KONSEP MEMBANGUN TV LOKAL DARI PENGALAMAN MASYARAKAT AMERIKA

Musim durian telah tiba, demikian ungkapan yang bisa menggambarkan 
munculnya TV lokal di berbagai kota di Indonesia. Awalnya di satu 
tempat, lalu di tempat lain hingga di berbagai tempat. Namun demikian hanya 
beberapa yang menjual durian enak. Demikian juga hanya akan ada beberapa TV 
lokal yang bagus, baik dari segi tontonan atau dari segi bisnis.

Jika kita membaca buku-buku mengenai industri pertelevisian, misalnya hasil 
survey di Amerika yang berjudul Broadcasting in Amerika, maka mengamati dunia 
pertelevisian kita amat menarik karena pertelevisian kita bagai mengulang 
sejarah pertelevisian di Amerika. Kita memang tidak bisa melepaskan diri dari 
pengalaman masyarakat Amerika dalam membangun industri TV-nya. Di sana lah 
pertama kali stasiun TV dibangun dan di sana pula industri TV terbentuk. 
Memang, industri TV di Indonesia tidak langsung belajar dari pengalaman 
Amerika, tetapi banyak persoalan yang dialami masyarakat Amerika dulu kini 
dialami oleh masyarakat Indonesia. Contohnya adalah bagaimana Undang-undang 
Siaran dibentuk.

Yang paling menarik adalah data mengenai profile penonton TV di 
Amerika menurut Broadcasting in America itu. Data ini menarik karena 
ikut membentuk programming di pertelevisian. Penonton TV di Amerika 
terbanyak adalah penonton dengan kelas C, D, dan E,  bukan kelas A 
dan B, juga berpendidikan rendah atau gabungan keduanya. Kita memang 
hanya melihat beberapa program-program bagus dari Amerika, tetapi 
sesungguhnya banyak program yang amat tidak cerdas dan tidak mendidik yang 
ditayangkan di negara-negara maju.

Begitu juga menurut survey AC Nielsen terhadap penonton televisi di 
Indonesia, makin rendah tingkat pendidikannya, makin tinggi jam 
menonton televisinya. Sebagai contoh, sepanjang bulan Maret 2005, 
menurut survey AC Nielsen pada jam 18:00-22:00 penonton televisi di 
Indonesia adalah lebih banyak penonton dari kelas C, D, dan E. 

Demikian juga makin rendah kelas ekonominya makin tinggi jam menonton 
televisinya. Hal ini mungkin bisa dipahami, karena dengan pendidikan yang 
tinggi orang lebih menyukai mengisi waktunya untuk kegiatan lain seperti, 
membaca dari berbagai media atau berbagai sumber informasi. 

Juga dengan pendidikan yang lebih tinggi, tingkat kelas ekonominya 
pun bertambah, sehingga orang-orang ini memiliki pilihan dalam 
melakukan kegiatan yang lain dibanding menonton televisi, misalnya 
melakukan kegiatan ke luar rumah, surfing di Internet, atau menonton 
Pay TV (seperti televisi Satelite), menonton film dari VCD/DVD atau 
mengerjakan kegiatan lain seperti yang bersifat hobby.

Profile penonton seperti ini terlihat di tayangan serial drama baik 
lokal maupun asing yang tidak mungkin disukai oleh orang-orang yang 
berpendidikan tinggi. Film lepas untuk profile penonton seperti itu 
lebih banyak film action yang ceritanya menghina intelektual 
penontonnya, yang penting ada gedebak-gedubuk, dar-der-dor, bum atau esek-esek. 
Tayangan seperti itu pasti mendapatkan jumlah penonton 
yang tinggi jika dibandingkan dengan tontonan lain misalnya talkshow.

Meski begitu, bukan berarti tayangan-tayangan yang mendidik atau 
memuaskan intelektual penonton (yang tidak bisa memperoleh jumlah 
penonton yang tinggi itu) tidak bisa menjadi tayangan yang 
menguntungkan secara bisnis. Karena dengan marketing strategy yang 
tepat sebuah talkshow dengan rating hanya 1 atau 2 bisa dijual kepada pemasang 
iklan yang cocok berdasarkan profile penontonnya. Marketing strategy yang 
lainnya adalah menjual slot iklan berdasarkan Cost Per Million (CPM) yang tidak 
banyak diterapkan oleh stasiun TV sehingga banyak TV yang memaksakan diri untuk 
memiliki program dengan rating tinggi meski pun dengan menayangkan me too 
program (program sejenis atau yang meniru program dari stasiun lain yang 
sukses). Dengan rating rata-rata yang tinggi di jam prime time, sebuah stasiun 
TV akan lebih mudah membuat paket iklannya, yaitu cukup menjual slot iklan di 
prime time. Slot iklan di jam-lainnya cukup dijadikan bonus dalam menjual slot 
di prime time. 

Memang, stasiun tv yang berusaha membidik kelas menengah atas akan 
cuma bisa memperoleh rating yang sesuai dengan marketnya, karena 
penonton dengan profile seperti itu memang sedikit jumlahnya di 
banding penonton dengan profile lainnya. Tapi tentu saja bukan 
berarti tidak bisa jualan, karena banyak marketing strategy yang bisa 
diterapkan oleh sebuah stasiun TV yang segmented.

Banyak stasiun TV lokal di Amerika yang didirikan karena hobby semata atau 
untuk membangun citra dari grup bisnis seorang pengusaha sebagaimana sekarang 
terjadi di Indonesia. 

All of the earliest television stations were necessarily local 
stations. Most began in an "experimental" status, non-commercial and 
sporadically scheduled. Applications for early stations had come from a range 
of potential participants, but many of the first to become truly operational 
were owned by radio networks or broadcast equipment manufacturers with strong 
financial reserves; costs for construction and research-and-development were 
high, and revenues were low or non-
existent for many years and much of the television industry was 
developed by those who could withstand continuing financial losses. 
Encyclopedy of Television (The Encyclopedia of Television, 
http://www.museum.tv/archives/etv/Encyclopediatv.htm ).

Meski demikian sebaiknya TV Lokal baru pada 3 tahun pertamanya 
berorientasi pada revenue sebagai orientasi utamanya, baru Station 
Identity sebagai orientasi keduanya sebagaimana yang dijelaskan di 
bawah ini. Jika ini disebut sebagai ¡§konsep¡¨, maka sebuah stasiun TV, 
misalnya, akan memperhitungkan tayangan yang akan dipasang 
berdasarkan berapa stasiun itu akan mendapat revenue, bukan terpaku 
pada station identity yang harus dipertahankan atau dibangun. Oleh 
karena itu stasiun TV yang memposisikan dirinya di segment yang lebih 
umum, bukan segment tertentu, akan lebih mudah melakukan manuver 
dalam business development strategy-nya. Meski demikian menurut 
Public Relations strategy, dibutuhkan public campaign yang menyatakan 
bahwa stasiun ini berorientasi pada kepentingan publik (misalnya).

Konsep membangun stasiun TV lokal ini dibawah ini diringkas dari buku 
Broadcasting in America. Konsep ini digambarkan berdasarkan 
department di sebuah stasiun TV yang paling penting beserta job 
description-nya. Di bawah ini adalah department yang penting menurut 
urutannya.

1.      Research & Development „³ untuk merancang business development 
serta merancang brand (segmentasi) dan image.
i.      Market Survey „³ audience profile:      
a.      Social Economic Status (Economic Class)
b.      Sex (ini cukup penting dilihat dari kacamata pemasang iklan)
c.      Age (ini juga penting dari kacamata pemasang iklan)
d.      Education (paling belakang karena kadang meski berpendidikan 
tinggi tetapi SES-nya tinggi dan kurang dipandang penting oleh 
pemasang iklan)
ii.      Market Survey „³ audience tendency terhadap program-program TV
iii.      Major Audience Mapping „³ tiap-tiap jam bisa memiliki audience 
profile tertentu yang menonjol
iv.      Menentukan Station Identity
v.      Memberi rekomendasi dalam merancang programming untuk tiap-
tiap jam yang berbeda berdasarkan hari, seperti, hari kerja, sabtu 
dan minggu
vi.      Memberi rekomendasi untuk pembentukan perilaku penonton 
(audience tendency)
vii.      Mensupport department lain, misalnya Promotion Department, 
bagaimana merancang promotion strategy untuk membentuk brand image 
atau awareness di benak audience. 

2.      Programming „³ Merancang programming strategy
i.      Menciptakan program yang bisa memiliki multiplier effect, 
seperti reality program
ii.      Bekerja sama dengan Production Department untuk merancang 
Local Program
iii.      Menentukan dan merencanakan program yang harus dibeli dari 
pihak luar
iv.      Membangun kerjasama atau networking dengan pihak luar dalam 
hal programming
v.      Merancang budget untuk membeli dan memproduksi program
vi.      Bersama dengan R&D mengevaluasi programming setiap bulan 
sekali atau setiap periode waktu yang ditentukan
vii.      Mengantisipasi setiap perubahan situasi rating dari setiap 
stasiun TV yang ada
viii.      Bekerja sama dengan Promotion Department dan Marketing 
Department untuk program yang akan datang

3.      Promotion „³ untuk memperoleh rating juga untuk membangun 
brand image dan awareness.
i.      Merancang off-air event „³ penting untuk kota kosmopolitan 
seperti Jakarta
a.      Untuk memikat target audience yang sudah ditentukan
b.      Untuk membangun brand image dan awareness
c.      Untuk mempertahankan brand awareness dengan melakukan 
kegiatan sosial, misalnya sebagai menjadi fasilitator untuk bantuan 
kemanusiaan pada saat terjadi bencana
d.      Merancang promotion tools, seperti souvenir, sticker, T-
shirt, topi, pen, payung dan lain-lain.
ii.      Bekerja sama dengan Programming Department merancang on-air 
promotion
a.      Program promotion „³ mengingatkan atau menginformasikan 
tentang program yang sudah ada atau yang akan ditayangkan
b.      Merancang promotion untuk target audience tertentu, misalnya 
berdasarkan usia atau audience dari kelompok masyarakat tertentu
iii.      Merancang promotion melalui semua media yang ada; cetak dan 
elektronik
iv.      Bekerja sama dengan Marketing Department membangun 
relationship dengan pemasang iklan; agency dan advertiser
v.      Melakukan pekerjaan Public Relations (jadi PR di bawah 
Promotion Department)
a.      Merancang PR Strategy
b.      Mengumpulkan dan mengelola informasi atau profile perusahaan, 
serta menerapkannya seperti:
„Ï      Vision
„Ï      Mission
„Ï      Short and long term business development and plans
c.      Membuat company profiles dalam berbagai format
d.      Melakukan Publication 
i.      Regular:      -  Membuat dan mengelola company website
                  -  Mengelola newsletter, in-house magazine
ii.      Irregular:       -  Menulis articles atau press release. 
- Mendorong pihak lain atau penulis lain untuk menulis artikel atau 
membuat exposure tertentu yang bisa ikut mendorong business 
development
e.      Company analyses atau SWOT analyses
f.      Menjadi juru bicara untuk media and pihak lain (media 
relations and spokesperson)

4.      Marketing „³ Membuat strategy untuk mendapatkan revenue secara 
maksimal meskipun perolehan rating-nya rendah
i.      Merancang Comprehensive Brochure yang berisi mengenai company 
profile dan programming strategy hingga beberapa tahun ke depan. Juga 
ada gambaran mengenai audience profile dan perolehan rating dan 
projection-nya.
ii.      Merancang paket iklan berdasarkan
a.      Social Economic Status
b.      Age
c.      Sex
d.      Education
e.      Gabungan dari beberapa atau semua audience profile category 
di atas
iii.      Merancang paket iklan berdasarkan waktu tayang; Early Morning 
(7:00-10:00 A.M.), Daytime (10:00 A.M.-6:00 P.M.), Early Fringe (6:00-
7:00 P.M.), Prime Access (7:00-8:00 P.M.), Prime Time (8:00-11:00), 
Late Fringe (11:00-11:30 P.M.), Late Night (11:30 P.M.-12:30 A.M.), 
Overnight (12:30-7:00 A.M.) 
iv.      Merancang paket iklan berdasarkan program type
v.      Merancang marketing strategy untuk mendapatkan pemasang iklan 
pada program-program yang memiliki rating rendah.
vi.      Menentukan pemasang iklan potensial dan mempersuasi untuk 
beriklan
vii.      Membangun relationship dengan pemasang iklan; agency dan 
advertiser

5.      Management & Technical support

Semua pekerjaan di atas tidak ada artinya jika tanpa management atau 
administrative support, seperti Traffic Section untuk mengelola 
penayangan iklan. Semua pekerjaan tersebut harus ada sistem untuk 
mengevaluasi dan mempertahankannya.

Sebuah stasiun TV dengan programming yang baik saja belum cukup tanpa 
didukung oleh technical support yang baik pula. Tidak mungkin sebuah 
program yang baik akan ditonton jika terus menerus ada gangguan dalam 
siarannya, baik itu gambar atau suaranya. Begitu juga ketepatan waktu 
dalam setiap tayangan, pergantian dari satu program ke program lain. 
Jeda lebih dari 2 detik akan terasa amat lama di mata penonton yang 
bisa berakibat pindahnya penonton ke channel lainnya.


Jejak Ted Turner; TV Lokal Menjadi Raksasa CNN

Pada tahun 1975, teknologi satelit komunikasi Amerika sampai pada 
tahap di mana orang dapat memancarkan siaran TV. Pada tahun itu Time, 
Inc. yang telah mendirikan HBO menyiarkan pertandingan tinju antara 
Muhammad Ali-Joe Frazier yang didistribusikan melalui satelit ke 
berbagai stasiun TV dan sukses. 

Terinspirasi dari kesuksesan siaran pertandingan tinju itu, Ted 
Turner, pendiri CNN, yang saat itu masih menjalankan Turner 
Communication yaitu bisnis billboard dan stasiun-stasiun radio, 
melihat peluang untuk beriklan di TV secara nasional hanya dari 
sebuah stasiun TV lokal kecil bernama WTBS di Atlanta (My Beef With 
Big Media, How government protects big media--and shuts out upstarts 
like me. By Ted Turner. 
http://www.washingtonmonthly.com/features/2004/0407.turner.html ). 
Ted menyewa sebuah saluran satelit yang sama dengan HBO untuk 
menerima dan memancarkan siaran TV WTBS, lalu Ted menginformasikan 
kepada seluruh perusahaan Pay TV di Amerika, seluruh bahwa program 
dari siaran WTBS boleh dipancar-ulangkan secara gratis. Ratusan Pay 
TV yang ada saat itu kemudian mendapat tambahan program baru, 
sehingga WTBS kini memiliki jutaan pemirsa yang tentu saja juga 
menarik perhatian para pemasang iklan TV. The charge to the cable 
companies did not cover the WTBS's own costs, but the station was now 
able to set higher advertising rates because its audience was spread 
over the entire country (Cable Networks, The Encyclopedia of 
Television, http://www.museum.tv/archives/etv/Encyclopediatv.htm )

Sudah lebih dari 10 tahun pertelevisian Indonesia. Kritik terhadap 
tayangan televisi kita semakin kuat saja, bahkan Komisi Penyiaran 
Indonesia (http://www.kpi.go.id) yang sudah dibentuk ¡¨rajin¡¨ 
melayangkan protes dan kritik tentang acara-acara yang bisa memiliki 
akibat buruk. Seminar dan diskusi pun sudah digelar untuk 
mempertanyakan arah pertelevisian kita. Namun kelihatannya 
pertelevisian kita bakal terus berjalan dengan ¡§tayangan-tayangan 
yang disukai penonton¡¨ sebagaimana yang ditunjukkan oleh survey AC 
Nielsen dalam bentuk ¡§rating tinggi¡¨. Industri televisi sampai kini 
hanya tunduk pada ¡§rating¡¨. Hanya ¡§rating turun¡¨ yang dapat membuat 
sebuah stasiun TV merubah tayangannya. Meski pun demikian sebuah 
stasiun TV bisa saja membentuk prilaku menonton pemirsanya melalui 
beberapa strategi.

Tayangan ¡§setan-setanan¡¨ adalah contoh tayangan yang dapat memberikan 
rating yang cukup untuk membuat sebuah stasiun bisa ¡§jualan¡¨ dan 
bertahan hidup. Beberapa waktu yang lalu Indul Daratista pernah 
dieksploitasi oleh hampir semua stasiun TV untuk memperoleh untung. 
Meski tayangan seperti itu tidak cerdas dan tidak mendidik, 
kebanyakan stasiun TVternyata memang harus bertahan hidup dengan cara 
seperti. Entah, sampai kapan situasi ini berubah atau diubah. 
Barangkali kehadiran TV-TV Lokal baru akan memberi peluang baru untuk 
adanya perubahan itu melalui persaingan antar stasiun TV yang semakin 
ketat.

Jojo Rahardjo
Pengamat dan Praktisi Multimedia
[EMAIL PROTECTED]
http://jojor.blogspot.com










Ungkapkan opini Anda di: http://mediacare.blogspot.com
__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
What would our lives be like without music, dance, and theater?
Donate or volunteer in the arts today at Network for Good!
http://us.click.yahoo.com/MCfFmA/SOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke