http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/14/opi2.htm
tajuk rencana Jalan Terjal TPF Munir dan Citra Pemerintah - Bagaimanakah seharusnya kita membaca kekurangpuasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas hasil Tim Pencari Fakta (TPF) Munir? Dalam pertemuan Rabu lalu, Presiden meminta Sekretaris Kabinet dan pihak-pihak terkait, termasuk Badan Intelijen Negara (BIN) ikut membantu menuntaskan pengungkapan penyebab kematian aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir. Kekurangpuasan itu tampaknya juga terkait dengan kenyataan TPF yang dibentuk dengan keputusan presiden sudah akan mengakhiri masa tugasnya pada pertengahan bulan depan. Pada sisi lain, fakta-fakta yang diungkapkan TPF dalam pertemuan itu juga membuka harapan untuk terus mendorong Yudhoyono agar makin menunjukkan komitmennya dalam pengungkapan kasus tersebut. - Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, TPF menghadapi berbagai kendala terutama ketika berhadapan dengan institusi negara. Keterbatasan itu mestinya menyadarkan, tidak mungkin TPF yang merupakan counterpart kepolisian bekerja sendiri menembus institusi yang bekerja dengan karakteristik kerahasiaan. Sebaliknya, kecurigaan yang mengarah kepada lembaga tertentu juga hanya bisa dinetralisasi dengan sikap-sikap kooperatif, dan idealnya justru memberi dorongan dengan memberi bahan-bahan kepada kepolisian untuk mengungkapkannya. Padahal menurut kita, kasus ini seharusnya menjadi momentum penting bagi keseriusan pemerintah bersama-sama parlemen untuk memperlihatkan performa yang berkomitmen dalam penegakan hukum. - Kekurangpuasan SBY terhadap hasil kerja TPF terasa berbeda dengan pernyataan istri Munir, Suciwati yang menilai Presiden setengah hati dalam memberikan mandat penyelesaian kasus pembunuhan suaminya, walaupun sudah dibentuk TPF dengan Keppres. Kita memahami penilaian-penilaian ini, mengingat kasus itu sudah cukup lama terjadi, tetapi tanda-tanda penuntasannya terasa "jalan di tempat". Fokus kepada Pollycarpus Budihari Priyanto yang kini menjadi tersangka, secara awam memperlihatkan keganjilan tanpa melihat siapa aktor intelektual di belakang pilot Garuda itu. Tanpa komitmen pemerintah, terutama kemauan politik yang kuat dari Presiden dan DPR, sangat mungkin TPF dan aparat hukum tidak akan mampu menjangkau kawasan-kawasan tertentu. - Mantan Ketua MPR Amien Rais pernah secara tajam menyampaikan skeptismenya, sebagai refleksi perasaan masyarakat terhadap penyelesaian kasus-kasus serupa. Pemerintah dinilainya hanya menanggapi dingin kasus tersebut, dan menyarankan agar Presiden Yudhoyono menjadi supervisor atau pengawas khusus penyelesaian investigasinya. Skeptisme semacam ini bagaimanapun patut dilihat dari bingkai keinginan publik untuk mengawal investigasi kasus kematian aktivis HAM yang diracun itu. Citra pemerintah dan penegakan hukum sudah telanjur buruk dalam kasus-kasus penting HAM seperti yang menimpa aktivis buruh Marsinah, tewasnya wartawan Bernas Udin, dan kematian lima mahasiswa dalam tragedi Semanggi - Trisaksi di awal reformasi, 1998. - Sama-sama disadari, kasus Munir yang tewas akibat keracunan arsenik dalam penerbangan Garuda dari Jakarta ke Amsterdam bukan peristiwa kriminal biasa. Karena korban adalah aktivis HAM dengan reputasi internasional, maka yang berkepentingan terhadap nyawanya tentu memiliki target tertentu. Cara kematian itu mengesankan produk dari sebuah skenario yang sistematis, menunggu saat tepat, dan kemudian berupaya menutupnya dengan menciptakan jenjang para pelaku pada lapis-lapis sebelum sampai ke aktor utamanya. Secara politik dan bagi citra pemerintah, siapa pun pelakunya, peristiwa ini melengkapi sejumlah kasus lain yang menjadi corengan berat, ketika kematian dipilih sebagai solusi paling mudah untuk menghentikan aktivitas seseorang yang bersikap kritis. - Tidak dapat disalahkan, kalau sampai kasus ini tidak terungkap, maka dugaan-dugaan dan spekulasi yang tidak teruji secara hukum bakal sulit dibendung untuk membentuk opini. Maka kuncinya berada pada kemauan politik yang kuat dari pemerintah dan DPR. Kalau nasib kasus ini sama seperti tragedi Semanggi - Trisakti yang seolah-olah "dimentokkan", kita memperkirakan TPF pun menghadapi jejaring konspirasi politis yang penuh lika-liku. Setelah kematian Munir, teror-teror kini dihadapi Suciwati, dan bukankah itu menggaungkan ancaman untuk para aktivis? Tak ada pilihan lain, siapa pun yang berjuang dengan akal sehat harus melawan kekuatan-kekuatan penindas itu. Bukankah Ketua TPF Marsudi Hanafi pernah menyatakan, tidak ada kejahatan yang sempurna? [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Does he tell you he loves you when he's hitting you? Abuse. Narrated by Halle Berry. http://us.click.yahoo.com/aFQ_rC/isnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/