Pak Samsul..dilihat dari historisnya pilihan hidup selibat/tidak menikah
mulai berkembang permulaan awal gereja katholik, waktu jaman itu kehidupan
manusia khususnya di daerah Yunani dan Romawi secara moral sangat rendah,
kehidupan hedonisme dan perilaku kehidupan seks bebas yang sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat saat itu. sehingga mulailah muncul orang2
tertentu dari kalangan gereja katholik saat itu yang memusatkan diri untuk
mencari kehidupan yang suci, bebas dari hal2 duniawi, kemudian muncullah
berbagai ordo/serikat yang memisahkan diri dari kehidupan dunia, dimana
mereka memilih untuk tidak menikah dan mengabdikan dirinya untuk Tuhan dan
gereja. sebenarnya para pastor, biarawan/biarawati tersebut mengikuti jejak
kehidupan murid2 Yesus yang diyakini tidak menikah, tapi didalam kitab
Injil sendiri tidak ada aturan untuk hal tersebut. tetapi pilihan untuk
hidup selibat adalah pilihan hidup, dimana seseorang menyerahkan
kehidupannya untuk Tuhan dan gereja.
marriage is one of the tools to worship God..and hidup selibat is the other
tools to worship God...



                                                                                
                           
                      "Samsul Bachri"                                           
                           
                      <[EMAIL PROTECTED]        To:       
<ppiindia@yahoogroups.com>                        
                      d>                       cc:                              
                           
                      Sent by:                 Subject:  Re: [ppiindia] 10 + 1 
Alasan untuk Tidak Kawin by 
                      [EMAIL PROTECTED]         Ayu Utami                       
                           
                      ups.com                                                   
                           
                                                                                
                           
                                                                                
                           
                      04/27/2005 04:05                                          
                           
                      PM                                                        
                           
                      Please respond to                                         
                           
                      ppiindia                                                  
                           
                                                                                
                           
                                                                                
                           




Mau tanya ke Mbak Carla :

Kalau pernikahan adalah ibadah, kenapa ya pastor, uskup, dan sebagainya
malah tidak menikah?Bukannya mereka yang harus mencontohnkan ke umatnya?

Salam

----- Original Message -----
From: "Carla Annamarie" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <ppiindia@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, April 27, 2005 3:31 PM
Subject: Re: [ppiindia] 10 + 1 Alasan untuk Tidak Kawin by Ayu Utami


>
>
> sebenarnya orang yang skeptis, apatis-realistis terhadap pernikahan
> sebenarnya adalah orang yang memandang suatu pernikahan sebagai sesuatu
> yang realistis, mungkin berada dalam utopia-state..:))..tapi sebenarnya
> marriage is the battle of life..to keep and maintain marriage is a lesson
> and struggle for life..kebanyakan orang gak bisa menerima realita
> itu..ditambah dengan makin menurunya integritas pria dan semakin banyka
> wanita menutup diri dari hubungan dengan pria karena takut
> terluka...anyway..
> pernikahan adalah ibadah.., it's one of the tools to worship
> God...kebahagiaan bukan tujuan pernikahan, karena kebahagiaan adalah
> keputusan, tapi tujuan pernikahan adalah kemuliaan hati, kemuliaan
pikiran,
> dan kemuliaan iman.., karena pria dan wanita diciptakan to complete each
> other.., not against or worse destroy each other..., like it or
> not..menjadi seorang wanita yang sempurna adalah saat wanita complete
men's
> destiny..., adanya perombakan struktur sosial membuat banyak wanita
memilih
> untuk tidak menikah..karena pada dasarnya they dont have a guts to do
> it...or maybe mereka jadi paranoid utk sesuatu yang mereka belum ngalamin
> sendiri.., or maybe they just cowards..
> sebenarnya memutuskan untuk menikah adalah sesuatu yang paling berani,
> paling berharga, dan paling penting dalam kehidupan seorang wanita..if
she
> passed the test..she will be rewarded with not only men of her life but
> more over she could discover her self..as a human being as as a women...
>
>
>
>
>                       [EMAIL PROTECTED]
>                       Sent by:                 To:
ppiindia@yahoogroups.com
>                       [EMAIL PROTECTED]        cc:
>                       ups.com                  Subject:  Re: [ppiindia]
10
+ 1 Alasan untuk Tidak Kawin by
>                                                 Ayu Utami
>
>                       04/27/2005 03:01
>                       PM
>                       Please respond to
>                       ppiindia
>
>
>
>
>
>
>
>
> terlalu banyak alasan, padahal alasan yang gampang
> just tell  them  that   ......  belum ketemu jodoh  ...  its enough  ...
> terlalu banyak orang yang harus dipersalahkan  ..
> bayang kan daftar pesakitan dibawah ini   ... :p
> *  Jeremy Thomas
> *  Cinderela
> *  Putri Salju
> *  Putri Tidur
> *  Prety Women
> *  Malaikat
> *  Negara liberal
> *  Imaniar
> *  Ayu Azhari
> *  Raise the red lentern
> *  Roma Irama
> *  Rika Rahim
> *  Veronika
> *  Gus Dur
> *  Hamzah Haz
> *  bibi,
> *  Guru
> *  dan lain-lain
>
> cuma yang sangat berkesan  bahwa ayu utami mendukung perselingkuhan
> karena ingin bebas dari jeratan hukum  ..   bebas   ..  gitu loh ..
>
>
> dan ternyata masalahnya nggak umum,  cuma masalah pribadi
> so saya pikir ayu utama ini belum berkonsultasi dengan  psichyatirst
...
> :)
> tapi itulah pilihannya  ....
>
>
> salam
>   ...
>
>
>
>
>                     Carla Annamarie
>
>                     <[EMAIL PROTECTED]        To:
> ppiindia@yahoogroups.com
>                     ial.co.id>                      cc:
>
>                     Sent by:                        Subject:
[ppiindia]
> 10 + 1 Alasan untuk Tidak Kawin by Ayu Utami
>                     ppiindia@yahoogroups.com
>
>
>
>                     27/04/2005 14:01
>
>                     Please respond to
>
>                     ppiindia
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>       10 + 1 Alasan untuk Tidak Kawin
>        by Ayu Utami
>
>        Inilah sebelas alasan kenapa tidak menikah adalah sikap politik
> saya,
>  dan karenanya saya tidak layak diundang oleh Jeremy Thomas sebagai
tamunya
>  dalam Love & Life
>
>        1      Memangnya harus menikah?
>
>        2      Tidak merasa perlu
>
>        3      Tidak peduli
>
>        4      Amat peduli. Jika di satu sisi saya mudah dianggap tidak
>  peduli pada nilai yang dipercaya ibu saya, di sisi lain saya
sesungguhnya
>  amat peduli.Awalnya sederhana saja. Sejak kecil saya melihat masyarakat
>  mengagungkan pernikahan. Ironisnya, dongeng Cinderella, Putri Salju,
Putri
> Tidur,
>  Pretty Woman tamat pada upacara, tukar cincin, dentang lonceng, atau
>  ciuman di balkon. Artinya, tidak ada dongeng tentang perkawinan itu
> sendiri.
>
>  Sesungguhnya pada titik dongeng berhenti, seorang enak diperkenalkan
pada
>  yang realistis. Yang tidak diceritakan itu. Yaitu, bahwa pernikahan
tidak
>  ideal. Selain kasih sayang, juga ada kebosanan, penyelewengan,
pemukulan.
>  Tetapi itu tabu dibicarakan. Sebaliknya, masyarakat mereproduksi terus
>  nilai yang mengagungkan pernikahan. Mereka menempatkan jodoh sebagai
titik
>
>  nadir sejajar dengan kelahiran dan kematian. Suatu proses yang wajib
>  dilalui manusia. Seolah-olah alamiah, bahkan kodrati. Barangkali
>  percintaan memang amat romantis sehingga orang, misalnya saya dan pacar
>  saya kalau lagi jatuh cinta, suka berkhayal bahwa kami dipersatukan oleh
>  malaikat (tentu khayalan ini berakhir bersama selesainya hubungan).
>  Perasaan melambung itu mungkin yang membuat kita ogah mengakui bahwa
kita
>  lahir dan mati adalah proses biologis, sementara menikah adalah
konstruksi
>
>  sosial belaka.< /P
>
>  Persoalannya, selalu ada yang tidak beres dengan konstruksi sosial. Pada
>  umumnya pernikahan masih melanggengkan dominasi pria atas wanita.
Kecuali
>  di beberapa negara liberal Eropa, hukum tidak terlalu berpihak pada
istri.
>
>  Di Indonesia ini terlihat pada setidaknya undang-undang perkawinan,
>  perburuhan, maupun imigrasi. Di masyarakat, begitu banyak pengaduan
kasus
>  kekerasan domestik terhadap perempuan. Kita dengar dari media massa
>  tentang pemukulan atas pembantu rumah tangganya Imaniar hingga atas Ayu
>  Azhari oleh suaminya sendiri. Ketimpangan jender harus diakui.
>
>  Tapi puncak pengesahan supremasi pria atas wanita adalah dalam poligami.
>  Tema yang hampir-hampir tak pernah dikembangkan, bahkan dalam dongeng
1001
>
>  malam. (Menurut saya topik ini digarap dengan amat muram dan mencekam
>  dalam Raise the Red Lentern oleh Zhang Yi Mou). Bahwa seorang lelaki
boleh
>
>  memiliki banyak bini, tapi seorang istri tidak diperkenankan memiliki
>  banyak laki. Padahal, secara biologis perempuanlah yang bisa betul-betul
>  yakin bahwa anak yang dikandungnya adalah anaknya sendiri. Waktu remaja
>  tentu saja saya merasa tidak nyaman membaca berita bahwa Rhoma Irama
kawin
>
>  lagi dengan Rika Rachim, yang lebih muda dan segar daripada Veronica,
>  istri pertamanya yang kemudian minta cerai karean tidak mau dimadu.
(Saya
>  menyetujui perselingkuhan, sebab perselingkuhan istri maupun suami
>  sama-sama tidak disahkan hukum).
>
>  Saya anti-poligami. Tapi bukannya tidak bisa melihat rasionalisasi di
>  balik kawin ganda ini. Poligami adalah masuk akal di dalam masyarakat
yang
>
>  amat patriarkal, yang berasumsi bahwa pria superior, bahwa pria
menyantuni
>
>  perempuan dan tak mungkin sebaliknya, sehingga tanpa lelaki seorang
>  perempuan tak memiliki pelindung. Para pendukung poligami umumnya gagal
>  untuk mengakui bahwa poligami hanya adil untuk sementara, yaitu dalam
>  konteks masyarakat patriarkal. Dan bahwa kita punya pekerjaan besar
untuk
>  mengubah sistem yang cenderung berpihak pada pria itu. Makanya, saya
>  kecewa ketika dalam periode Gus Dur, Menteri Pemberdayaan Perempuan
tidak
>  menentang pencabutan PP 10 yang melarang pegawai negeri beristri banyak.
>  (Dalam hal ini saya lebih suka Soeharto daripada Hamzah Haz.)
>
>  Lantas, apa hubungan semua perkara besar itu dengan saya? Hubungannya
>  adalah bahwa saya peduli, yaitu jengkel dengan idealisasi tadi.
Barangkali
>
>  saya ingin mengatakan bahwa ada persoalan di balik pengagungan atas
>  pernikahan. Pernikahan tidak dengan sendirinya membuat hidup Anda
sempurna
>
>  atau bahagia. Saya ingin mengingatkan, ada jalan alternatif. Perempuan
tak
>
>  perlu menjadi istri kesekian atau kawin dengan lelaki bertelapak tangan
>  ringan hanya demi jadi Nyonya Fulan.
>
>  Catatan: Jika perkawinan ibarat pasar, orang-orang yang memutuskan tidak
>  menikah sesungguhnya mengurangi pasokan istri seperti OPEC mengatur
suplai
>
>  minyak. Juga memperingatkan para suami bahwa istri bisa tak bergantung
>  pada dia. Dengan demikian, mestinya harga istri menjadi lebih mahal
>  sehingga harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya. (Nah, saya peduli dan
>  berniat baik, kan?)
>
>  5      Trauma. Saya punya trauma. Bukan pada lelaki, sebagaimana
>  diperkirakan banyak orang, misalnya seorang ibu pendakwah di televisi.
>  Melainkan pada sesama perempuan yang tidak sadar bahwa mereka tunduk dan
>  melanggengkan nilai-nilai patriarki.
>
>  Saya punya dua bibi pemuja perkawinan. Salah satunya begitu mengagungkan
>  persuntingan sehingga jika saya menikah, ia takkan menyapa saya dalam
>  suratnya sebagai Ayu, melainkan sebagai Nyonya Anu. Tapi mereka sendiri
>  tidak menikah. Bukan tak mau, melainkan karena tak dapat suami. Mereka
>  juga pencemburu pada perempuan lain yang bukan sedarah dalam keluarga
>  kami. Mereka cenderung menganggap anak laki-laki lebih berharga
ketimbang
>  anak perempuan. Syukurlah bahwa ayah-ibu saya memperlakukan sama
>  puta-putrinya, sehingga saya tidak punya dendam, sembari tetap melihat
>  ketidakadilan.
>
>  Saya juga punya guru-guru di SD dan SMP yang memenuhi segala stereotipe
>  tentang perawan tua, perempuan "tidak laku" yang dengki. Mereka
>  mengidealkan perkawinan. Mereka tidak mendapat suami. Mereka adalah
>  guru-guru paling killer di sekolah. Mereka menghukum dengan berlebihan.
>  Mereka membenci murid-murid yang cantik, setidaknya begitu mudah berang
>  pada wajah ayu. Syukurlah, saya tidak ayu dan cenderung tomboy sehingga
>  mereka baik pada saya. Dengan demikian, saya punya simpati baik pada si
>  guru maupun pada korbannya, teman saya yang cantik. Sembari tetap
>  merasakan ketidakadilan.
>
>  Pada masa kanak dan remaja, kesejajaran antara "perawan tua" dengan
tabiat
>
>  pendengki tampak begitu nyata, sehidup kakak tiri Cinderella. Untuk
>  mengatakan bahwa hal-hal tersebut tidak saling berkaitan adalah naif.
Lagi
>
>  pula, demikianlah stereotipe yang dilanggengkan masyarakat. Tapi, untuk
>  mempercayai bahwa perempuan yang tidak kawin niscaya mempunyai problem
>  psikologis juga terlalu menyederhanakan persoalan.
>
>  Inilah trauma saya: bahwa saya melihat sindrom perawan tua. Sejak remaja
>  saya merasa terganggu olehnya. Bertahun lalu saya menulis dalam diary,
>  "Barangkali saya tidak akan menikah kelak, tetapi saya tidak akan
menjadi
>  pencemburu." Mungkin inilah jalan yang saya pilih: masuk ke dalam trauma
>  itu dan membalikkannya. Masuk ke dalam prasangka masyarakat dan
>  membuktikan kesalahannya.
>
>  Bibi saya, guru saya, adalah orang yang terluka. Mereka dilukai oleh
>  masyarakat yang hanya menganggap sempurna wanita berkeluarga dan
>  menganggap tak laku perempuan lajang tua. Dan luka itu adalah milih
setiap
>
>  perempuan.
>  Saya ingin mengorak luka itu, luka saya juga, dan menunjukkan bahwa ini
>  hanya konstruksi sosial, sehingga kita tak perlu menjadi sakit
karenanya.
>
>  Tapi alasan ini kok terlalu heroik ya? Nah alasan berikutnya adalah:
>
>  6      Tidak berbakat. Rasanya, saya tidak berbakat untuk segala yang
>  formal dan institusional. Contohnya, sejak SMP saya tidak pernah menjadi
>  murid yang baik.
>
>  7      Kepadatan penduduk. Saya tidak ingin menambah pertumbuhan
penduduk
>  dengan membelah diri.
>
>  8      Seks tidak identik dengan perkawinan. Wah, pertama ini
konsekuensi
>  alasan ke-5 tadi: saya kan harus membuktikan bahwa perawan tua dan tak
>  menikah tidak berhubungan. Kedua, siapa bilang orang menikah tidak
>  berhubungan seks dengan bukan pasangannya.
>
>  9      Sudah terlanjur asyik melajang.
>
>  10      Tidak mudah percaya. Ibu saya selalu mengatakan bahwa menikah
>  membuat kita tidak kesepian di hari tua. Tapi siapa yang bisa jamin
bahwa
>  pasangan tak akan bosan dan anak tidak akan pergi? Tak ada yang abadi di
>  dunia ini,
>  jadi sama saja.
>
>  +1      Dan kenapa saya menceritakan semua itu? Sebab selalu ditanya.
>  Inilah anehnya kesadaran. Ketika kita menjalani hidup, sebetulnya semua
>  mengalir begitu saja. Tetapi ketika kita ditanya, kita seperti dipaksa
>  untuk menyadari dan merumuskan. Lantas, sesuatu yang semula terasa wajar
>  menjelma sikap politik.
>
>
>
>
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
yg
> Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
>
***************************************************************************
>
__________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> ______________________________________________________________
>
> Disclaimer :
> - This email and any file transmitted with it are confidential and
> are intended solely for the use of the individual or entity whom
> they are addressed, if you are not the original recipient, please
> delete it from your system.
> - Any views or opinions expressed in this email are those of the
> author only.
> ______________________________________________________________
>
>
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
yg
> Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
>
***************************************************************************
>
__________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia
yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
>
***************************************************************************
>
__________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg
otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>








***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links












------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke