Dear sohib sekalian;
Meskipun semalam pada Sabtu 23 April hujan mengguyur Washington DC dan sekitarnya, serta media menyiarkan adanya thunder storm, toh yang datang memenuhi ruang serba guna di KBRI untuk ikut ambil bagian dalam acara kesenian dan diskusi membaca kembali puisi Chairil Anwar berjalan informal, lancar, santai dan asyik. Tampil dalam acara perdana semalam pembaca puisi dari kalangan yang hadir, antara lain Dubes RI yang mengenakan T-shirt warna dasar hitam bergambarkan wajah Chairil Anwar dalam goresan putih dan bertuliskan "Sekali berarti / Sudah itu mati" kutipan dari puisi Chairil Anwar "Diponegoro" di balik jasnya yang informal. Pak Dubes tidak membaca puisi, melainkan justeru menghafalnya di luar kepala dengan fasih dan ekspresif puisi Chairil Anwar yang terkenal berjudul "Aku" itu. Pembawa acara Donna membuka acara dengan memperkenalkan penyelenggaranya, kemudian menyerahkan kepada saya untuk menjelaskan maksud dan tujuan acara tersebut. Acara yang diselenggarakan oleh ITICA dan difasilitasi oleh KBRI semalam itu merupakan acara kesenian perdananya di Washington DC. Akan segera disusul dengan acara-acara ITICA berikutnya yang disusun berupa perkuartal (Q-ICP = Quarterly Indonsian Contemporary Arts) dihitung mulai Maret sd Nopember setiap tahunnya, untuk dilangsir ke beberapa tempat di AS dan Kanada, meliputi berbagai genre kesenian kita misalnya sastra, teater, musik, tari, film dan seni rupa. Sebagai pembuka, saya membahas karya puisi Chairil Anwar yang ditulisnya sebelum tahun 1945 dan sesudahnya. Perbedaannya menjadi jelas dari sejumlah puisi yang saya telaah itu, bahwa sebelum 1945 puisi-puisi Chairil menggambarkan akibat penindasan oleh penjajah Jepang, terutama mendapatkan visi yang dahsyat dalam puisinya berjudul "1943" yang mengingatkan kita kepada tsunami yang melanda Aceh itu: "Rata / Rata / Rata" tulis Chairil dalam puisinya yang secara estetik itu memang masih tetap mencengangkan. Sedangkan setelah Proklamasi kemerdekaan, maka puisi Chairil berobah nada menjadi gembira tapi tetap waspada, sebagaimana tampak pada puisi "Cerita Buat Dien Tamaela" itu. "Mari menari / Mari beria / Mari berlupa" teriak Chairil. Dan kepada penjajah yang kita usir dan juga pengacau Chairil menghardik "Awas jangan bikin beta marah / Beta bikin pala mati, gadis kaku / Beta kirim datu-datu!" Sedangkan di dalam puisinya berjudul "Catatan Th. 1946" dia mengungkapkan adanya harapan setelah merdeka dalam baris ini: "Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu, / Kita memburu arti atau serahkan pada anak lahir sempat." Nah, kita adalah "anak lahir sempat" itu, karenanyalah sekarang "memburu arti" itu berada di dalam genggaman tangan kita dalam estafel sejarah bangsa kita. Chairil memang seorang nasionalis yang tidak perlu diragukan. Memang, ada masanya dia pernah hendak disingkirkan sebagai "tidak revolusioner" oleh kalangan tertentu yang menganut ideologi tertentu dengan alasan politik revolusioner. Tapi kekuatan puisi Chairil memang bukan pada "politik" dalam arti yang sempit dan hanya demi kepentingan sesaat itu, melainkan pada kekuatan estetiknya yang merupakan satu-satunya syarat jika suatu karya seni termasuk puisi untuk menjadi abadi den relevan sepanjang zaman. Dan tidak seorang pun kritikus yang murni menyoroti karya-karya sebagai text kesenian yang meragukan kegeniusan penyair yang mati muda ini, karenanya karya puisi Chairil Anwar akan abadi sepanjang zaman. Ya, dia meniggal pada usia 27 tahun karena TBC dan komplikasinya ketika terserang typhus, pada tanggal 28 April 1949. Bulan April yang pernah dinobatkan sebagai Bulan Puisi atau Bulan Chairil Anwar ini pun sempat diredupkan karena ulah offensif revolusioner di masa lalu, tetapi sejarah membuktikan bahwa kekuatan estetik yang ada di dalam karyanya itu tak pernah terkalahkan oleh ulah semacam itu, maka sekaranglah saatnya kita menegakkan yang benar, bahwa bulan April wjar sekali dijadikan Bulan Puisi Indonesia. Dan ITICA bersama-sama seluruh masyarakat Indonesia seyogyanyalah ikut menggemakannya juga dari Washington DC ini dengan menjadikannya tradisi budaya modern kita dalam kehidupan bermasyarakat di AS dan Kanada. Untuk inilah acara puisi Chairil Anwar dijadikan acara perdana ITICA di Washington DC. Hampir semua puisi Chairil Anwar yang ada di dalam kumpulan booklet yang dibagikan semalam sempat saya libatkan dalam uraian tersebut. Buklet itu merupakan bagian dari acara terdsebut, agar semua yang hadir sempat mempelajari kembali puisi-puisi Chairil dan kemudian membacakannya di depan forum dengan dasar interpretasi masing- masing. Seribu kepala akan menampilkan seribu tafsir atas sebuah puisi yang sama. Tafsir atas sebuah puisi tidak bergantung kepada apa maunya sang penyair sebenarnya, melainkan tergantung kepada hasil resultante antara tex puisi itu dalam beerintertextualisasi dengan berbagai text pribadi yang ada di dalam benak si pembaca. Penulis sudah dinyatakan "mati" setelah textnya lahir, maka selanjutnya nasib textnya itu bergantung sepenuhnya kepada kreativitas si pembacanya. Maka text itu akan hidup di dalam diri pembacanya sebagai bagian dari text pribadi si pembaca. Maka hampir semua yang hadir sempat tampil membacakan puisi Chairil Anwar semalam, sehingga harus dibatasi satu orang membaca satu puisi pada sesi pertama, dan kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua. Setelah dua sesi baca puisi acara dilanjutkan dengan sesi memberikan komentar atas puisi Chairil Anwar, sehingga pendapat tentang apa dan bagaimana puisi-puisi tersebut tidak menjadi monolpoli pendapat saya saja. Bung Eko yang dari Unmuh Jakarta mengungkapkan pandangannya tentang puisi-puisi Chairil yang memiliki dimensi yang kaya, terutama dimensi spiritualnya, seperti terdapat di dalam puisi "Doa." Seorang dosen bahasa Inggeris dan pengarang drama James Hesla yang sempat mengajar di Indonesaia dalam program Fulbright dan sedang menerjemahkan salah satu karya drama N. Riantiarno menyatakan, bahwa puisi Indonesia yang dibacakan dalam bahasa aselinya sungguh indah di telinganya. Dia sendiri selalam sempat membacakan salah satu puisi Chairil Anwar dalam bahasa Inggeris. Acara semalam ditutup dengan pembacaan puisi tentang tragedi tsunami di Aceh karya saya berjudul "That Monumen of Water, Inong". Demikianlah laporan singkat tentang acara perdana ITICA semalam telah berlangsung informal, lancar, santai dan asyik. Sekali lagi terimakasih kepada semua fihak yang telah membantu berlangsungnya acara baca puisi semalam. Apa selanjutnya dari ITICA? Tunggu kabar dari Itica selanjutnya. Penampilan ITICA dalam waktu dekat adalah di tiga tempat di Inggeris - Exeter, Glasgow dan London menampilkan karya terbaru saya berupa pertunjukan teater tunggal menggunakan topeng berjudul "Side by side." Karya ini direncanakan akan tampil pada acara ITICA bulan Mei nanti di wilayah kita. Ikra.- ITICA be4harap ada yang bersedia sebagai relawan untuk ikut menggerakkan program ITICA selanjutnya. Hubungi kami di [EMAIL PROTECTED] (baca: itica_gm at verizon dot net). Thanks! ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project. http://us.click.yahoo.com/4F6XtA/_WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/