Di dunia ini ada sistem metric dan non-metric, jadi harus jelas.

Dalam sistem non metric itu itu ada macam-macam misalnya kalau orang swedia 
bilang 1 mil itu sebaiknya diminta penjelesan mil yang  dimaksudk, sebab 1 
mil dalam pengertian umum  di Swedia itu  jaraknya 10 km, jadi bukan 1 mile 
= 1.609344 kilometers.



----- Original Message ----- 
From: "Arriko Indrawan" <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, April 26, 2005 10:45 AM
Subject: [ppiindia] *1 ONS BUKAN 100 GRAM.*


>
>
>
> *1 ONS BUKAN 100 GRAM.*
>
> PENDIDIKAN YANG MENJADI BOOMERANG.
>
> Seorang teman saya yang bekerja pada sebuah
> perusahaan asing, di PHK akhir tahun lalu.
> Penyebabnya adalah kesalahan menerapkan dosis
> pengolahan limbah, yang telah berlangsung
> bertahun-tahun. Kesalahan ini terkuak ketika
> seorang pakar limbah dari suatu negara Eropa
> mengawasi secara langsung proses pengolahan
> limbah yang selama itu dianggap selalu gagal.
> Pasalnya adalah, takaran timbang yang dipakai
> dalam buku petunjuknya menggunakan satuan pound
> dan ounce. Kesalahan fatal muncul karena yang
> bersangkutan mengartikan 1 pound = 0,5 kg. dan
> 1 ounce (ons) = 100 gram, sesuai pelajaran yang
> ia terima dari sekolah. Sebelum PHK dijatuhkan,
> teman saya diberi tenggang waktu 7 hari untuk
> membela diri dgn. cara menunjukkan acuan ilmiah
> yang menyatakan 1 ounce (ons) = 100 g.
> Usaha maksimum yang dilakukan hanya bisa
> menunjukkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
> mengartikan ons (bukan ditulis ounce) adalah
> satuan berat senilai 1/10 kilogram. Acuan lain
> termasuk tabel-tabel konversi yang berlaku sah
> atau dikenal secara internasional tidak bisa
> ditemukan.
>
> SALAH KAPRAH YANG TURUN-TEMURUN.
>
> Prihatin dan penasaran atas kasus diatas,
> saya mencoba menanyakan hal ini kepada lembaga
> yang paling berwenang atas sistem takar-timbang
> dan ukur di Indonesia, yaitu Direktorat
> Metrologi. Ternyata, pihak Dir. Metrologi pun
> telah lama melarang pemakaian satuan ons untuk
> ekivalen 100 gram.
> Mereka justru mengharuskan pemakaian satuan
> yang termasuk dalam Sistem Internasional
> (metrik) yang diberlakukan resmi di Indonesia.
> Untuk ukuran berat, satuannya adalah gram dan
> kelipatannya. Satuan *Ons bukanlah bagian dari
> sistem metrik* ini dan untuk menghilangkan
> kebiasaan memakai satuan ons ini,
> Direktorat Metrologi sejak lama telah
> memusnahkan semua anak timbangan (bandul atau
> timbal) yang bertulisan "ons" dan "pound".
>
> Lepas dari adanya kebiasaan kita mengatakan
> 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram,
> ternyata *tidak pernah ada acuan sistem
> takar-timbang legal* atau pengakuan
> internasional atas satuan ons yang nilainya
> setara dengan 100 gram. Dan dalam sistem
> timbangan legal yang diakui dunia internasional,
> *tidak pernah dikenal adanya satuan ONS khusus
> **Indonesia**.* Jadi, hal ini adalah suatu
> kesalahan yang diwariskan turun-temurun.
> Sampai kapan mau dipertahankan ?
>
> BAGAIMANA KESALAHAN DIAJARKAN SECARA RESMI ?
>
> Saya sendiri pernah menerima pengajaran salah
> ini ketika masih di bangku sekolah dasar.
> Namun, ketika saya memasuki dunia kerja nyata,
> kebiasaan salah yang nyata-nyata diajarkan itu
> harus dibuang jauh karena akan menyesatkan.
>
> Beberapa sekolah telah saya datangi untuk
> melihat sejauh mana penyadaran akan penggunaan
> sistem takar-timbang yang benar dan sah dikemas
> dalam materi pelajaran secara benar, dan
> bagaimana para murid (anak-anak kita)
> menerapkan dalam hidup sehari-hari.
> Sungguh memprihatinkan. Semua sekolah
> mengajarkan bahwa 1 ons = 100 gram dan
> 1 pound = 500 gram, dan anak-anak kita pun
> menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari.
> "Racun" ini sudah tertanam didalam otak anak
> kita sejak usia dini.
>
> Dari para guru, saya mendapatkan penjelasan
> bahwa semua buku pegangan yang diwajibkan atau
> disarankan oleh Departemen Pendidikan Indonesia
> mengajarkan seperti itu. Karena itu,
> tidaklah mungkin bagi para guru untuk melakukan
> koreksi selama Dep. Pendidikan belum merubah
> atau memberi-kan petunjuk resmi.
>
> TANGGUNG JAWAB SIAPA ?
>
> Maka, bila terjadi kasus-kasus serupa diatas,
> Departemen Pendidikan kita jangan lepas tangan.
> Tunjukkanlah kepada masyarakat kita terutama
> kepada para guru yang mengajarkan kesalahan
> ini, salah satu alasannya agar tidak menjadi
> beban psikologis bagi mereka; *"acuan sistem
> timbang legal yang mana yang pernah diakui/
> diberlakukan secara internasional,
> yang menyatakan bahwa : **1 ons adalah 100 gram,
> 1 pound adalah 500 gram."?*
>
> Kalau Dep. Pendidikan tidak bisa menunjukkan
> acuannya, mengapa hal ini diajarkan secara
> resmi di sekolah sampai sekarang ?
>
> Pernahkan Dep. Pendidikan menelusuri,
> dinegara mana saja selain Indonesia berlaku
> konversi 1 ons = 100 gram dan
> 1 pound = 500 gram?
>
> Patut dipertanyakan pula, bagaimana tanggung
> jawab para penerbit buku pegangan sekolah yang
> melestarikan kesalahan ini?
>
> Kalau Dep. Pendidikan mau mempertahankan satuan
> *ons yang keliru* ini, sementara pemerintah
> sendiri melalui Direktorat Metrologi melarang
> pemakaian satuan "ons" dalam transaksi legal,
> maka konsekwensinya ialah harus dibuat sistem
> baru timbangan Indonesia (versi Depdiknas).
> Sistem baru inipun harus diakui lebih dulu
> oleh dunia internasional sebelum diajarkan
> kepada anak-anak. Perlukah adanya sistem
> timbangan Indonesia yang konversinya adalah
> 1 ons *(Depdiknas)* = 100 gram dan
> 1 pound *(Depdiknas)* = 500 gram.?
> Bagaimana "Ons dan Pound *(Depdiknas)*" ini
> dimasukkan dalam sistem metrik yang sudah baku
> diseluruh dunia? Siapa yang mau pakai?.
>
> HENTIKAN SEGERA KESALAHAN INI.
>
> Contoh kasus diatas hanyalah satu diantara
> sekian banyak problema yang merupakan akibat
> atau korban kesalahan pendidikan. Saya yakin
> masih banyak kasus-kasus senada yang terjadi,
> tetapi tidak kita dengar. Salah satu contoh
> kecil ialah, banyak sekali ibu-ibu yang
> mempraktekkan resep kue dari buku luar negeri
> tidak berhasil tanpa diketahui dimana
> kesalahannya.
>
> Karena ini kesalahan pendidikan, masalah ini
> sebenarnya merupakan masalah nasional
> pendidikan kita yang mau tidak mau harus
> segera dihentikan.
>
> Departemen Pendidikan tidak perlu malu dan
> basa-basi diplomatis mengenai hal ini.
> Mari kita pikirkan dampaknya bagi masa depan
> anak-anak Indonesia.
> Berikan teladan kepada bangsa ini untuk tidak
> malu memperbaiki kesalahan.
>
> Sekalipun hanya untuk pelajaran di sekolah,
> dalam hal Takar-Timbang-Ukur, Dep. Pendidikan
> tidak memiliki supremasi sedikitpun terhadap
> Direktorat Metrologi sebagai lembaga yang
> paling berwenang di Indonesia. Mari kitam ikuti
> satu acuan saja, yaitu Direktorat Metrologi.
>
> Era Globalisasi tidak mungkin kita hindari,
> dan karena itu anak-anak kita harus
> dipersiapkan dengan benar. Benar dalam arti
> landasannya, prosesnya, materinya maupun arah
> pendidikannya. Mengejar ketertinggalan dalam
> hal kualitas SDM negara tetangga saja sudah
> merupakan upaya yang sangat berat.
>
> Janganlah malah diperberat dengan *pelajaran
> sampah* yang justru bakal menyesatkan.
> Didiklah anak-anak kita untuk mengenal dan
> mengikuti aturan dan standar yang berlaku SAH
> dan DIAKUI secara internasional, bukan hanya
> yang rekayasa lokal saja. Jangan ada lagi
> korban akibat pendidikan yang salah.
> Kita lihat yang nyata saja, berapa banyak TKI
> diluar negeri yang berarti harus mengikuti
> acuan yang berlaku secara internasional.
>
> Anak-anak kita memiliki HAK untuk mendapatkan
> pendidikan yang benar sebagai upaya
> mempersiapkan diri menyongsong masa depannya
> yang akan penuh dengan tantangan berat.
>
> ACUAN MANA YANG BENAR ?
>
> Banyak sekali literatur, khususnya yang dipakai
> dalam dunia tehnik, dan juga ensiklopedi
> ternama seperti Britannica, Oxford, dll.
> *(maaf, ini bukan promosi)* menyajikan
> tabel-tabel konversi yang tidak perlu diragukan
> lagi.
>
> Selain pada buku literatur,
> tabel-tabel konversi semacam itu dapat dijumpai
> dengan mudah di-dalam buku harian/diary/agenda
> yang biasanya diberikan oleh toko atau produsen
> suatu produk sebagai sarana promosi.
>
> *Salah satu* konversi untuk satuan berat yang
> umum dipakai SAH secara internasional adalah
> sistem avoirdupois/avdp. (baca : averdupoiz).
>
> 1 ounce/ons/onza  =  28,35 gram *(bukan 100 g.)*
> 1 pound           =  453 gram *(bukan 500 g.)*
> 1 pound           =  16 ounce *(bukan 5 ons)*
>
> Bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau seorang
> apoteker meracik resep obat yang seharusnya
> hanya diberi 28 gram, namun diberi 100 gram.
> Apakah kesalahan semacam ini bisa di
> kategorikan sebagai malapraktek?
> Pelajarannya memang begitu, kalau murid tidak
> mengerti, dihukum!!! Jadi, kalau malapraktik,
> logikanya adalah tanggung jawab yang
> mengajarkan. (*ini hanya gambaran/ilustrasi
> salah satu akibat yang bisa ditimbulkan,
> bukan kejadian sebenarnya, tetapi dalam bidang
> lain banyak sekali terjadi)*
>
> KALAU BUKAN KITA YANG MENYELAMATKAN - LALU SIAPA ?.
>
> Melalui tulisan ini saya ingin mengajak semua
> kalangan, baik kalangan pemerintah, akademis,
> profesi, bisnis/pedagang, sekolah dan orang tua
> dan juga yang lainnya untuk ikut serta
> mendukung penghapusan satuan "ons dan pound
> yang keliru" dari kegiatan kita sehari-hari.
> Pengajaran sistem timbang dgn. satuan Ounce
> dan Pound seharusnya diberikan sebagai
> pengetahuan disertai kejelasan asal-usul serta
> *rumus konversi yang benar*. Hal ini untuk
> membuang kebiasaan salah yang telah melekat
> dalam kebiasaan kita, yang bisa mencelakakan/
> menyesatkan anak-anak kita, generasi penerus
> bangsa ini.
>
> *# # # # # *
>
> *Tulisan ini akan dikirimkan kepada media masa,
> baik cetak maupun elektronik yang mau
> menyiarkannya demi kepentingan bangsa.
> Dipersilahkan mengubah formatnya sesuai dengan
> ketentuan penyiaran masing-masing.*
>
> *Juga kepada sekolah-sekolah, pabrik-pabrik
> serta LSM dan masyarakat umum, untuk diketahui
> secara luas.*
>
> * Bila anda merasa sependapat dengan saya,
> setuju untuk menghentikan kesalahan ini demi
> masa depan anak bangsa Indonesia,
> silahkan diperbanyak/difoto copy dan
> disebar-luaskan sendiri.*
>
> * *
>
> *Bila anda ragu-ragu terhadap kebenaran tulisan
> ini, silahkan menanyakannya langsung kepada
> Direktorat Metrologi atau Balai Metrologi
> setempat dikota anda berada.*
>
> * *
>
> *Terima kasih saya ucapkan kepada anda yang
> peduli dan mau berpartisipasi menyelamatkan
> masa depan anak-anak **Indonesia**.
> Semoga Tuhan memberkati upaya ini, yang kita
> lakukan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih
> sedikitpun.*
>
> * *
>
> *# # # # #*
>
> * *
> * *
>
> *Ditengah orang-orang waras, dia yang lain
> sendiri dianggap gila.*
>
> *Ditengah orang-orang gila, dia yang waras
> justru dianggap gila.*
>
> * *
>
> *Memang banyak orang yang benar, tetapi jangan
> diartikan bahwa yang diikuti banyak orang
> itulah yang pasti dan selalu benar.*
>
>
> LEMBAR PELENGKAP
>
> TAKAR - UKUR - TIMBANG MENGIKUTI
> SISTEM METRIK YANG BERLAKU SEJAK THN *1799*.
>
> *Kuantitas*
>
> *Satuan*          *Simbol*        *Keterangan*
>
> Panjang            meter           m bukan mtr.
> Luas               meter persegi   m2
> Isi/volume         meter kubik     m3
> Berat              gram            g bukan gr.
> Takaran            liter           l / 1 l = 1000 cm3 (cc)
> Suhu/temperatur    derajat Celcius oC
> BEBERAPA SEBUTAN/AWALAN UNTUK FAKTOR PENGALI
> DALAM SISTEM METRIK
>
> AWALAN    FAKTOR PENGALI   SIMBOL/SINGKATAN   CONTOH PEMAKAIAN
>
> giga      1.000.000.000         G                GHz.
> mega      1.000.000             M                MW
> kilo      1.000                 k                km
> hecto     100                   h                ha
> deka      10                    da               dam
> deci      0,1                   d                dm
> centi     0,01                  c                cm
> milli     0,001                 m                ml
> micro     0,000.001             *m*              mF
> dan seterusnya.
>
> Dalam sistem metrik memang dikenal *1 are = 100 m2*
> khusus untuk ukuran tanah yang diakui sah secara
> internasional.
>
> *Untuk satuan ONS yang mengartikan kelipatan
> 100 g., apalagi POUND yang mengartikan
> kelipatan 500 g., tidak pernah ada didalam
> sistem metrik maupun non-metrik/imperial yang
> pernah diberlakukan sah secara internasional. *
>
> *# # # # #*
>
> *RANGKUMAN SARAN-SARAN, KRITIK DAN KOMENTAR*
>
> *1. *Banyak orang berpendapat bahwa ONS kita
> ini tidak ada kaitannya samasekali dengan OUNCE.
>
> * *
> a. Kalau kita baca kamus-kamus
> Inggris-Indonesia dan sebaliknya, jelas bahwa
> terjemahan "ounce adalah ons" dan "pound adalah
> pon" begitu pula sebaliknya dari
> Indonesia-Inggris. Bahkan ada beberapa kamus
> yang menterjemahkan "ounce menjadi ons,
> berat 100 gram." Tetapi ada juga yang
> menterjemahkan "ons, 28,3 gram".
>
> *Nara** sumber : Jumlah : 2 orang *
> *Profesi : Guru dan Dosen Bahasa Inggris. *
>
> b. Beberapa guru berpendapat bahwa kata "ons"
> jelas bukan asli bahasa Indonesia,
> karena bahasa Indonesia hanya mengenal 2
> konsonan rangkap, yaitu "ng" dan "ny".
> Tidak ada konsonan rangkap "ns".
> Contoh : "Helm" kalau di Indonesiakan menjadi
> "helem". Kalau "ons" tidak bisa dijadikan
> "ones" tentu karena menyangkut suatu acuan yang
> harus dilafalkan secara benar, sama seperti
> "gram" yang tidak boleh ditulis menjadi "geram".
>
> *Nara** sumber : Jumlah : 2 orang *
> *Profesi : Guru Bahasa **Indonesia**.*
> c. Beberapa orang lanjut usia yang cukup
> terpelajar membenarkan bahwa "ons dan pound"
> itu bawaan Belanda, bukan asli Indonesia,
> karena sudah dipakai sebelum Indonesia merdeka
> dan diajarkan juga disekolah HIS maupun HCS
> *(masih jaman penjajahan)*.
>
> Beberapa diantara mereka ingat bahwa acuan
> konversi yang diterapkan di Indonesia tidak
> sama dengan yang diterapkan di Belanda.
>
> *Nara** sumber : Jumlah : 7 orang.
> Usia : 77 s/d. 87 tahun. *
> *Pendidikan terendah : HCS/HIS. *
> *Pendidikan tertinggi : Sarjana*
> *Profesi terakhir : Guru, Kontraktor, Dokter,
> Pendeta, PN.*
>
> *2.* Acuan internasional yang menyatakan
> 1 ons = 100 gram , 1 pound = 500 gram
> jelas-jelas tidak pernah ada.
>
> Bahkan Acuan nasional (kalaupun ada
> dulu-dulunya) tidak bisa/tidak boleh
> dipergunakan lagi semenjak diundangkannya
> UU no.2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal,
> yang mencabut dan membatalkan Ijkordonnantie
> 1.049 Staatsblad nomor 175.
>
> *Nara** sumber : Jumlah : 1 orang.*
> * Profesi : tidak dikenal.*
>
> *3.* Penerbit tidak seharusnya dimintai
> pertanggung-jawaban karena semua materi
> kurikulum yang harus dibukukan telah mendapat
> persetujuan terlebih dulu dari Dep. Pendidikan.
>
> *Nara** sumber : Jumlah : 1 orang.*
> * Profesi : Pengusaha.*
>
> * *
> * *
>
> *4.* Tidak perlu memperlebar masalah/
> mendramatisir dengan timbangan versi depdiknas
> dan sebagainya. Yang penting bagaimana kesalahan
> ini bisa segera diakhiri.
>
> *Nara** Sumber : Jumlah : 1 orang.*
> * Profesi : tidak dikenal.*
>
> *5.* Terkejut dan syok berat tapi Setuju bahwa
> kita harus menghentikan kebiasaan salah selama
> ini dan membiasakan diri menggunakan Sistem
> Internasional yang berlaku. Perlu pengumuman
> resmi dari pemerintah dan penyuluhan masyarakat
> melalui instansi yang berwenang.
>
> *Nara** sumber : Jumlah : lebih dari 100 orang.*
> * Profesi : Guru, Dosen, Karyawan, Mahasiswa,
> Dokter.*
>
> *6.* Para guru tidak bisa dipersalahkan karena
> mereka hanya melaksanakan apa yang telah
> menjadi kebijakan nasional pendidikan yang
> dikeluarkan oleh Dep. Pendidikan.
> *Nara** sumber : Jumlah 14 orang.*
> * Profesi : Guru, Ibu Rmh.Tangga, Karyawan. *
>
> * *
>
> *7.* Di dalam Dep. Pendidikan ada bagian yang
> khusus melakukan Penelitian, Pengkajian dan
> Pengembangan. Kalau ini benar-benar suatu
> kesalahan, ...*(hanya geleng-geleng kepala)*
>
> *Nara** sumber : Jumlah : 1 orang*
> * Profesi : Dosen.*
>
> *8.* Bukankah semua pegawai Dir. Metrologi
> memiliki anak yang juga sekolah di Indonesia?
> Mengapa diam saja?
>
> *Nara** sumber : Jumlah : 1 orang.*
> * Profesi : Kep. Sekolah*
>
> ...
>
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
> 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to