulisan tulisan memperkuat dari Rudolf Mrazek, Herberth Feith, Harold Crouch dan Ben Anderson yang semua menganalisa tentang peranan militer di Alengka. Bagi GM TDA---, debat adalah sebuah mimbar akademis. Debat harus lengkap referensi dan data data nya. Semoga Mbak tidak keberatan jika Arwah Perwira Alengka minta tolong agar Mbak membaca. Selesai membaca---, membalasnya cukup via japri. Kan kita sudah sepakat untuk tidak quarel di depan umum. Kedua--- soal militer adalah warga negara kelas satu dengan segala privilege nya--- adalah terminologi dari cendekiawan sipil sendiri. Bukan dari militer. Mereka yang mengaccuse kaum militer sebagai warga negara kelas satu. Dan dalam bantahan Perwira Alengka kepada Arief Budiman cq Gerakan Sarjana Jakarta yang pernah membuat action plan pembarakkan TDA secara suddent death---, Perwira Alengka menawarkan---, kalau benar militer adalah warga negara kelas I---, bagaimana bila kami mundur setengah langkah dan kaum sipil maju setengah langkah. Kita bertemu di melting point. Win win solution. Sebab membarakkan kaum militer salon secara mendadak ---, bukan pekerjaan mudah. Beda dengan Arwah Perwira Alengka yang tiap hari di barak. Jadi--- dalam hal ini---- standarisasi kelas---, bukan berawal dari militer---, melainkan dari kaum intelektual sipil sendiri--- yang menuduh militer sebagai warga negara kelas satu. Baca posting "Melting Point dan Win Win Solution". Mengenai masyarakat dunia ketiga yang terpesona dengan militerisme, memang adalah cacat klasik sistem pembangunan negara yang minus SDM. Tahun 60an sampai 80an, di Third World Countries---, kaum cendekiawan yang S1 belum terlalu banyak. Dan jikapun ada beberapa orang yang berhasil meraih Magister, Ph D dll ---, itu adalah orang yang kemudian jadi mentri. Hal ini terjadi umumnya di negara Afrika dan Amerika Latin, juga di sebagian negara Arab, Asia Tengah dan Asia Tenggara. Pada masa masa transisi ini--- umumnya pimpinan negara dunia ketiga dipegang oleh militer. Pertanyaannya---, mengapa ini bisa terjadi. Untuk ini Mbak silahkan membaca buku buku tentang kebijakan pembangunan di dunia ketiga. Konsep kebijakan pembangunannya membutuhkan SDM dibidang planning, organizing, actuating dan controlling. Nasionalisasi perusahaan asing di Alengka--- yang kemudian diserahkan pada pensiunan militer-- - adalah karena kalangan militer sudah terbiasa dengan menejemen organisasi. Menejemen di militer sangat rapi. Harus diakui---, sampai sebelum dekade 80 an----, dimana MM, MBA dll belum begitu menjamur di Alengka---, kaum sipil umumnya mengalami kesulitan dalam mengendalikan organisasi. Mereka bingung dengan menejemen konflik, menejemen operasi, menejemen informasi, menejemen logistik atau menejemen personalia. Sedang di dunia militer--- semua perwira rendahan sekalipun--- mampu menjalankan menejemen ini. Menejemen informasi yang biasa kita kenal dalam dunia bisnis sebagai sistem informasi menejemen, sama persis dengan Seksi I intelijen di militer. Seksi inilah yang mengumpul data, mengolah data dan menyajikannya dalam bentuk data siap pakai yang sudah dalam format SWOT / TOWS Analisis, yang lengkap dengan visi dan strategic planning nya. Seksi III Personil di TDA, sama persis dengan meneger personalia di perusahaan. Malah lebih canggih lagi. Dia yang merencanakan kebutuhan personil di militer, rekruitment, pembentukan, pendidikan, penempatan, sekolah lanjutan, kursus kursus, kenaikan pangklat dan jabatan, kenaikan gaji berkala, pemindahan personil, sampai pensiun dan kemudian menyalurkannya ke bagian ke karyaan. Jadi seorang perwira personil di TDA jika disuruh menjadi menejer personalia di perusahaan--- hanya tinggal memoles sedikit saja, langsung jadi menejer. Jadi tidak heran jika kemudian mereka mampu mengendalikan pemerintahan dan perusahaan. Seksi IV logistik, sama persis dengan menejer pengadaan dan pembelian sekaligus pengudangan dan transportasi. Jika militer mau bertempur---, maka seluruh kebutuhan sampai tiga kali bekal pokok operasional sudah disiapkan. Dia yang mengadakan barang barang, mencari yang terbaik dan termurah, membeli, lalu menyimpan, menggudangkan, dan selanjutnya disalurkan sesuai kebutuhan organisasi. Jika seorang perwira logistik diangkat menjadi puchasing manager, menejer logistik, dll di dalam sebuah perusahaan di tahun 60 an sampai 80 an, maka jelas dia lebih dari sekedar mampu. Dan yang paling penting adalah Seksi II operasi---, sang Panglima Perang yang mengendalikan pertempuran. Dialah nakhkodanya. Dialah sang direktur sebuah pertempuran. Sementara memimpin negara dan badan usaha adalah sama sama pertempuran--- tetapi pertempuran dalam bentuk lain. Jadi untuk time tunnel tahun 60an sampai 80 an--- sah sah saja jika militer yang menguasai negara dan banyak badan usaha. Park Chung Hee, Kim Il Sung, Chuan Lek Pai, Hosni Mubarak, Moamar Gadafi, U Nu, Pham Van Dong, Hun Sen, Fidel Ramos dll memang adalah figure militer yang tepat pada zaman nya. Sekarang tinggal bagaimana kita melihat fenomena ini di Alengka--- pada time tunnel yang tepat. Dalam menyongsong Y2K ini, dimana globalisasi, sistem transformasi teknologi dan perdagangan jasa kartal / giral yang sudah begini canggih ini---, memang dunia sudah tidak memerlukan lagi figure menejer militer yang menguasai banyak hal--- tetapi tidak mendalami salah satu pun. Dunia saat ini membutuhkan menejer yang lebih canggih lagi. Pemerintahan negara di dunia saat ini---, sudah harus dipimpin seorang menejer yang professional---, jujur dan bermoral. Bukan tukang tepu. Kami --- GM TDA pun sangat menyadari semua ini. This is the time for civilians. Ini adalah waktu bagi kaum sipil untuk mengembangkan kemampuannya. Tetapi bukan berarti begitu sempit---,langsung main bubar dan main robah segalanya secara instant begitu. Semua harus ada menejemen of change nya. Dan saat ini kami --- kaum Bushido--- sedang berpikir strategis untuk menyiapkan suatu masa transisi yang tenang bagi kaum sipil. Hanya masalahnya--- sekarang banyak sekali yang beminat jadi raja---, sehingga--- apapun kayaknya rela mereka lakukan---, asalkan jadi raja--- termasuk memecah belahkan negara kesatuan Alengka ini. Bagi mereka----, menjadi kepala semut lebih baik dari pada ekor gajah. Kan gelo---!!! Soal kaderisasi--- yah memang itu keistimewaan dunia militer. Di tiap lighting--- kami punya jago jagonya. Kami punya ujung tombak ujung tombaknya. Hanya saja--- para jago jago ini--- tidak dikeluarkan di milis ini---, sebab mereka adalah asset asset bangsa-- - yang tidak boleh di warnai unsur unsur mbalelo--- seperti Arwah Perwira Alengka ini. Mereka adalah figure figure yang memang di akui oleh teman teman nya, senior nya dan juniornya sebagai mutan hibrida yang akan membawa pencerahan bagi TDA. Tidak ada istilah karbit karbitan di TDA. Yang terbaiklah yang akan maju. Meritokrasi. Dan Mbak mungkin akan terkejut jika Arwah Perwira Alengka mengatakan- --, saat ini setiap tahun nya--- TDA akan menghasilkan 500 orang Magister di segala sektor program studi. Ini pertahun. Jadi jika sampai tahun 2004, maka sudah akan tercetak 2000 orang pemikir dan menejer professional yang S2 dari militer. Dan untuk jenjang Ph. D setiap tahunnya akan dikeluarkan 5 personil. Ini adalah persiapan untuk menghadapi free market, dan globalisasi. Kaget bukan---? Jangan pernah percaya bahwa orang yang pintar di TDA itu cuma beberapa orang saja. Keempat---, sejarah 6 jam di Jogya dll---, mungkin memang sedikit dibesar besarkan---, tetapi soal Panglima Besar Soedirman, jangan coba pernah sekalipun mengecilkan arti Bapak TDA tersebut. Beliou terlalu sakral bagi kami. Silahkan caci maki yang lain lain--- tetapi jangan yang satu ini. Ajaran ajaran beliou adalah dogma dogma bagi kami. Ujar ujar beliou adalah sonata sonata suci. Jika beliou saat itu menyerah---, maka perundingan itu pasti tidak akan terjadi. Mohon lihatlah hubungan sebab akibat. Jangan terlalu cepat menegakkan kesimpulan. Soal sejarah Alengka yang baru---, sudah ada lembaga yang akan meluruskannya. Akan diambil posisi yang berimbang. TDA tidak ikut intervensi. Sementara soal Hatta--- dan Syahrir--- memang mereka adalah orang orang besar. Soal Romo Mangun, "yg sempat bergabung dalam Batalyon pimpinan Suharto, yang mengakui dalam berbagai wawancara, bahwa there is nothing to be proud of", memang adalah orang baik. Sayang jiwa beliou tidak jiwa militer sehingga kaca mata pandang beliou agak bertentangan. Padahal mbak sendiri menulis bahwa ikutan jadi Tentara Pelajar waktu itu adalah mode. Sesuatu yang tidak bisa tidak, kalau mau dianggap bergengsi. Sama saja seperti menyandang gelar mahasiswa saat ini. Jika mahasiswa saat ini adalah pahlawan--- maka gerilyawan pada saat itu juga adalah pahlawan. Jika mahasiswa saat ini dianggap hebat--- maka begitu jugalah para gerilyawan itu. Mereka orang hebat. Soal cerita bahwa gerilya itu adalah---, kalau ada yang teriak Belanda datang, lari ter-birit2----, semua tergantung orangnya. Kami kaum Bushido yang setiap saat melakukan operasi--- justru pada saat letusan tembalan pertama terdengar--- akan menjadi trance--- insane kata DeP. Lalu semua akan bangkit--- berdiri--- lari mengejar. Semua rasa takut mendadak hilang --- yang ada cuma pekikan indian Comanche dalam peperangannya. Jadi--- soal lari terbirit birit itu rasanya bukan sifat TDA. Namun--- karena Romo Mangun adalah figur yang can do no wrong --, maka anggap sajalah gerilya yang kebetulan bersama Romo itu memang pengecut begitu. Soal angkatan 45, sebaiknya Mbak baca buku buku cerita Balai Pustaka tahun 50 an. Tahun lima puluhan adalah tahun tahun netral, dimana militer belum begitu berkuasa. Mbak dengarlah lagu lagu Alengka--- juga di tahun 50 an, misalnya Halo halo Bandung, Sepasang Matabola, Selendang Sutra, Juwita malam, sampai Kopral Jono---, semua adalah melambangkan suatu semangat yang heroik. Jika kemudian Mbak rasa ada yang salah---, rasanya itu bukan kesalahan angkatan 45--- tetapi adalah kesalahan masyarakat sipil Alengka pada tahun 50 an--- kok mau maunya menyanyikan etos etos perjuangan tersebut. Sementara menurut Mbak kan---Angkatan 45 kan tidak ada apa apanya. Sementara lagu lagu---, cerita cerita---, adalah simbol simbol sejarah masa itu. Sama seperti artefak artefak dan prasasti prasasti sejarah. Apalagi tahun 50 an adalah tahun yang netral. Jika pada tahun 50 an sudah muncul cerita cerita heroik tentang angkatan 45--- , salahkan lah masyarakat sipil pada tahun tersebut--- mengapa mereka sampai mau mengakui hal hal yang sebenarnya tidak ada. Jika mereka tidak protest di tahun tahun netral itu--- maka simbol simbol sejarah itu berarti benar. Maka--- jangan karena paranoid orang perorang --- lalu dengan begitu mudahnya mbak menghilangkan untaian sejarah perjuangan bangsa. Kelima--- soal perang Vietnam, Agressi I dan II itu kayaknya tidak terlalu berbeda dengan itu. Psikologi pertempuran adalah---, pahlawan pahlawan yang berperang di Palagan Ambarawa dengan bambu runcing---, atau arek arek Suroboyo yang menghajar Jendral Mallaby di Surabaya itu---, memiliki nilai takut psikologis yang lebih tinggi dari pada orang yang berperang dengan menggunakan M16. Ada nilai nilai pertempuran face to face--- death to death. Death risk nya adalah 90%. Jika untuk resiko kematian yang begitu tinggi pun kita tidak menghargai mereka--- jangan harap ada generasi seperti Arwah Perwira Alengka ini yang mau menghormati seorang wanita seperti Mbak--- karena dalam banyak hal kita sangatberbeda. Inilah yang membedakan semangat pertempuran klasik tahun 40 an dengan pertempuran saat ini. Untuk itu--- mohon jangan mengukur dua nama yang sama dalam variant waktu yang berbeda. Soal negara kesatuan, cara pandang TDA sederhana sekali. Kesatuan untuk satu dan satu untuk kesatuan. Silahkan mbak mau perjuangkan negara federalis, atau apapun--- semua itu tidak masalah. Masalahnya bagi TDA adalah---, untuk contohnya--- Irian yang hampir seluruh native nya secara sosio antropologi jelas berbeda dengan mayoritas Alengka--- lalu karena dukungan Mbak dan dunia internasional--- lalu minta merdeka dan bergabung dengan PNG cq Australia---, memang atas nama universal human right--- mungkin adalah sah sah saja. Tetapi--- , yakinkah Mbak bahwa universal human right itu sendiri tidak dilandasi oleh vested interest tertentu. Di Irian ada freeport--- ada kayu, ada laut, ada hutan bakau terbesar di dunia--- dll. Apakah universal human right itu tidak dibiayai atau digeraki oleh negara / foundation yang memiliki kepentingan sendiri sendiri---? Ingat soal William Surya Jaya yang gagal membuka pabrik kertas terbesar di dunia di Irian Jaya tahun 90 an. Alasannya soal lingkungan hidup--- sementara kemudian diketahui ada persaingan bisnis tingkat dunia. Kasihan LSM yang cuma jadi batu loncatan semata. Masalah negara kesatuan ini sangat sensitif. Lama sekali saya berpikir sebelum menuliskan semua ini. Tetapi karena Mbak mendesak terus yaa--- okaylah. Jika kita mau pecahkan Alengka ini----, jika kita mau semua BBM (Buton, Bugis, Makasar) yang ada di sepanjang pesisir Irian itu diusir pulang ke Sulawesi---, begitu juga para transmigran Javanese di Arso, diusir seperti transmigran Jawa yang dari Sambas dan Aceh--- yaa silahkan saja pecahkan Alengka ini. Yang paling senang dari perpecahan Alengka ini adalah kelompok Kristen kok. Mengapa---? Sebab jumlah penduduknya kecil--- tetapi menguasai daerah kaya dan luas. Semakin di tekan semakin ada alasan. Dan kaitkanlah ide ini dengan kepentingan bisnis negara asing. Jika mbak sampai mau diperalat mereka--- silahkan saja. Jangankan cuma bikin Irama Suka Nusantara---!!! Tanggung---!!! Bikin saja setiap pulau di Alengka ini menjadi sebuah negara kecil. Kan asyik. Usir semua expatriate. Dan untuk etnis China cukup kasi pulau kecil di kepulauan seribu---, dimana untuk hal yang sangat sepele inipun--- yang akan diuntungkan adalah etnis China Alengka. Bagi mereka--- kata seorang netters--- cukup sepetak kecil kepulauan seribu--- bisa mereka ubah jadi Hongkong, Taiwan atau Singapore. Gila juga. Dan --- yang paling menderita dari perpecahan ini siapa----? Silahkan pikir sendiri. Yang paling menderita itu nantinya justru orang orang Jawa. Karena itu--- dalam tanggung jawab moral mereka terhadap penggunaan kultur Jawa nya selama ini--- yang telah merusak seluruh tatanan negara Alengka ini--- mereka coba menebusnya dengan tidak mendukung partai status quo lagi. Coba lihat hasil suara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dan aneh nya justru orang luar Jawa yang mendukung Status Quo. Kewalik. Artinya apa---??? Silahkan analisis sendiri. Artinya taraf intelektual penduduk luar Jawa masih belum mampu menyerap arti reformasi---, sementara selama ini--- kita semua tahu--- justru sumber daya alam mereka yang disedot dan di bawa ke Jawa--- tetapi kok malah dukung status quo. Coba bayangkan kalau yang datang itu orang asing dengan menawarkan segala cargoisme---!!! Jadi apa kita ??? Habis semua nya. Sebenarnya Analisis frontal ini sangat berbahaya untuk di ungkapkan dan tidak baik bagi keutuhan negara kesatuan Alengka---!! Tetapi karena sudah ada pihak pihak yang mulai coba memainkan kecemasan kecemasan ini dengan upaya main api - yaah--- buka saja. Bagi TDA tidak ada masalah. Banyak orang yang tidak mengerti bahwa issue negara kesatuan itu sangat sensitif. Tetapi karena mereka tetap memaksa Arwah Perwira Alengka untuk bicara blak blakan---, yaaa inilah jawaban nya---!!!. TDA ingin mempertahankan negara kesatuan dengan misi yaitu : satu untuk semua--- dan semua untuk satu. Karena itulah--- maka TDA--- sampai tetes darahnya yang terakhir--- akan tetap mempertahankan tegaknya negara kesatuan Alengka--- dengan otonomi daerah seluas luasnya tentunya. Jika kemudian--- karena terdesak--- TDA dipaksa untuk menerima berdirinya negara federalis--- atau dipaksa menerima perpecahan Alengka--- maka--- mohon nantinya jangan pernah ada sekalipun tuduhan yang mengatakan bahwa TDA itu pro Kristenlah, pro Thai Wan Sui lah atau merugikan Islam segala. Aceh adalah Islam. Tetapi Islam bukan cuma Aceh.. Karena itu--- cobalah semuanya dipikirkan dalam konteks kepentingan orang banyak. Jika sampai pecah--- bagaimana nasib orang Batak yang ada di Jawa. Bagaimana orang Padang yang ada di seluruh nusantara. Orang KSS yang ada di Jakarta. Life is not that simple--- bukan---?. Makanya--- jangan coba coba main api dengan merenggangkan rekatan kesatuan ini. Terakhir soal Bung Karno, Arwah Perwira Alengka no comment. Jangan sebut BK itu facsit sebab banyak sekali pimpinan negara yang sipil tetapi tetap menyukai gaya gaya militer. Fidel Castro selalu pakai pantalon militer., Saddam Hussein juga pakai seragam militer sebagai pakaian kerjanya. Sampai sampai Yasser Arafat --- kemana mana selalu membawa revolver. Apakah mereka facsist ??? Tidak gerahkah mereka memakai atribut militer---? Sementara Arwah Perwira Alengka sendiri-- - malah gerah dengan segala wing dan tanda jasa yang keberatan nempel di dada ini. Inilah paradox nya civilian society. Pada saat mereka selalu menghujad militer--- mereka sendiri malah suka menggunakan atribut militer. Lihat satgas satgas itu. Kan kewalik walik---? Kesimpulannya: Apakah sebuah debat model begini ini akan membuat sesuatu menjadi lebih baik---?. Apakah debat model begini ini bisa membuat Mbak lebih mengerti tentang TDA---? Apakah dengan debat begini--- kita kita bisa mencari jalan keluar dari permasalahan kita---? Tidak bukan--- ? Tidak ada yang berubah. Tidak ada manfaat debat substansi seperti ini --- selain hanya menggiring seseorang semakin terperosok lebih dalam lagi dalam kotak kotak sempit kebenaran dan keyakinannya yang relatif. Arwah Perwira Alengka tidak pernah coba berupaya merobah keyakinan orang lain. Perwira Alengka tidak suka debat substansi. Agama mu agama mu, Agama ku agamaku. Kepercayaan mu biarlah menjadi Kepercayaan mu, Keyakinan ku biarlah menjadi bagian dari ku. Ini adalah debat pertama dan terakhir. Tidak akan ada lagi debat substansi. Debate no more. Hidup Marina the Marines. Arwah Perwira Alengka di Mayapada. 20 Juni 1999 ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/