Masihkah relevan MUI dan organisasi keagamaan lain untuk menilai sesat atau
tidaknya suatu ajaran agama?
Regards,
Oman

-----Original Message-----
From: ppiindia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Behalf Of Darwin Bahar
Sent: Tuesday, May 10, 2005 7:25 AM
To: ppiindia@yahoogroups.com
Subject: [ppiindia] Penggagas Praktik Salat Dalam Dua Bahasa itu Minta
Maaf. Masihkah Ada Tempat untuk Roy?


Pengasuh dan penanggung jawab Pondok Itikaf Jamaah Ngaji Lelaku,
Mochammad Yusman Roy, seperti dikutip NU Online, meminta maaf kepada
umat Islam di seluruh Indonesia. Ia menyerukan kepada umat Islam untuk
tidak mengikuti ajaran dan praktik salat dalam dua bahasa, Arab dan
Indonesia.

Tapi, “masihkah ada tempat untuk Roy?” tanya Mas Ahmad Tohari dalam
kolomnya di Harian Republika Senin 9 Mei 2005 yang saya sertakan di bawah.

“Similar dengan kasus salat dengan dua bahasa,” tulis Dr Martha Rumimper
yang bermukim dan bekerja di Amerika Serikat di Milis Apakabar dua hari
lalu, “ICNA, Riverside center sudah lama besalat dengan bahasa Arab dan
Inggris. Tujuannya adalah untuk membantu umat Islam yang baru atau yang
kurang tidak mengerti WHAT THEY ARE PRAYING ABOUT, mengingat banyaknya
umat Islam yang Black Americans, Caucasian or those who are not exposed
to Arabic Language. Menurut cleric yang ngajarin saya dulu, this is not
a problem as a start considering that this is a learning process. And at
the end, and once everyone is familiar with what the prayer means and
what it is all about, they perform salat with the language used in
Alquran,” lanjutnya.

Dan itu tidak banyak berbeda dengan pengalaman Mas Tohari dan
teman-temannya sewktu kecil di kampungnya, yang juga diajari praktik
shalat juga dengan dwibahasa, Arab dan Jawa yang sama-sama di-jahr-kan.
Bahkan ketika membaca doa berwudhu juga dalam dua bahasa, dan merasa
dengan belajar shalat dalam dua bahasa penghayatannya jadi lebih
mendalam. Setelah semua lancar dan paham arti semua lafal shalat,
barulah mereka diminta melakukannya hanya dalam Bahasa Arab. Sedangkan
terjemahnya cukup di batin saja, tapi tak boleh ditinggalkan sama sekali

Tetapi, H Muhammad Yusman Roy yang telah mengajarkan shalat dalam
wibahasa kepada para santrinya diadukan oleh MUI setempat ke polisi,
setelah sebelumnya kegiatan pondoknya disetop melalui keputusan Bupati
setempat, kini malahan berstatus sebagai tersangka pelaku tindak pidana
dan dikenai pasal 156 (a) KUHP yaitu---Masya Allah---penodaan suatu
agama (!)

Sebuah tuduhan yang mengejutkan dan mencemaskan banyak orang, karena
bisa jadi preseden, yakni bisa dikenakan kepada siapa saja, karena
dianggap sekelompok massa menghina Allah atau menodai kemurnian agama.

Roy yang tampaknya pasrah dan menyatakan menghormati proses hukum yang
dilakukan polisi. Karena, polisi sebatas menjalankan kewajiban. Yang dia
sayangkan adalah keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten
Malang serta munculnya keputusan serupa dari MUI Jatim yang menerangkan
bahwa terjemahan mengiringi pembacaan teks ayat Alquran dalam salat
berjamaah "ijtihad" Ustad Roy adalah sesat.

Lalu saya ingat kepada tulisan Mas Tohari yang lain ketika terjadi
Bencana Tsunami di Aceh, bahwa teologi masyarakat Islam yang dianut
hingga kini adalah “teologi langit”, atau meminjam Farid Esack, “teologi
yang terlalu mengurusi Tuhan, sementara Tuhan adalah zat yang tidak
perlu diurus”. Masih menurut Esack, “dengan mengurus (mendekati dan
mengasihi) makhluk-Nya, maka kita sama saja telah mengabdi kepada Tuhan.”

Dan saya tidak dapat menahan air mata saya ketika membaca
kalimat-kalimat Mas Tohari pada kolomnya mengenai Yusman Roy: “Dia tidak
datang dari keluarga santri sehingga pada awalnya pengetahuan agamanya
tidak mendalam. Namun dalam perjalanan hidup agaknya Roy mendapat cahaya
iman sehingga hatinya melunak. Dia seakan mengalami dinamika 'dari
kegelapan menuju cahaya'. Dia sangat beruntung karena dinamika dari
kegelapan menuju cahaya adalah inti kehidupan beragama.”

Ya, saya tidak dapat menahan air mata karena saya karena saya yang
datang dari keluarga Islam taat, yang menjalani salat lima waktu sejak
berusia dua puluhan---sekarang 61 lebih---dan sejak tahun 1998 hampir
tiap malam melakukan salat tahajud, sering tidak semata-mata untuk untuk
mencari cahayaNya, tetapi masih disertai pamrih ingin ini dan itu yang
bersifat keduniaan.

Wassalam, Darwin

=============

Masihkah Ada Tempat untuk Roy?

Oleh : Ahmad Tohari

Senin, 09 Mei 2005

Rasanya tidak mudah menyatakan simpati kepada orang yang sedang dituduh
telah melakukan penodaan terhadap Islam. Muhammad Yusman Roy dari
Malang, Jatim; karena telah mengajarkan shalat dalam dwibahasa dia
diadukan oleh MUI setempat ke polisi. Kini bekas preman dan petinju itu
berstatus sebagai tersangka pelaku tindak pidana. Namun entahlah, rasa
persaudaraan sebagai sesama Muslim yang lemah membuat saya tidak tahan
untuk tidak membuat tulisan ini. Saya sadar akan ada pembaca yang segera
bilang saya sama saja dengan Roy yang dianggap telah menodai kesucian
Islam. Oh, saya mohon, jangan.

Simpati saya kepada Roy berawal dari kisah hidupnya di dunia gelap yang
keras. Dia pernah bergelimang dengan perkelahian, baik di dalam maupun
di luar ring tinju. Dia tidak datang dari keluarga santri sehingga pada
awalnya pengetahuan agamanya tidak mendalam. Namun dalam perjalanan
hidup agaknya Roy mendapat cahaya iman sehingga hatinya melunak. Dia
seakan mengalami dinamika 'dari kegelapan menuju cahaya'. Dia sangat
beruntung karena dinamika dari kegelapan menuju cahaya adalah inti
kehidupan beragama. Dan dengan bekal yang (mungkin) kurang mendalam dia
mendirikan pesantren yang mengajarkan shalat dalam dwibahasa itu yakni
Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.

Shalat dalam dwibahasa mengingatkan saya pada masa anak-anak. Waktu itu
kami, anak-anak kampung, diajari praktik shalat juga dengan dwibahasa,
Arab dan Jawa yang sama-sama di-jahr-kan. Bahkan ketika membaca doa
berwudhu juga dalam dua bahasa. Saya sendiri merasa dengan belajar
shalat dalam dua bahasa penghayatannya jadi lebih mendalam. Maklum,
sehari-hari kami tidak berbahasa Arab tetapi berbahasa Jawa. Saya tidak
bisa membayangkan bagaimana jadinya bila saya melakukan shalat namun
tidak tahu apa arti bacaan yang saya lafalkannya. Apakah hati saya akan
terpengaruh ketika saya membaca ihdinasy syirathal mustaqim, misalnya,
tapi saya tidak mengerti arti bacaan itu? Demikian, maka setelah semua
lancar dan paham arti semua lafal shalat, barulah kami diminta
melakukannya hanya dalam Bahasa Arab. Sedangkan terjemahnya cukup di
batin saja, tapi tak boleh ditinggalkan sama sekali. Patut dicatat,
semua orang kampung saat itu tak ada yang keberatan terhadap cara guru
ngaji saya mengajarkan shalat kepada anak-anak.

Saya menduga, seluruh jamaah Roy adalah orang-orang yang sehari-hari
tidak berbahasa Arab, bahkan mungkin masih banyak yang mualaf. Mungkin
sama dengan maksud guru ngaji saya dulu, Roy menghendaki jamaahnya mampu
menghayati dengan dengan baik arti seluruh bacaan shalat. Bila dugaan
ini benar maka 'kesalahan' Roy sebetulnya tidak terlalu prinsip. Dia
tinggal diminta (dengan pendekatan yang sabar dan penuh rasa
persaudaraan) agar menjalankan shalat seperti biasa apabila jamaahnya
sudah paham seluruh bacaan arabnya.

Jadi dalam 'kasus' Roy, pemilihan gaya pendekatan yang tepat adalah
kuncinya. Dan semuanya harus diawali dengan prasangka baik bahwa Roy dan
jamaahnya adalah saudara sesama Muslim meski dalam hal shalat mereka
tidak sama dengan yang lain. Saling mengingatkan di antara sesama Muslim
adalah wajib. Namun harus dipilih cara yang arif dan bijak agar semuanya
berakhir dengan baik. Pada masa lalu, di tempat yang berbeda pernah ada
'kasus' seperti 'kasus' Roy ini. Namun karena pendekatan yang galak dan
terlalu cepat menghakimi, kelompok yang dianggap 'salah' itu merasa
ditolak oleh sesama komunitas Muslim. Dan mereka kemudian menjauh, dan
menjauh. Padahal yang menjadi persoalan waktu itu sebetulnya baru masuk
ke wilayah syariah, belum menyentuh akidah.

Kita tidak ingin hal itu terjadi pada 'kasus' Roy ini. Bila demikian
sudah tiba saatnya para tokoh seperti Gus Dur, Syafi'i Ma'arif, dan yang
lain turun tangan. Kita hendaknya membantu Roy menapaki jalan menuju
cahaya. Dan bila terasa ada yang sedikit menyimpang, mari kita gandeng
tangannya agar kembali lurus. Dengan persaudaraan dan cinta.




***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links








------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Has someone you know been affected by illness or disease?
Network for Good is THE place to support health awareness efforts!
http://us.click.yahoo.com/OCfFmA/UOnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke